Gejala Sering Tak Terlihat, 4 Hal yang Harus Kamu Tahu Soal Depresi

Karla Farhana diperbarui 10 Agu 2020, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Tidak mengenal usia dan jenis kelamin, depresi dapat menyerang siapa pun. Tergolong dalam kelompok gangguan suasana hati, depresi umumnya ditandai dengan perasaan sedih yang berlarut dan tanpa sebab, atau amarah yang kerap kali muncul hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Di antara gangguan suasana hati lainnya, depresi merupakan salah satu gangguan kesehatan mental yang sangat serius dan membutuhkan penanganan dari psikolog atau psikiater. The Centers of Disease Control and Prevention (CDC) Trusted Source mengatakan kalau depresi juga diderita banyak orang di dunia. Di Amerika Serikat, terdapat 8,1 persen penduduk dewasa usia 20 tahun ke atas mengalami depresi di tahun 2013-2016. 

 

Meskipun kadang tidak terlihat oleh orang lain, ada cukup banyak tanda-tanda depresi. Bukan hanya munculnya perasaan sedih berkepanjangan, tetapi juga hilangnya minat dalam melakukan aktivitas yang disukai, serta sulit fokus. Sehingga, tidak jarang penderita depresi tidak bisa menjalani aktivitas sehari-harinya seperti biasa. 

Untuk itu, penting sekali bagi Sahabat Fimela untuk melakukan konsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan penanganan dan perawatan yang tepat dan baik. Jangan menebak atau melakukan self diagnose yang justru dapat mengarahkanmu pada kesalahan penanganan. Berikut beberapa hal yang harus kamu tahu mengenai depresi, dilansir dari Psychiatry-UK.org. 

2 dari 3 halaman

1. Sedih bukan berarti depresi

ilustrasi depresi | pexels.com/@pixabay

Sedih merupakan perasaan yang wajar, apalagi ketika kamu baru saja mengalami sebuah kejadian atau tragedi, serta kehilangan orang yang sangat dicintai atau sesuatu yang sangat berharga. 

Namun, depresi secara klinis biasanya ditandai dengan rasa sedih yang berkepanjangan. Rasa sedih tersebut hadir paling tidak selama 2 minggu dan benar-benar memengaruhi aktivitas dan kehidupanmu. 

2. SSRIs

 

Biasanya, pasien yang mengalami depresi akan diberikan elective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) yang dapat meningkatkan hormon serotonin untuk membantu mereka dapat mengelola gejala depresinya, termasuk agar dapat kembali bekerja dan menjalankan aktivitas sehari-hari. 

3. Beberapa jenis pengobatan

Tidak semua pasien depresi akan diresepkan SSRIs oleh psikiater. Psikiater biasanya akan berdiskusi dengan terapis megenai metode terbaik untukmu. Namun, biasanya mereka akan mengombinasikan antara 3 jenis pengobatan, seperti obat, perawatan seperti self help technique, dan perubahan gaya hidup untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan gejala depreasi. 

4. Butuh bantuan

Banyak orang yang mencoba berbagai metode lain untuk menghilangkan rasa sedih dan gejala depresi lainnya. Seperti misalnya pendekatan secara religi, bepergian, atau mengabaikan gejala-gejala dengan berharap depresinya hanya situasi sementara dan akan hilang jika diabaikan. 

Padahal, menurut para psikolog dan psikiater, orang dengan gangguan jiwa (IDGJ), termasuk depresi membutuhkan bantuan profesional. Jika dibiarkan saja atau mendapatkan penanganan yang salah, gejala depresi akan menjadi lebih parah dan pasien akan menderita lebih lama. Untuk itu, sebaiknya lakukan konsultasi dengan psikiater atau psikolog jika merasa perlu untuk berbicara dan memiliki beberapa gejala depresi. 

#ChangeMaker

 

3 dari 3 halaman

Simak Video Berikut