Terlepas dari Perdebatan Polusi Visual, Menghina Tubuh Perempuan Lain Itu Jahat!

Endah Wijayanti diperbarui 03 Sep 2020, 13:50 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti pernah merasa kurang percaya diri dengan bentuk atau bagian tertentu tubuh kita. Sehingga kita berusaha sebisa mungkin mengenakan sesuatu yang membuat kita merasa nyaman. Tapi kadang yang membuat kita lebih sedih adalah saat ada orang lain yang menghina atau diam-diam menggosipkan kondisi fisik atau penampilan kita. Ugh, sakit hati rasanya.

Tak bisa kita memenuhi semua ekspektasi orang lain di sekitar kita terkait kondisi tubuh atau baju yang kita pakai. Bahkan tidak mudah untuk terhindar dari label "polusi visual" di mata orang lain. Apa yang kita pakai bisa jadi digosipkan atau jadi bahan pembicaraan orang lain. Kondisi dan bentuk tubuh kita pun bisa jadi bahan hinaan atau ejekan orang lain. Menghina tubuh siapa pun rasanya terlalu jahat karena bisa sangat menyakitkan bagi yang jadi bahan gosip tersebut.

Saling Respek Itu Sebenarnya Lebih Mudah, lho!

Siapa pun kita, rasanya penting bagi kita untuk bisa selalu respek dan belajar lebih berempati pada orang lain. Setidaknya sebelum menghakimi atau menyudutkan tampilan seseorang, kita bisa menahan diri terlebih dahulu. Kita takkan kehilangan apa-apa bila bisa saling respek satu sama lain. Tak perlu buru-buru menghakimi penampilan seseorang hanya karena orang tersebut salah atau kurang peka dengan situasi dan kondisi yang ada. Tidak terlalu sulit kok untuk menata pandangan kita sendiri. 

Kita Tak Pernah Tahu Persoalan yang Sedang Diperjuangkan Seseorang

Saya pernah ikut merasa sakit hati mendapati seseorang yang tampak melecehkan seorang remaja putri. Ketika itu saya berada di angkutan umum. Salah satu penumpangnya adalah seorang remaja perempuan berseragam sekolah, dan yang membuatnya menarik perhatian adalah karena tubuhnya gemuk. Lalu, naiklah seorang penumpang pria. Pria itu kemudian menyinggung soal tubuh gemuk remaja putri itu. Dia menyinggung soal makanan yang dikonsumsi remaja itu hingga menanyakan soal prestasi remaja itu. Seakan-akan "kesalahan" remaja putri itu yang bertubuh gemuk bisa dimaklumi jika ia berprestasi di sekolah. Namun, remaja itu tetap berusaha menjawab tenang dan mengatakan bahwa dirinya biasa-biasa saja soal prestasi di sekolah. Sampai ketika pria itu akan turun, dia malah menyematkan sebuah julukan yang tidak mengenakkan pada remaja itu. Kuperhatikan wajah remaja itu, dia tetap berusaha tenang meski aku sendiri tak tahu pasti apa yang sedang dia pikirkan sebenarnya. 

Kita tak pernah tahu perjuangan atau persoalan yang dihadapi seseorang. Menghina fisik atau penampilan seseorang rasanya terlalu jahat. Saat seseorang terluka karena sebuah hinaan atau sindiran terkait kondisi tubuhnya, tidaklah mudah untuk berdamai dan menyembuhkan luka itu seorang diri. Tidak semua orang bisa dengan mudah berdamai dengan kondisi tubuh atau fisiknya. Tak jarang perlu perjuangan panjang untuk bisa menghadirkan setitik rasa percaya diri pada diri sendiri dalam hal penampilan. 

2 dari 2 halaman

Kita Belum Tentu Lebih Baik dari yang Kita Pandang Buruk

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Sebagai sesama perempuan, menghina atau nyinyir tubuh perempuan lain rasanya kurang bijak. Kita belum tentu lebih baik dari yang kita pandang buruk. Kita tak selalu bisa tampil lebih baik dari perempuan yang kita temui. Jika memang ada yang salah atau hal kita rasa kurang tepat pada seseorang, tak ada salahnya untuk mencoba memberi saran atau masukan langsung pada orang terkait. Sebelum menyudutkan seseorang, tak ada salahnya untuk membangun empati terlebih dahulu. 

Aku, kamu, dan kita semua memang akan masih terus belajar dalam hidup ini untuk menghargai dan lebih berempati pada orang lain. Sebelum mencela kekurangan orang lain, kita perlu mengingatkan diri bahwa kita juga punya kekurangan sendiri. 

#ChangeMaker