Bahasa Cinta yang Berbeda Justru Membuat Segalanya Lebih Indah

Endah Wijayanti diperbarui 18 Agu 2020, 09:45 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti punya pengalaman tak terlupakan terkait negeri kita tercinta Indonesia. Ada kebanggaan yang pernah kita rasakan sebagai bagian dari Indonesia. Kebanggaan terhadap keindahan alam Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya, kecintaan terhadap masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Kita pun punya cara tersendiri dalam mengartikan kebanggaan terhadap tanah air ini. Melalui Lomba Share Your Stories Bulan Agustus: Bangga Indonesia ini, Sahabat Fimela bisa berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang tentang hal tersebut.

***

Oleh: Inna Pay

Indonesia, negara dengan ribuan bahasa daerah, juga ribuan kekayaan budaya yang seakan-akan tak pernah habis di eksplore oleh warganya bahkan dunia. Bagaimana tidak betapa bangganya saya menjadi orang Indonesia. Sabu, salah satu pulau kecil yang berdekatan dengan pulau paling selatan Indonesia, Rote.

Pulau Sabu menarik perhatian warga Indonesia ketika festival Kelab'ba Madja berhasil dengan baik. Hal yang mampu merubah cara pandang terhadap kebersamaan dan gotong royong yang begitu mendarah daging bagi bangsa Indonesia, khususnya suku Sabu.

Hal yang tak pernah saya lupakan, waktu itu saya mengunjungi Pulau Sabu. Saya diajak menginap oleh salah seorang teman saya. Hari pertama sampai hari terakhir saya harus pamit,  sangat di sambut luar biasa baik, saya tidak diperbolehkan membantu pekerjaan rumah. Latar belakang hidup perkotaan yang membawa saya berpikir menginap di rumah orang harus membantu mereka atau memberikan sedikit kontribusi. Tetapi tidak dengan penduduk di sana,  mereka memberi tanpa menghitung untung-rugi.  Mereka memperlakukan tamu sebagai raja. Padahal kalau di hitung-hitung, mereka sudah rugi besar. Memang kebaikan orang Indonesia tak perlu diragukan lagi.

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Budaya Cium Hidung

Budaya cium hidung./Copyright dok. Inna Pay

Satu hal lagi yang membuat saya ingat seumur hidup saya adalah cium hidung sebagai budaya salam orang Sabu. Budaya cium hidung di Sabu begitu melekat. Bahkan ketika mereka harus merantau, budaya tersebut terpelihara dan di perkenalkan kepada anak-anak mereka. Suku Sabu percaya bahwa bahasa salam yang paling ampuh bukanlah salam berupa kata-kata tetapi dengan menempelkan hidung kepada tamu. Ketika tuan rumah memberikan ciuman hidung kepada tamu. Itu berarti, tamu diterima dan akan diperlakukan dengan sangat baik.

Budaya cium hidung bukan hanya berfungsi sebagai salam, tetapi sangat mujarab dalam penyelesaian masalah. Ketika seseorang berbuat salah atau menyakiti hati sesamanya. Tentunya ia harus meminta maaf, jika orang yang disakiti mau memaafkan orang tersebut, ia harus mau untuk mencium hidung orang yang menyakitinya dan berpelukan.

Di suatu keadaan lain, jika seseorang berbuat salah dan ingin meminta maaf, ia juga harus mencium hidung orang yang disakitinya sebagai permintaan maaf. Jika di terima permintaan maafnya, maka orang yang disakiti membalas ciumannya. Benar-benar budaya yang didasarkan oleh cinta kasih yang tulus. Tanpa memandang muda maupun tua, bahkan berbeda agama sekalipun.

Ketika isu intoleransi kian meningkat, budaya suku Sabu tak pernah lekang oleh waktu dan tak pernah pudar oleh zaman. Mereka tetap mengasihi, memberikan cinta yang tulus, tanpa membedakan.  

3 dari 3 halaman

Cek Video di Bawah Ini

#ChangeMaker