Fimela.com, Jakarta Hasil survei UNICEF menyatakan bahwa 66% dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 provinsi mengaku selama pandemi COVID-19 merasa tidak nyaman belajar di rumah. 87% siswa ingin segera kembali ke sekolah.
Selain itu, 88% siswa juga bersedia memakai masker di sekolah dan 90% mengatakan pentingnya jarak secara fisik jika mereka belajar di kelas. Namun salah satu penyebabnya adalah 38% siswa mengaku mengalami kekurangan bimbingan dari guru mereka, yang menjadi sebuah tantangan besar.
Jovita Maria Ferliana, M.Psi, Psikolog Anak mengatakan menjalani virtual schooling pastinya menantang bukan hanya untuk guru dan orangtua, tetapi juga bagi anak-anak.
Untuk itu, peran sekolah dan orangtua menjadi semakin penting dalam membantu membuat kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan. Serta dukungan orangtua dapat membantu anak mendalami tugas sekolah dengan menggunakan keterampilan 5C yang terdiri dari berpikir kritis (critical thinking), komunikasi (communication), kolaborasi (collaboration), kerativitas (creativity), dan karakter (character) di rumah.
Misalnya membiarkan anak berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu masalah atau tugas sekolah tanpa terlalu banyak menyela, karena anak mempunyai kreativitas yang tinggi dan mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau sudut pandang.
"Hasilnya, anak akan lebih berpikiran terbuka dalam memecahkan masalah,” ujar Jovita Maria Ferliana, M.Psi, Psikolog Anak.
Frida Dwiyanti, Kepala Sekolah Sampoerna Academy juga mengatakan peran guru, siswa, dan orangtua sangat penting untuk mendukung pembelajaran yang berkualitas serta menciptakan komunikasi dan kolaborasi yang efektif. Orangtua juga memainkan peran penting dalam meraih virtual schooling yang sukses.
"Di sekolah Sampoerna, kami melakukan wellbeing call pada setiap minggu untuk mengetahui perkembangan anak dan memberikan dukungan emosional serta akademik,” ujar Frida.
What's On Fimela
powered by
Metode pembelajaran STEAM
Dalam memberikan pengalaman virtual schooling, para guru Sampoerna Academy menunjukkan metode mengajar untuk Sains, Musik, Seni, dan Matematika.
Dengan metode pembelajaran STEAM, guru mampu mengasah keterampilan 5C pada siswa, seperti melalui mata pelajaran sains, guru dapat membahas tentang bagaimana bunyi dibuat dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi bunyi dan membuat ulang alat musik.
Dengan menerapkan pembelajaran live synchronous melalui Google Classroom bersama guru, siswa dapat mengikuti kelas secara real-time. Serta menerapkan pembelajaran asynchronous, di mana guru menerapkan berbagai metode baru dan menarik untuk meningkatkan pengalaman belajar online siswa. Ini termasuk pelajaran, tugas, dan aktivitas yang direkam di luar kelas real-time.
"Sampoerna Academy telah menyiapkan bimbingan dan pelatihan bagi orang tua siswa ketika pandemi terjadi dan terus menjaga komunikasi secara terbuka dan teratur dengan orang tua dan siswa melalui berbagai aplikasi, seperti email, SIMS, Google Classroom, dan Whatsapp. Dengan komunikasi dan bimbingan yang jelas, maka siswa dapat belajar secara efektif dan nyaman di rumah," tutup Frida.
#Changemaker