Fimela.com, Jakarta Menurut banyak laporan, salah satu yang dapat menyebabkan terinfeksinya Covid-19 dengan mudah adalah rendahnya sistem imunitas tubuh, sehingga kanker pun menjadi salah satu faktor risiko terbesar. Pasien kanker paru pun lebih rentan terinfeksi dengan angka risiko 25-38 persen dibandingkan dengan kanker lainnya.
Inilah yang menjadi dasar diperingatan Hari Kanker Paru Sedunia melakukan survei untuk mempelajari tindakan oleh penyintas kanker dalam masa pandemi saat ini.
“Bekerja sama dengan CISC, survei ini dilakukan untuk memetakan dampak pandemi COVID-19 pada penyintas dengan menggunakan platform online, dan direspon oleh 355 penyintas kanker di seluruhIndonesia,” jelas dr. Elisna Syahruddin, PhD, Sp.P(K)Onk, Ketua Pokja Kanker Paru Perhimpunan Dokter Paru Indonesia dalam siaran pers #LUNGTalk yang diterima Fimela.com.
Survei yang dilakukan tersebut menunjukan hasil yang sangat baik terutama terkait pengetahuan responden tentang COVID-19 dan upaya pencegahan yang perlu dilakukan untuk meminimalisasi risiko penularan. Tingkat kecemasan di kalangan responden ternyata masih terbilang rendah.
dr. Elisna Syahruddin mengatakan tercatat sebanyak 73 persen dari seluruh responden yang mendapat informasi cukup terkait pencegahan COVID-19, seperti selalu memakai masker, cuci tangan, jaga jarak dan menjaga imunitas tubuh. Selain itu, 60,1 persen responden mengakui tingkat kecemasan mereka akibat COVID-19 cukup rendah.
"Tiga hal yang sering memicu kecemasan penyintas kanker selama pandemi adalah memburuknya kondisi pasien akibat COVID-19, ditunjukkan di angka 38,8 persen, selanjutnya 29,2 persen responden cemas terhadap terganggunya proses terapi dan 22,5 persen-nya akan gangguan akses ke pusat layanan kesehatan,” tambahnya.
What's On Fimela
powered by
Rekomendasi dari hasil survei
Penyintas kanker paru Megawati Tanto, yang juga Koordinator Kanker Paru CISC, mengakui beratnya tantangan yang dihadapi oleh pasien kanker paru. Para pasien kanker, termasuk kanker paru, sangat bergantung pada pelayanan. Dan jika penindakan dan layanan kesehatan selama masa pandemi terganggu, seperti waktu tunggu yang lama atau ketidaktersediaan obat yang dijamin maupun yang tidak dijamin BPJS akan berdampak buruk pada riwayat kesehatan pasien.
"Kami sungguh berharap agar penyedia layanan kesehatan tidak mengesampingkan akses pelayanan kanker," paparnya
Oleh karena itu, perlu penguatan kolaborasi antar semua pemangku kepentingan terkait kanker dalam upaya promotif, preventif, diagnosis, kuratif, rehabilitatif dan paliatif untuk penanggulangan kanker nasional di masa pandemi COVID-19 menuju adaptasi kebiasaan baru.
Adapun beberapa rekomendasi yang dihasilkan dari survei ini, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa akses layanan kesehatan bagi penyintas kanker harus menjadi prioritas di masa pandemi. Penyedia layanan kesehatan dihimbau untuk menjadikan prosedur diagnosis kanker sebagai prioritas layanan kanker dan pemberian terapi lini pertama, khususnya bagi pasien baru dan stadium lanjut perlu diterapkan tanpa membatasi akses layanan kanker dan tetap mengikuti prosedur layanan kanker selama pandemi COVID-19.
#Changemaker