Fimela.com, Jakarta Dalam tradisi Jawa, saat seorang perempuan hamil tua atau saat usia kehamilan sudah memasuki sembilan bulan, sebuah tradisi atau acara syukuran biasanya akan dilangsungkan. Dalam acara, biasanya akan disajikan jenang procot.
Jenang procot atau yang juga dikenal sebagai jenang grawul seringkali dibuat pada tradisi ibu hamil yang akan segera melahirkan karena mengandung makna khusus. Istilah dalam bahasa Jawa, procot berarti perosot atau meluncur. Ini menyimbolkan harapan supaya persalinan bisa lancar dan bayi yang dilahirkan bisa "meluncur" dengan mudah.
What's On Fimela
powered by
Makna Jenang Procot
Jenang procot biasanya disajikan dan dinikmati dalam keadaan hangat. Jenang ini terbuat dari tepung beras disajikan dengan kuah juruh atau santan kelapa yang dicampur dengan gula jawa cair.
Penyajiannya pun cukup unik dan dalam penyajian ini ada simbol-simbol yang mengiringi harapan lancarnya persalinan sang ibu dan keselamatan sang calon bayi. Jadi, jenang akan dituangkan dalam takir yang terbuat dari daun pisang, lalu diguyur juruh. Kemudian, pisang raja yang dibungkus daun pisang berbentuk tabung akan diperosotkan (procot) di atas jenang. Rasa dari jenang procot sendiri dominan manis legit sekaligus gurih yang didapatkan dari rasa gurih santan kelapa.
Pisang raja dalam jenang ini diibaratkan bayi dalam kandungan. Sementara bungkus daun pisang diibaratkan sebagai kain jarik yang dikenakan oleh sang ibu. Dalam tradisi turun menurun di kalangan masyarakat Jawa, jenang procot menyimbolkan persalinan yang lancar. Diharapkan ketika ibu mengonsumsi jenang procot ini, persalinan bisa berlangsung dengan baik serta si jabang bayi bisa lahir dengan selamat dan sehat.
Jenang procot seringkali dibuat pada tradisi sembilan bulanan atau acara bancakan ketika seorang ibu hamil tua. Mengiringi doa-doa terbaik untuk sang ibu dan calon buah hati tercinta yang akan segera lahir ke dunia.
#ChangeMaker