Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti punya pengalaman tak terlupakan terkait negeri kita tercinta Indonesia. Ada kebanggaan yang pernah kita rasakan sebagai bagian dari Indonesia. Kebanggaan terhadap keindahan alam Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya, kecintaan terhadap masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Kita pun punya cara tersendiri dalam mengartikan kebanggaan terhadap tanah air ini. Melalui Lomba Share Your Stories Bulan Agustus: Bangga Indonesia ini, Sahabat Fimela bisa berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang tentang hal tersebut.
***
Oleh: Delima Octa
Wisata Gunung Bromo merupakan pilihan tempat wisata yang sering dikunjungi para wisatawan ataupun pecinta alam. Aku tinggal dikabupaten Malang yang letaknya ta jauh dari rute ini cukup dekat menuju ke Gunung Bromo tepatnya Desa Tumpang. Gunung Bromo, siapa yang tidak mengenalnya? Tamu dari berbagai negara banyak yang berkunjung ke sini hanya ingin menikmati indahnya panorama. Tempat wisata ini selalu ramai dikunjungi oleh turis-turis asing dan pengunjung datang silih berganti dengan mengendarai mobil jeep.
Rute ke Gunung Bromo dari jalur ini boleh dibilang kurang populer. Padahal, inilah jalur paling dekat jika diakses dari kota Malang. Sekitar 1,5 jam saja untuk sampai ke Lautan Pasir Berbisik. Memang sayang, tapi apa boleh buat, karena fasilitas di jalur ini, diakui, masih sangat minim. Belum banyak dukungan penginapan atau guest house, dan sejenisnya. Jalanannya sangat menanjak dan minim fasilitas penerangan.
Oh ya, sangat tidak dianjurkan menggunakan motor matic untuk melewati jalur ini, karena turunannya cukup curam. Banyak kejadian rem blong. Balai Besar (BB) Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) mengimbau tidak mengendarai motor matic melewati jalur mulai dari Coban Trisula hingga ke Jemplang, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang hingga ke Gunung Bromo. Imbauan itu dalam bentuk spanduk dan dapat ditemui sepanjang perjalanan ke Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo.
Secara sederhana rutenya adalah Malang-Tumpang-Gubugklakah-Ngadas-Jemplang-Gunung Bromo, dengan jarak kurang lebih 53 km. Jalur tanjakannya cukup terjal. Namun, perjalanan tak mudah itu terbayarkan dengan suguhan alam yang fantastis, cantik, dan memukau.
What's On Fimela
powered by
Keindahan yang Ditawarkan Sungguh Memukau
Gubugklakah adalah desa kecil yang merupakan daerah penghasil apel. Masuk area ini, pemandangan perkebunan apel mengantarkan perjalanan menuju Ngadas yang semakin berkelok, menanjak, dan memasuki hutan. Suasana sejuk dan hamparan hijau pegunungan menggantikan pemandangan perkebunan apel.
Semakin dekat Desa Ngadas, kembali terlihat kebun-kebun dengan permukaan berbukit. Beberapa orang sengaja mampir di air terjun Coban Pelangi yang tak kalah indah setelah melewati Ngadas. Dari sini lalu bertemu dengan pertigaan Jemplang, yang menjadi penentu arah langkah. Lurus menuju Desa Ranu Pani (titik awal pendakian Gunung Semeru), dan kalau ke kiri menuju Bromo. Dari Ngadas menuju Pananjakan memakan waktu sekitar satu jam. Jalannya melewati rute padang savanna terlebih dulu baru kemudian menuju pasir berbisik dan kawah Bromo.
Rute Bromo dari Tumpang ini sebenarnya lebih dikhususkan untuk mereka yang ingin mendaki Gunung Semeru atau yang suka off road. Jalur ini merupakan salah satu pintu masuk mengakses Desa Ranupani di kaki gunung itu. Untuk lebih aman, gunakan jasa sewa jeep hardtop dari Tumpang. Meski sangat mungkin kamu mengeluarkan budget lebih besar jika lewat rute ini, perjalanan ke Gunung Bromo dari Ranupani, dapat menjadi menarik dan penuh tantangan.
Secara garis besar, sebenarnya tidak ada perbedaan jalur antara pengguna motor atau mobil pribadi. Namun, karena peraturan warga kawasan TNBTS yang mengharuskan hanya mobil jenis Jeep yang boleh masuk kawasan TNBTS, maka pengguna mobil pribadi yang ingin berwisata di Gunung Bromo diharuskan menggunakan jasa sewa Jeep Bromo dengan kisaran harga mulai Rp600 ribuan hingga jutaan rupiah untuk satu mobilnya.
Cek Video di Bawah Ini
#ChangeMaker