Fimela.com, Jakarta Mendisiplinkan anak dengan cara berteriak dan disiplin vebal yang keras memiliki konsekuensi serius pada anak-anak. Penelitian telah menemukan bahwa berteriak meningkatkan masalah perilaku dan gejala depresi pada remaja. Banyak orang tua berteriak kepada anak karena mereka melakukannya karena tengah marah. Akibatnya orangtua akan memberikan komentar yang kasar. Berikut ini adalah beberapa alasan mengapa berteriak saat mendisiplinkan anak lebih berbahaya.
Memperburuk Perilaku Anak
Berteriak menciptakan siklus yang terus berlanjut semakin banyak orangtua berteriak, semakin memperburuk perilaku anak. Yang pada gilirannya hanya akan menyebabkan lebih banyak teriakan. Untuk memutus siklus ini, penting untuk berkomitmen menggunakan praktik disiplin alternatif yang tidak melibatkan teriakan.
Anak-anak Peka Terhadap Volume
Saat pertama kali Mom meneriaki seorang anak, kemungkinan itu akan menarik perhatiannya. Namun, semakin sering Mom berteriak, semakin kurang efektif jika berteriak dan anak akan terbiasa. Mereka akan menjadikan hal itu sebuah kebiasaan ketika Mom memarahinya.
Membuat Orangtua Frustasi
Jika Mom sudah merasa frustasi dengan perilaku anak, berteriak hanya akan meningkatkan frustasi pada diri Mom. Menaikan suara dapat dengan cepat mengubah emosi menjadi kemarahan. Hal ini juga dapat meningkatkan kemungkinan Mom akan mengucapkan komentar menghina atau menggunakan kritik yang terlalu kasar kepada anak.
Kehilangan Rasa Hormat
Sulit bagi anak-anak untuk menanamkan banyak kepercayaan dan rasa hormat pada seseorang yang memanggil mereka nama atau berteriak pada mereka. Anak akan cenderung tidak ingin menyenangkan atau bahkan cenderung tidak menghargai pendapat orangtuanya.
Kebanyakan orang tua tidak ingin membentak anak-anak mereka, namun hal itu dilakukan karena frustrasi. Ketika anak-anak tidak mendengarkan atau ketika mereka melanggar aturan, Mom memerlukan cara untuk mendisiplinkan anak yang lebih efektif.
Cek Video di Bawah Ini
#Changemaker