Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti punya pengalaman tak terlupakan terkait negeri kita tercinta Indonesia. Ada kebanggaan yang pernah kita rasakan sebagai bagian dari Indonesia. Kebanggaan terhadap keindahan alam Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya, kecintaan terhadap masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Kita pun punya cara tersendiri dalam mengartikan kebanggaan terhadap tanah air ini. Melalui Lomba Share Your Stories Bulan Agustus: Bangga Indonesia ini, Sahabat Fimela bisa berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang tentang hal tersebut.
***
Oleh: Rina Nuryasari
Ada berapa banyak kabupaten di pesisir selatan Pulau Jawa yang kamu kenal? Teman-teman mungkin akan menyebutkan Pangandaran, Cilacap, Kebumen, Wonosari, Pacitan, Jember, Banyuwangi kota-kota yang memiliki wisata pantai yang sudah terkenal. Seberapa banyak dari kita yang menyebutkan Trenggalek? Kabupaten Trenggalek bukanlah kabupaten yang besar. Ditambah lagi, meski pantainya tak kalah cantik dengan kabupaten yang sudah disebutkan di atas, namun promosi wisatanya masih jauh dari intensif. Tidak banyak orang yang singgah dan menikmati wisata pantai di sini, katakanlah Pantai Prigi, Pelang, Konang, Taman Kili-kili dan masih ada beberapa yang lain.
Pantai dan ikan merupakan berkat yang kami syukuri. Selain itu, pantai kami juga merupakan tempat persinggahan Penyu Lekang untuk bertelur. Di Pantai Taman Kili-kili, jika Anda berkunjung pada bulan Mei hingga Agustus, Anda akan berkesempatan melihat penyu naik dan menggali sarang di pantai. Lebih beruntung lagi, Anda bahkan bisa melihat tukik (anak penyu) yang berlomba-lomba keluar dari sarang dan menuju ke laut. Sangat menarik, bukan? Lebih menarik lagi karena kita dapat melihat langsung di habitat aslinya. Pantai yang tenang dan landai serta bersih dari rumput maupun sampah membuat penyu ini rutin menyambangi Taman Kili-kili. Petugas penjaga pantai juga sigap untuk mengawasi sarang-sarang penyu agar terhidar dari pencurian telur.
Kampung Halaman yang Indah
Di kabupaten inilah saya lahir dan dibesarkan. Saya memiliki banyak kenangan terutama terkait keasrian alamnya. Desa kami merupakan desa kecil yang masih banyak memiliki lahan sawah, di kelilingi bukit karst yang banyak ditumbuhi pohon jati dan pinus. Ritme desa yang lambat, sangat cocok dijadikan tempat untuk melepas penat dan ketegangan. Penduduk di desa saya tinggal, memang banyak bekerja di luar kota bahkan di luar pulau, karena laju perekonomian yang masih lambat di sini. Jumlah penduduk yang tidak banyak, membuat kami mengenal lebih dekat, bergaul satu sama lain, memperlihatkan kesabaran dan keramahan. Inilah yang membuat para perantau selalu rindu untuk pulang.
Saya sendiri sudah sepuluh tahun pergi merantau, mulai dari Surabaya hingga saat ini tinggal di Jogja. Apa yang saya rindukan dari kota kelahiran saya? Suasana rumah dan tak ketinggalan masakannya. Masakan yang tentu saja tidak dijual bebas di warung sebelah. Saya paling menyukai olahan ikan asap dan terong yang dibumbu pedas dengan santan. Seperti yang saya jelaskan bahwa di daerah kami yang dekat pantai, ikan adalah lauk yang harganya sangat terjangkau. Ibu saya akan memasak menu itu tiap kali saya pulang. Satu lagi menu yang saya gemari adalah sumpil. Sajian ini berupa lontong, yang dimakan dengan lodeh nangka muda pedas lalu ditambahkan sayur lalapan seperti daun ketela dan toge, kemudian disiram dengan bumbu kacang. Nikmat sekali dijadikan menu sarapan di pagi hari. Tambah lengkap jika ada temannya, yakni teh hangat dan gorengan. Tidak pernah saya jumpai menu ini di tempat lain. Satu-satunya tempat saya menikmati sajian ini adalah saat saya pulang, berada di rumah.
#ChangeMaker