Perjuangan Indra Rudiansyah, WNI yang Bergabung dalam Tim Pembuatan Vaksin COVID-19 di Oxford

Karla Farhana diperbarui 18 Agu 2020, 12:37 WIB

Fimela.com, Jakarta Sejumlah negara kini sedang berlomba-lomba menciptakan vaksin COVID-19 untuk menghentikan pandemi yang sudah berlangsung sejak awal tahun 2020 hingga sekarang. Salah satunya, Inggris yang membentuk sebuah tim terdiri dari sejumlah peneliti di Universitas Oxford untuk berjuang menciptakan vaksin Corona untuk masyarakat dunia. 

Akun resmi Universitas Oxford pada 20 Juli 2020 lalu telah mengumumkan mengenai perkembangan hasil penelitian mereka. Lewat akun Twitter resmi mereka, Universitas Oxford mengumumkan vaksin yang mereka buat menghasilkan respon kekebalan yang baik. 

Di antara para peneliti di Universitas Oxford tersebut, ternyata ada seorang mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam tim pembuatan vaksin Corona, Indra Rudiansyah. Indra, tulis the Jakarta Post, merupakan mahasiswa S3 Program Clinical Medicine, Jenner Institute, Universitas Oxford. 

Saat Indra baru tiba di Universitas Oxford tahun 2018 untuk mengejar gelar Doktor, dia tidak pernah menyangka akan bergabung dalam sebuah tim yang berjuang untuk membuat sebuah vaksin pandemi yang kini sangat dibutuhkan dunia. Sebelumnya, pria lulusan ITB ini menggeluti vaksin malaria. 

Dia lantas menerima tawaran untuk terjun langsung untuk bergabung dengan tim pembuatan vaksin Corona di universitas tersebut. Indra mulai terlibat sejak Mei 2020. Setiap hari, dia bekerja selama 10 jam di laboratorium tanpa mengenal libur. 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Vaksin AZD1222

BBC melaporkan, Universitas Oxford kini sedang membuat vaksin Corona yang dinamakan AZD1222. Vaksin ini dilaporkan tidak memiliki efek samping serius dan menghasilkan respon kekebalan yang baik pada lebih dari seribu orang yang telah menjalani uji coba vaksin tersebut. 

Meskipun begitu, masih begitu banyak PR yang harus dikerjakan Indra dan teman-teman peneliti lainnya. Jika vaksin sudah berhasil diciptakan, mereka masih harus bekerja keras untuk memproduksinya dalam jumlah masif. 

"Menurut pimpinan proyek, Sarah Gilbert, kita bisa mengharapkan laporan dari uji coba pada kuartal ketiga tahun ini. Namun, vaksin itu sendiri belum bisa tersedia hingga awal tahun depan," katanya kepada BBC. 

#ChangeMaker

3 dari 3 halaman