Cek Fakta Obat Covid-19, LIPI Lakukan Uji Klinis Jahe Merah Sebagai Immunomodulator

Wuri Anggarini pada 02 Sep 2020, 21:28 WIB

Fimela.com, Jakarta Di tengah kecemasan naiknya kasus positif Covid-19 di berbagai kota, bermunculan pula berita-berita yang berisi solusi untuk mengatasi hingga mencegah infeksi virus tersebut. Caranya pun beragam, ada yang menawarkan solusi alami seperti berkumur dengan air garam dan konsumsi bawang putih dalam jumlah besar. Tapi tak sedikit juga yang menyarankan hal-hal yang justru berujung fatal buat kesehatanmu, seperti meminum cairan disinfektan atau meminum air panas.

Ada juga klaim tentang penemuan obat Covid-19 yang kabarnya sudah berhasil menyembuhkan ratusan ribu pasien. Viral di media sosial, klaim seperti ini bisa jadi menyesatkan jika kamu nggak melakukan cek fakta terlebih dahulu. Benarkah bahan-bahan yang diungkapkan berbagai pihak di media sosial tersebut benar-benar bisa menghentikan pandemi? Mending langsung saja cek info yang berupa fakta, seperti uji klinis jahe merah sebagai immunomodulator Covid-19!

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

Webinar untuk Membahas Uji Klinis Jahe Merah

(c) BEJO

Di tengah maraknya hoax tentang obat Covid-19, PT Bintang Toedjoe mengadakan webinar yang mengajak masyarakat mengupas fakta ilmiah yang sesungguhnya. Bertajuk Hoax atau Fakta: Uji Klinis Jahe Merah sebagai Immunomodulator Covid-19, webinar ini berlangsung pada Senin (31/08/2020) lalu.

Acara ini menghadirkan narasumber dari berbagai instansi kesehatan seperti Dra. Mayagustina Andarini, Apt., M.Sc selaku Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan POM RI, Dr. Yan Riyanto, M.Eng. selaku Kepala Pengembangan Inovasi dan Iptek LIPI, Abdi wira Septama, Ph.D. dari Pusat Penelitian Kimia LIPI, dr. Daeng M Faqih SH,MH selaku Ketua Ikatan Dokter Indonesia, Drs. Tepy Usia, Apt., M.Phil, Ph.D selaku Direktur Standarisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik serta Simon Jonatan selaku Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe.

Dra. Mayagustina Andarini, Apt., M.Sc. selaku Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan dan Kosmetik Badan POM RI mengungkapkan bahwa saat ini pengujian bahan herbal ilmiah untuk menuju fitofarmaka. Dengan jumlah yang masih sangat terbatas tersebut cukup beralasan karena untuk fitofarmaka ini membutuhkan effort yang lebih besar disebabkan harus ada uji yang dilakukan pada manusia.

3 dari 5 halaman

Pentingnya Pengujian Terhadap Bahan yang Meningkatkan Imun

Pengujian bahan-bahan herbal khas Indonesia sebagai immunomodulator dinilai memiliki arti penting. Menurut Abdi Wira Septama dari Pusat Penelitian Kimia LIPI, "Secara terminologinya, immunodulator merupakan satu bahan yang dapat memodulasi atau mengatur sistem imunitas dengan cara menekan reaksi imun yang berlebihan, kemudian meningkatkan reaksi imunitas dan dapat memperbaiki reaksi imunitas dalam keadaan tidak seimbang," paparnya.

Jika disederhanakan, immunomodulator bisa membantu modulasi sistem kekebalan tubuh atau imunitas, baik dalam stimulasi atau memperbaiki reaksi imunitas yang tidak seimbang. "Kami telah melakukan penelitian mengenai beberapa tanaman obat yang potensial yang dapat dijadikan sebagai immunodulator, penelitian ini kami lakukan dengan screening terhadap tanaman obat potensial tersebut yang secara empiris memiliki aktivitas immunodulator", katanya.

4 dari 5 halaman

Jangan Mudah Percaya Hoax

Angka pasien Covid-19 yang semakin bertambah setiap harinya, bahkan mencapai 3 ribu orang, memang menimbulkan keresahan. Ketua Ikatan Dokter Indonesia, dr. Daeng M Faqih SH., MH, mengimbau agar masyarakat menjaga daya tahan tubuhnya, karena sampai sekarang belum ada obat yang efektif menangani Covid-19. Ia juga menegaskan agar masyarakat jangan mudah percaya hoax.

"Kita di dalam memberikan pernyataan di bidang kedokteran dan kesehatan tidak berdasarkan testimoni dan kampanye, tetapi kita lebih berdasarkan metode-metode keilmuan. jadi informasi yang disampaikan harus merujuk pada sebuah metode keilmuan yang benar," katanya.

Lebih lanjut Daeng menambahkan jika dirinya memberikan apresiasi kepada LIPI dan PT Bintang Toedjoe untuk melakukan penelitian yang baik yang sudah mengarah kepada uji klinis guna menghasilkan produk immunodulator agar daya tahan tubuh menjadi lebih prima.

5 dari 5 halaman

Dukungan Positif Bintang Toedjoe dalam Melawan Covid-19

Simon Jonatan selaku Presiden Direktur PT Bintang Toedjoe mengungkapkan uji klinis terhadap jahe merah ini merupakan dukungan positif perusahaan dalam melawan Covid-19. Pihaknya juga akan terus berupaya memajukan jamu sebagai kebanggaan bangsa dan berkontribusi untuk kesehatan masyarakat, terutama produk BEJO JAHE MERAH.

(c) BEJO

"Saya sangat berterima kasih kepada LIPI untuk bekerjasama dengan Bintang Toedjoe dalam mengadakan uji klinis Bejo jahe merah," papar Simon Jonatan.

PT Bintang Toedjoe adalah perusahaan farmasi yang menghasilkan produk obat-obatan dan jamu yang banyak memanfaatkan tanaman herbal. Seperti produk Bejo Jahe Merah dan Bejo Susu Jahe Merah yang memiliki kandungan jahe merah di dalamnya dan telah bekerja sama dengan banyak petani yang tersebar di seluruh Indonesia. Di mana ekosistem jahe merah sudah terbentuk sejak 2015 dengan menggandeng ekstraktor untuk memastikan standar kualitas ekstrak jahe merah.

Simon juga menambahkan tujuan dari PT Bintang Toedjoe melakukan uji klinis terhadap jahe merah tidak lain bahwa jahe merah memiliki berbagai khasiat dan manfaat untuk tubuh. Tak hanya itu saja, jahe merah juga dipilih oleh LIPI sebagai tanaman herbal untuk diuji manfaat klinisnya pada manusia.

"Kami juga akan terus mendukung segala macam bentuk penelitian terkait jahe merah yang dilakukan oleh instansi pemerintah. Apalagi jahe merah ini hanya ada di Indonesia," katanya.

Jahe merah sendiri memiliki beragam manfaat kesehatan, mulai dari membantu jaga daya tahan tubuh, anti inflamasi, analgesik, antimikroba dan membantu infertilitas pria. Jahe merah pun bermanfaat untuk mencegah penyakit kronis degeneratif melalui manfaat membantu mengoptimalkan kadar gula darah, membantu menurunkan kadar kolesterol, dan asam urat, pada orang-orang lanjut usia. Maka dari itu, Simon berharap jika jahe merah bisa terus dikenal sebagai tanaman obat asli kebanggan Indonesia. (wri)

Tag Terkait