Menikah Tak Hanya Soal Resepsi, Ada Soal Lain yang Lebih Besar di Dalamnya

Endah Wijayanti diperbarui 18 Agu 2020, 09:06 WIB

Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti punya pengalaman tak terlupakan terkait negeri kita tercinta Indonesia. Ada kebanggaan yang pernah kita rasakan sebagai bagian dari Indonesia. Kebanggaan terhadap keindahan alam Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya, kecintaan terhadap masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Kita pun punya cara tersendiri dalam mengartikan kebanggaan terhadap tanah air ini. Melalui Lomba Share Your Stories Bulan Agustus: Bangga Indonesia ini, Sahabat Fimela bisa berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang tentang hal tersebut.

***

Oleh: Vicky Safira Jamis

Menjadi Wanita Indonesia Sejati, Impian sekaligus Tantangan Luar Biasa Bagi Diriku

Akhirnya kita kembali lagi di bulan Agustus. Bersyukur bahwa ternyata kita masih diberi nikmat sehat oleh Tuhan untuk mengenang dan merenungi makna kemerdekaan negara ini. Tidak lagi larangan atas pendidikan tinggi bagi perempuan adalah salah satu penghargaan bagi perempuan untuk kesetaraan hak mengenyam pendidikan yang sama bahkan lebih dari lelaki. Itulah yang membuat wanita masa kini terpacu untuk lebih mandiri. Walau terkadang ada pula dari kita yang lupa bagaimana sejatinya wanita Indonesia yang tak hanya mandiri finansial namun juga mesti piawai dalam mengasah kemampuan pribadi yang pastinya akan berguna di kehidupan selanjutnya yakni kehidupan bermasyarakat dan rumah tangga kelak.

Aku adalah mahasiswi berusia 21 tahun, menjumpai beberapa temanku satu per satu menikah adalah hal yang lumrah. Berdiri di atas pelaminan dengan kostum pernikahan impian, foto sesi mesra dan megah acara resepsi, didoakan oleh banyak kerabat yang datang, menerima beragam seserahan dari pasangan, dan beberapa kawan yang meninggalkan hadiah pernikahan di meja buku tamu. Ah, siapa perempuan yang tak mendambakan itu semua? Bohong jika aku tak menginginkan hal yang sama namun aku tahu makna pernikahan yang sesungguhnya adalah lebih dari itu, tanggung jawab di dalamnya juga bertambah.

Yang tadinya hanya mengurus keperluan diri kini juga ada suami dan anak-anak yang tentunya butuh perhatian ekstra. Lalu sampailah pada pertanyaan, sanggupkah aku? Memang, jika menuntut kesiapan 100% tentunya mustahil karena manusia tak sempurna namun setidaknya ada beberapa aspek dasar telah sedikit banyak dikuasai meski belum begitu ahli. Diriku sendiri sedang dalam proses, masih banyak hal yang perlu diperbaiki dan ditambah.

Value (nilai) diri, bagaimana membawa diri di masyarakat, kepiawaian memasak, manajemen keuangan, serta melakukan setumpuk pekerjaan rumah dengan efektif dan efisien, merupakan beberapa aspek umum yang penting diperhatikan bagi wanita yang akan beranjak dewasa. Tentunya hal tersebut tidak bisa dilakukan secara instan, butuh pembiasaan yang cukup lama.

What's On Fimela
2 dari 2 halaman

Kesiapan Diri

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Aku bersyukur memiliki ibu yang luar biasa, meninggalkan pekerjaannya di kantor serta lebih memilih mengurus rumah dan fokus memperhatikan tumbuh kembang kami. Bisa dibilang finansial kami tidak berlebih namun alhamdulillah Tuhan mencukupi kebutuhan kami. Seringkali dulu ibu mengomel ketika aku semaunya sendiri dan sulit diajari berbenah rumah, dan aku pun merasa sikap ibu berlebihan namun kini kumerasa bahwa ucapan dan tindakan ibu benar dan betapa dulu ia menekan perasaan kesalnya saat aku bandel. Oh, Ibu, maafkan sulungmu. Ibu melakukan itu tentunya karena ingin anaknya menjadi lebih baik lagi.

Sebagai anak perempuan tertua menjadikan sedikit banyak yang harus aku kuasai, mungkin semacam tuntutan tidak tertulis namun kini aku tak lagi protes karena memang tak ada yang salah mengenai hal itu. Ketika melihat kawan yang mengikat janji pernikahan, inginku untuk hal itu sesaat saja dan tidak ingin gegabah mengambil keputusan karena buatku pernikahan adalah hal yang sakral dan penuh pertimbangan.

Menikah tidak hanya perihal resepsi, menikah artinya bersiap untuk tanggung jawab yang lebih besar lagi. Mimpiku adalah menjadi wanita yang mandiri finansial sebelum menikah, memperluas relasi dan meningkatkan kompetensi diri dalam bidangku yang diharapkan akan menjanjikan nantinya sehingga tetap percaya diri dengan kestabilan finansial pribadi. Kedua, tentu menjadi wanita Indonesia yang tak boleh melupakan fitrah sejatinya yang lihai dalam mengurus rumah tangga kelak. Impianku yang sekaligus menjadi tantangan yang tidak mudah. Semoga tulisan yang saya tulis sebagai self-reminder diri saya disini juga dapat diambil hikmahnya oleh pembaca setia Fimela.

Salam hangat dari Vicky Safira di Semarang. Dirgahayu Indonesiaku! Jaya dan damailah selalu.

#ChangeMaker