Fimela.com, Jakarta Kita semua pasti punya pengalaman tak terlupakan terkait negeri kita tercinta Indonesia. Ada kebanggaan yang pernah kita rasakan sebagai bagian dari Indonesia. Kebanggaan terhadap keindahan alam Indonesia, kekayaan tradisi dan budaya, kecintaan terhadap masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya. Kita pun punya cara tersendiri dalam mengartikan kebanggaan terhadap tanah air ini. Melalui Lomba Share Your Stories Bulan Agustus: Bangga Indonesia ini, Sahabat Fimela bisa berbagi cerita, pengalaman, dan sudut pandang tentang hal tersebut.
***
Oleh: Mia Yusnita
Bapak saya sangat suka memasak. Dan totalitasnya tinggi. Kalau memasak ayam kampung, beliau melakukan semua prosesnya sendiri. Mulai dari memilih ayam (hidup), menyembelihnya, mencabuti bulu-bulunya, memotongnya, memanggangnya, sampai memasaknya. Dan ibu saya bilang bahwa ceker ayam itu bagus, karena menguatkan kaki. Brutu ayam jangan dimakan, karena bisa membuat kita "telmi". Telat mikir. Mungkin otak saya jadi tercuci sampai sekarang, makanya saya suka ceker dan nggak suka brutu padahal banyak yang bilang brutu itu enak.
Entah kenapa, di supermarket dan pasar tradisional ayam negeri bisa dibeli per potong, sementara ayam kampung harus dibeli utuh satu ekor, termasuk hati, usus dan jantungnya. Saya juga lebih suka paha ketimbang dada ayam, meski pun kata orang, dada ayam lebih sehat karena lemaknya lebih sedikit. Tapi tetap saya beli, karena rasa daging ayam kampung lebih enak.
Ngomong-ngomong soal ayam kampung tadi. Saya sangat rindu akan masakan khas kota tempat saya lahir yaitu Tulungagung. Mungkin kalian sudah tidak asing lagi atau pernah mendengar masakan Ayam Lodho. Yang menjadi salah satu kuliner khas nusantara. Masakan ini berciri khas menggunakan ayam jawa untuk hasil rasa lebih enak dan gurih. Walaupun bisa juga dimasak menggunakan ayam negeri, tapi rasanya tidak bisa senikmat dan gurih seperti menggunakan ayam kampung pastinya.
Ayam lodho pada dasarnya adalah ayam panggang yang dimasak dengan bumbu rempah dan santan kental. Biasanya dimasak menggunakan api kecil ketika memasukkan daging ayam panggang ke dalam bumbu. Perpaduan api dengan kayu bakar ketika memasak dengan waktu yang lama akan mendidihkan santan beserta bumbu-bumbunya hingga kuah mengental dan ayam pun empuk.
Cita Rasa Kuliner khas Daerah
Cita rasa dari ayam lodho cenderung pedas. Aromanya sangat khas karena menggunakan santan kental dan rempah-rempah yang membuat rasa dari masakannya makin gurih dan sedap. Bumbunya sepertinya mirip bumbu kari tapi tanpa jintan. Tekstur daging dari ayam lodho sangat halus karena waktu memasaknya diungkep lama sekali sampai benar-benar empuk. Sampai-sampai klo kita makan daging ayamnya akan terlepas dengan sendirinya dari tulangnya. Dan satu lagi aroma asap dari pemanggangan yang masih bisa tercium ketika kita memakannya. Menambah kenikmatan saat kita menyantapnya.
Ada orang yang bilang jika lodho memiliki arti empuk. Tapi ada beberapa orang yang mengartikan jika lodho adalah makanan gurih dari santan yang sangat kental. Saya kurang tahu yang mana yang benar. Ayam lodho sebenarnya sudah mulai terkenal di luar kota Tulungagung. Di Trenggalek juga ada ayam Lodho tapi di sana masakannya lebih berwarna merah kekuningan tidak seperti di Tulungagung yang dominan berwarna kuning, rasanya pun juga beda.
Di kota Malang juga ada tempat makan yang menyediakan menu khusus ayam lodho saja. Tapi tetap saja kalau pulang saya selalu dimasakkan ayam lodho sama bapak, karena rasanya tetap ada bedanya. Itu yang bikin saya kangen untuk selalu bisa pulang ke rumah. Dan ketika balik, biasanya akan dibekali ayam panggang untuk saya masak sendiri.
Indonesia itu kaya raya tidak hanya kaya isi perut buminya, lautnya, orang-orangnya, budayanya, tapi juga kaya selera dan cita rasa. Sebagai orang Indonesia saya bangga karena keragaman Indonesia itu tidak ada lawannya. Ayam lodho khas Tulungagung juga akan beda dengan ayam lodho khas Trenggalek. Ini adalah salah satu keunikan kuliner yang kita miliki, misal proses masaknya, komposisi bumbunya. Lalu dengan bumbu yang sama tapi proses yang beda, hasilnya juga berbeda-beda juga.
Sayang sekali kalau kita sebagai orang Indonesia tidak tertarik untuk mencoba kuliner dalam negeri dan lebih mencintai kuliner dari luar negeri. Karena makanan khas adalah pintu utama dan cara yang keren dalam mengenal ragam budaya baru, pintu pembuktikan kebenaran mitos yang sudah telanjur menyebar dalam benak pecinta kuliner.
#ChangeMaker