Suka Duka Hidup Berpindah-pindah, Tidak Mudah tapi Banyak yang Disyukuri

Endah Wijayanti diperbarui 28 Jul 2020, 09:40 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.

***

Oleh: Golde Kindangen

Setiap keluarga memiliki cerita dan perjuangannya sendiri, termasuk keluargaku. Sejak suamiku dinyatakan lulus sebagai calon hakim Pengadilan Agama, Mahkamah Agung Republik Indonesia, mulai saat itu juga kehidupan tidak menetap keluarga kami dimulai. Di satu sisi banyak kesenangan yang kami dapatkan, seperti bertemu orang-orang baru, berkesempatan merasakan suasana hidup berbeda di kampung orang, mencicipi kuliner berbeda, memiliki banyak teman dan saudara baru dan lain sebagainya. Kehidupan yang boleh jadi diimpikan banyak orang. Namun di sisi lain hidup berpindah juga memiliki tantangan sendiri.

Berkarier tapi yang Tidak Mengikat

Sebagai perempuan dengan pendidikan sarjana, aku sempat berniat menjadi ASN seperti teman-temanku lainnya. Namun mengingat tugas suami yang terus berpindah, aku membatalkan niat itu. Aku sering melihat beratnya kehidupan para hakim yang hidupnya terpisah dari suami atau istri mereka yang ASN. Rasanya aku belum sanggup saja hidup seperti mereka, berjauhan dari suami

Tentu saja aku tetap boleh berkarier. Hanya pilihan kariernya saja dipilih yang tidak mengikat, supaya aku bisa terus mendampingi suamiku. Aku pun memutuskan menjadi guru honorer di beberapa sekolah swasta. Ternyata keputusan tersebut cocok untukku. Selain punya kesempatan mengabdikan ilmu, aku juga berkesempatan merasakan pengalaman berharga mengajar di banyak tempat, dan yang terpenting saat SK pindah suami keluar aku bisa langsung menyertainya.

Memiliki Harta Seperlunya Saja

Tidak bisa dipungkiri hampir semua ibu rumah tangga termasuk aku, suka mengisi rumahnya dengan perabotan dan perlengkapan rumah tangga, seperti panci, piring, lemari pakaian, kitchen set, sofa, dan lain-lain. Hanya saja, setiap ingat betapa repotnya mengangkut semua barang-barang itu saat pindah. Aku terpaksa mengabaikan keinginan itu, dan bersepakat dengan suami untuk mencukupkan diri dengan benda-benda yang paling dibutuhkan saja.

Bahkan, awal-awal menjadi hakim, suamiku membeli kasur angin untuk tempat tidur kami. Maksudnya jika SK pindah keluar kasur tersebut bisa ditinggal saja. Namun pilihan itu justru terbukti merepotkan, karena hampir setiap dua hari sekali, suamiku harus memompa kasur itu sebelum tidur. Akhirnya, setelah sekitar enam bulan pemakaian kami membeli kasur baru yang bukan kasur angin, karena kasur yang lama bocor di sana sini dan tak mungkin bisa ditambal lagi.

 

 

 

 

2 dari 3 halaman

Melahirkan di Kampung Orang

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/plepraisaeng

Telah sembilan tahun sejak terakhir kali aku hamil. Kehamilan itu sendiri tidak normal, karena janinnya tidak berkembang seperti seharusnya, melainkan berbentuk seperti buah anggur. Rupanya aku mengalami hamil anggur atau mola hydatosa yang membuat kandunganku harus dikuret. Semenjak saat itu meski sudah berobat ke sana-sini aku tidak kunjung hamil lagi.

Setelah sembilan tahun, saat kami sudah pasrah tidak memiliki keturunan aku justru hamil. Alhamdulillah. Betapa bahagianya kami mendapat karunia tersebut. Kendati kehamilan itu sendiri tidak selalu berjalan lancar. Pada tiga bulan pertama aku sering mengalami pendarahan ringan. Salah sedikit saja pendarahan. Naik tangga, cuci piring, hingga naik motor pun mengalami pendarahan juga. Terpaksa aku harus istirahat total di tempat tidur dan menyerahkan semua urusan rumah tangga kepada suami.

Syukurnya, memasuki tiga bulan kedua, pendarahan yang sering kualami berhenti dengan sendirinya, sehingga aku bisa menjalani kehamilan dengan nyaman.

Akhirnya, pada tanggal 2 Juli 2014, putra kami, "anak mahal" yang lama dinanti lahir ke dunia. Tak terbilang betapa besar rasa syukur kami kepada Allah, yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk menjadi orang tua. Walau di rumah sakit hanya berdua dengan suami saja. Tetap saja tak mengurangi rasa bahagia kami.

Anak telah lahir waktunya untuk akikah. Kami memang telah menabung jauh-jauh hari untuk keperluan melahirkan dan akikah. Masalahnya kami hidup di rantau dan tidak memiliki satu orang pun kerabat. Beruntung, pak RT yang rumahnya bersebelahan dengan kami sedang menyelenggarakan akikah massal, dan kami diizinkan menitipkan akikah putra kami dengan menyumbang dua ekor kambing. Alhamdulillah, lega sekali rasa hati bahwa kami dimudahkan untuk menunaikan kewajiban sebagai orang tua.

3 dari 3 halaman

Kehilangan Orang Tercinta

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com/g/Jirat+Teparaksa

Akibat jarak yang jauh, aku jarang ikut  acara kumpul-kumpul keluarga besar, seperti pernikahan sepupu, syukuran kelahiran, hingga melayat kematian kerabat.

Berkenaan hal yang terakhir, aku bahkan tidak bisa mendatangi ibuku yang di rawat di rumah sakit sampai beliau meninggal dunia. Aku hanya bisa memantau kondisi Ibu sejak masuk rumah sakit hingga menghadapi mengembus napas terakhir melalui whatsapp saja. Waktu itu pandemi Covid-19 sedang menyebar dengan cepat di negeri ini.

Kami yang baru pindah dari Muara Teweh ke Pangkalan Bun terjebak tidak bisa ke mana-mana karena sedang ada pembatasan sosial berskala besar. Tidak ada transportasi darat maupun udara baik keluar maupun masuk Provinsi Kalimantan Tengah, sedangkan kami tidak memiliki mobil sehingga aku tidak bisa mudik ke kampungku di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur. Mau bagaimana lagi, meski sedih dan terpukul aku berusaha ikhlas dan berdamai dengan kenyataan bahwa situasi di luar kuasaku ini terjadi atas seizin Allah yang Mahakuasa.

Demikian cerita keluargaku. Hidup sering berpindah tidak selalu menyenangkan, akan tetapi pengalaman yang didapat semuanya berharga, sehingga tidak ada alasan  untuk mengeluh. Tak lupa selalu menjadikan bersyukur dan bersabar sebagai modal hidup di mana pun kami berada.

 

 

#ChangeMaker