Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti punya pengalaman tak terlupakan terkait negeri kita tercinta Indonesia. Ada kebanggaan yang pernah kita rasakan sebagai bagian dari Indonesia. Kebanggaan terhadap keindahan alam Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya, kecintaan terhadap masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Kita pun punya cara tersendiri dalam mengartikan kebanggaan terhadap tanah air ini. Melalui Lomba Share Your Stories Bulan Agustus: Bangga Indonesia ini, Sahabat Fimela bisa berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang tentang hal tersebut.
***
Oleh: Tameta
Perasaan bangga dan cinta akan tanah air selalu bersanding. Bila seorang sudah mencintai tanah airnya, bisa dipastikan ia juga bangga terhadap negerinya. Begitu pula sebaliknya. Kendati demikian, tidak semua orang dapat merasakan hal serupa dalam waktu yang sama. Bahkan, tidak jarang bila rasa bangga ataupun cinta akan bangsa itu tumbuh belakangan atau bisa dibilang terlambat mencintai bangsa sendiri.
Aku pribadi mulai belajar mengenal Indonesia dan mengakui perasaan cintaku ialah semenjak memutuskan menjadi anak rantau. Yogyakarta, daerah dengan segudang kebudayaan menjadi tempat yang kutuju. Awalnya, aku tidak langsung jatuh cinta dengan Jogja karena aku sempat merasa kesusahan dalam beradaptasi dengan lingkungannya.
Dari sekian banyak penyesuaian yang harus dilakukan, beradaptasi dengan makanan nyatanya menjadi kendala yang amat merumitkan. Kalau boleh jujur, sampai detik ini pun aku belum pernah mencoba makanan khas Jogja, yaitu gudeg. Bukan karena makanan atau masakan tersebut tidak enak, tetapi karena lidahku belum terbiasa dengan makanan yang terbilang manis, sedangkan semua tahu bahwa Jogja terkenal dengan masakan yang relatif manis.
Jadinya tidak jarang bila aku sering merindukan makanan kampung halaman. Tampaknya benar kata orang, “Biasanya seorang akan benar-benar mulai mencintai suatu hal setelah ia berpisah atau menjauh darinya."
Tiga tahun lalu, sebelum memutuskan berkelana ke tanah orang, bagiku kampung halaman hanyalah sebatas tempat untuk pulang. Namun, setelah menjalaninya, benar-benar di luar dugaan. Rindu akan tanah kelahiran datang membayang. Terlebih dengan suasana pantai dan kuliner daerahku. Ah, iya sampai lupa. Aku lahir di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pulau yang terkenal dengan keelokan pantainya. Dan malangnya, aku yang selama di perantauan belum pernah sekalipun memanjakan kakiku dengan halusnya pasir pantai. Selain karena kesibukan kuliah, jarak tempuh dari kos-kosan ke lokasi (pantai) juga cukup jauh. Alhasil, aku hanya bisa menunggu hingga waktu pulang kampung tiba yang barulah kemudian aku bisa ke pantai.
Bukan hanya Lombok yang sering menyita pikiran, sebenarnya harus kuakui bahwa akhir-akhir ini suasana Jogja sedang kurindukan. Karena pandemi akhirnya pembelajaran dilakukan secara daring dari rumah. Suasana kampus sampai riuh orang di jalan Malioboro menjadi hal yang terus kupikirkan. Tidak sampai di situ, makanan-makanan manis Jogja yang biasanya kuhindari, kini ingin juga kunikmati. Tampaknya, aku tidak bisa berbohong lagi bahwa Jogja memang benar-benar istimewa.
Makin Mengenal Keunikan dan Kekayaaan Indonesia
Aku yang awalnya hanya mampu mengagung-agungkan kampung halamanku menyadari bahwa ternyata di seberang lautan sana, masih tersimpan rahasia alam yang tidak kalah memesonanya. Mestinya aku sadar diri sejak dahulu bahwa daerah yang lain juga pasti sama kayanya dengan kampung halamanku karena kita adalah tanah yang satu yaitu Indonesia. Namun, terlalu terfokus pada daerah sendiri membuat mata sampai-sampai harus menutup pada daerah-daerah yang lain.
Sampai akhirnya, aku menyadari bahwa melalui Lombok, kampung halaman dan Jogja, tanah rantauan sedikit demi sedikit aku mulai belajar mengenal wajah Indonesia. Keindahan alam pulau Lombok dari mulai pantai, gunung, gili, dan air terjunnya, serta keindahan alam kota Jogja yang meliputi kebun bunga, gunung berapi, pantai, curug, dan keistimewaan lainnya yang tidak kuketahui ditambah dengan keunikan budaya, kekhasan kuliner, dan segala pernak-pernik bangunan masa lampau yang masih eksis, sungguh-sungguh memabukkan pikiran. “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
Dari keduanya (Lombok dan Jogja) saja aku sudah mengenal banyak keunikan, kekayaan, keistimewaan, dan keberagaman Indonesia, lantas bagaimana kiranya bila aku bisa mengenal semua pulau yang ada di negeri ini? Oh, tentu akan “gila" diriku. Sungguh, dua daerah saja sudah membuatku cinta dan bangga akan Indonesia, apalagi dengan 50, 70, 100, hingga jutaan daerah lainnya. Mungkin, barangkali aku akan mengatakan bahwa, “Aku tak ingin pergi ke luar negeri, bila di dalam negeriku saja bisa kujumpai begitu banyak keindahan." Tanpa melebih-lebihkan, Indonesia memang indah. Tidak peduli dari sudut mana kita akan memandang, keelokannya terus saja meminta dikenang.
Terakhir, mari sama-sama mengakui bahwa kita memang mencintai Indonesia. Kita bangga dengan Indonesia. Bukan hanya cinta dan bangga dengan kampung halaman semata, tetapi juga dengan seluruh kampung yang ada di Indonesia. Kita adalah Indonesia. Beraneka, beragam, bermacam nama depan kita dan tunggal (ika) sebagai gelar penyambung kita.
Sebagai penutup, aku teringat akan puisi yang pernah kutulis beberapa bulan yang lalu. Puisi ini sekaligus kupersembahkan untuk Indonesia, negeriku.
Mengenal Negeriku Lewat Petuah Ayah
Dahulu sewaktu masih bocah
Aku pernah berandai payah
Soal negeriku yang masih terpecah
Dan ayah selalu setia berkisah
Menunjuk arah, berujung memberi petuah
Indonesia, nama negara ini, kata ayah
Memiliki bejibun darah, sejarah bahkan masalah
Namun, janganlah resah, Nak
Meski masalah hilir-mudik singgah
Kita semua siap saling papah
Tak perlu panas akan gerah perbedaan
Sepanjang masih ada sejuk persatuan
Jika kau temui penyebar perbelahan
Menunduklah
Jangan dengarkan
Namun, bila kau temui saudaramu di kejauhan
Rangkullah
Jangan karena beda Agama
Lantas kita tak saling percaya
Jangan karena beda daerah
Kita enggan bersambung darah
Kita Indonesia
Beraneka-Beragam-Bermacam
Nama depan kita
Dan Tunggal
Gelar penyambung kita
Ketahuilah, Nak
Kamu tidak tidur sendiri
Pun tidak bangun sendiri
Kita punya banyak kawan pertiwi
Yang dengannya kita akan berjanji
Sama-sama menjaga negeri
#ChangeMaker