Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti punya pengalaman tak terlupakan terkait negeri kita tercinta Indonesia. Ada kebanggaan yang pernah kita rasakan sebagai bagian dari Indonesia. Kebanggaan terhadap keindahan alam Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya, kecintaan terhadap masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Kita pun punya cara tersendiri dalam mengartikan kebanggaan terhadap tanah air ini. Melalui Lomba Share Your Stories Bulan Agustus: Bangga Indonesia ini, Sahabat Fimela bisa berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang tentang hal tersebut.
***
Oleh: Andi Annisa Ivana Putri
Bali. Satu pulau, ribuan pesona duniawi.
Membicarakan pulau Bali nampaknya tidak akan ada habisnya. Dengan berbagai kelebihan yang dituangkan Sang Pencipta di atas pulau ini, jutaan pasang mata meliriknya penuh gairah tiap tahunnya.
Bukan hanya keindahan alam seperti pantai berpasir putih, ombak bersahabat yang nyaman untuk berselancar, terumbu karang, sistem pengairan subak yang ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO yang membuat Bali begitu bersinar. Budaya dan orang-orangnya juga memiliki daya tarik dengan daya pikat yang luar biasa.
Upacara dan berbagai tradisi agama Hindu merupakan hal menarik dari kacamata wisatawan. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan oleh mereka dan hanya bisa dinikmati dengan tatapan.
Akan tetapi, ada satu tradisi Bali yang bisa dinikmati oleh siapa pun, tradisi yang meleburkan penduduk lokal dengan wisatawan. Tradisi yang menggunakan rempah-rempah demi menciptakan cita rasa mewah, tradisi bernama kuliner.
Kuliner Bali tidak banyak berbeda dengan kuliner khas Indonesia lainnya. Penggunaan bumbu masak yang melimpah menghasilkan sebuah rasa dan aroma yang kuat. Babi guling, ayam betutu, sate lilit, dan sate plecing merupakan segelintir masakan Bali. Namun, ada satu aspek lainnya yang begitu lekat dengan masakan Bali, sambal matah.
Sambal Matah
Sambal matah merupakan sambal khas Bali. Nama matah berarti mentah, yang menunjukkan bahwa sambal ini tidak digoreng atau digerus. Bahan dasarnya terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai merah, terasi, garam, sereh, jeruk limau dan minyak kelapa. Sambal ini telah layaknya menjadi pendamping setia tiap sajian Bali. Tidak lumrah rasanya bila melihat makanan tradisional Bali tanpa dilengkapi sambal matah.
Cara membuat sambal ini pun terbilang mudah. Bahan yang telah disebutkan di atas haruslah dirajang terlebih dahulu, lalu terasi yang direndam dengan minyak kelapa akan disiram pada bahan lainnya. Alih-alih mengurangi nikmat sambal matah, bau bawang yang menyengat justru membuat sambal ini semakin lezat.
Tanpa diragukan lagi, sambal matah telah menjadi ikon kuliner Pulau Dewata.
Popularitas sambal matah pun tidak kalah dibandingkan sambal-sambal lain dari berbagai daerah di Indonesia. Berbagai restoran di luar pulau mulai menyediakan sambal matah sebagai pilihan sambal. Bahkan, perusahaan mi instan Indomie merilis varian Indomie rasa sambal matah pada tahun 2017. Hal ini mencerminkan bahwa sambal yang tadinya hanya dikenal dan dinikmati oleh warga lokal dan wisatawan yang berkunjung ke Bali, kini bisa menjangkau seluruh bagian Indonesia.
Sebagai orang yang lahir dan besar di Bali, bumbu dan masakan Bali menjadi sebuah cita rasa yang sangat familier. Sambal matah merupakan kuliner Bali yang tanpa sadar menjadi sebuah identitas diri ketika sedang ada di tanah perantauan.
Bila ada teman yang menunjuk sambal matah di menu sebuah tempat makan dan berkata, “Ini dari tempat asalmu, kan?”
Saya bisa dengan bangga berkata, “Iya, itu sambal matah, dan itu berasal dari Bali.”
#ChangeMaker