Fimela.com, Jakarta Belakangan ini, fetish dan Gilang menjadi bahan pembicaraan warga Twitter. Pembicaraan ini berawal dari sebuah utas mengenai kasus pelecehan seksual yang melibatkan seorang mahasiswa, Gilang. Utas tersebut ditulis sebuah akun bernama @m_fikris di Twitter.
Dia berkenalan dengan Gilang melalui Instagram. Dalam utas tersebut, Gilang memintanya untuk membungkus dirinya menggunakan lakban, tali, dan kain jarik yang dibantu salah satu temannya. Gilang menyampaikan aksi bungkus-membungkus ini untuk bahan penelitian tugas akhir di kampusnya dengan tenggat waktu yang sudah sangat mepet.
Utas tersebut pun menjadi viral. Para netizen pun menyimpulkan kalau Gilang memiliki sebuah fetish terhadap orang yang dibungkus dengan kain jarik. Bukan hanya membuka pembahasan mengenai fetish Gilang yang aneh, tetapi juga beberapa pengguna Twitter mulai mengungkap korban-korban Gilang lainnya. Rupanya, aksi bungkus-membungkus ini sudah Gilang lakukan pada beberapa orang lainnya.
Berbicara mengenai fetish kain jarik, sebenarnya, apa yang dimaksud dengan fetish itu sendiri? Menurut WebMD, orang dengan fetish memiliki dorongan seksual yang berhubungan dengan benda mati.
"Seseorang menjadi terangsang secara seksual dengan memakai atau menyentuh sebuah objek. Misalnya, objek berupa barang pakaian, pakaian dalam, sepatu perempuan, dan lainnya," tilis webMD.
Selain itu, situs itu juga menulis, fetish juga dapat menggantikan aktivitas seksual dengan pasangan atau dapat dikerjakan menjadi aktivitas seksual dengan pasangan yang bersedia. Ternyata, fetish tidak melulu mengenai benda yang berhubungan dengan manusia, tetapi juga bisa benda mati apa pun, seperti roller coaster dan lainnya.
Penyimpangan Seksual
Meski fetish nampak umum dan lumrah, ternyata fetish merupakan salah satu bentuk penyimpangan seksual. Hal ini ditulis Psychology Today yang mengatakan, kata fetisisme berasal dari bahasa Portugis, feitico, yang berarti obsessive fascination.
Sebagian besar orang menganggap fitur tubuh nongenital tertentu sangat menari. Hal ini, tulis Psychology Today, merupakan sebuah fetisisme yang masih normal dalam dunia seksualitas manusia.
Namun, fetisisme dianggap bermasalah ketika mengganggu fungsi seksual atau sosial seseorang, dan ketika dia bergairah secara seksual harus dengan objek fetisnya.
Dalam pedoman DSM-5, gangguan fetisistik merupakan sebuah kondisi dimana ada penggunaan atau ketergantungan yang terus-menerus dan berulang pada benda mati atau fokus yang sangat spesifik pada bagian tubuh seseorang seperti area non genital, kaki, betis, dan lainnya, untuk mencapai gairah seksual.
#changemaker