Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
***
Oleh: Malinah Chubbydutz
Berkah setelah fokus di rumah. Bukan hal yang mudah bagi saya memantapkan diri untuk resign dari pekerjaan. Pekerjaan yang sudah saya jalani selama hampir 12 tahun. Pekerjaan yang selama ini sangat memberikan kontribusi yang luar biasa bagi perkembangan hidup saya secara lahir dan juga batin.
Saya bekerja sebagai guru di sekolah swasta. Dan alhamdulillah saya juga sudah mendapat tunjangan profesi dari pemerintah juga. Saya sangat menikmati pekerjaan yang saya jalani, karena ritme kerjanya tidak seperti pegawai kantoran yang hanya bisa menikmati libur di hari Sabtu, Minggu dan juga libur hari raya. Saya bisa menikmati hari hari kosong saat anak-anak sekolah libur di tiap akhir semester dan juga di tiap akhir tahun ajaran baru, betapa indahnya dunia.
Selain itu pula, jarak sekolah tempat saya mengajar dengan rumah yang saya tempati cukup dekat. Hanya sekali saja naik angkot. Ditambah lagi suasana kerja dan teman-teman seprofesi yang sangat baik dan bikin betah. Saya bekerja dari hari Senin sampai Jumat. Mulai pukul 08. 00 sampai pukul 16. 00. Kelas yang saya pegang cukup banyak dan saya mengajar dua shift. Saya sangat menikmati hari hari saya.
Pagi pagi saya sudah bangun. Memandikan anak-anak, menyiapkan sarapan untuk suami, memberi makan anak anak. Lalu setelah asisten rumah tangga saya datang, saya mulai berangkat. Jarak rumah yang cukup dekat dengan lokasi tempat kerja membuat saya santai. Di sekolah saya bekerja dengan tenang, apalagi di rumah ada ibu dan bapak mertua yang selalu standby menjaga cucu cucunya.
Oh iya, sedikit cerita, kalau selepas menikah, saya dan suami masih tinggal di rumah orangtua suami. Pertimbangan suami waktu itu karena tidak tega meninggalkan bapak ibunya sendirian. Bapak dan ibu mertua sudah sangat sepuh. Usia 85 dan 79 tahun. Sudah banyak keluhan. Suami khawatir kalau kalau nanti ketika penyakit mereka kambuh, tidak ada yang cepat membawa mereka ke dokter. Bapak dan sudah payah jalannya. Tidak bisa jalan cepat. Sementara ibu mertua, masih sehat jalannya. Tapi penyakit diabetesnya sudah cukup parah juga dan sering kambuh. Belum lama ini jari kelingking di kaki kirinya mengalami infeksi. Alhamdulillah, masih bisa diobati dan dan tidak sampai diamputasi.
Tepat setahun lalu ketika saya hamil anak ke tiga (kehamilan yang sama sekali tidak direncanakan), kondisi bapak mertua mendadak ngedrop. Untuk berjalan saja harus dipapah. Rematik kronis dan osteoarthritisnya semakin parah. Hingga akhirnya hanya bisa beraktivitas di tempat tidur saja.
Di situlah saya melihat betapa luar biasanya pengorbanan seorang istri. Ibu mertua merawat bapak dengan penuh kesabaran. Memandikan, menyuapi, bahkan membersihkan kotorannya. Hingga akhirnya tepat dua bulan ketika saya melahirkan, Bapak mertua berpulang ke rahmatullah. Saat itu saya baru saja melahirkan anak ketiga dan dalam masa cuti mengajar. Ibu mertua begitu dirundung kesedihan. Kesedihan yang mendalam akibat ditinggal suami membuat kondisi ibu kesehatan mertua semakin memburuk. Diabetesnya sudah menyebar ke syaraf kaki dan membuatnya sangat sulit untuk berjalan.
What's On Fimela
powered by
Berbisnis Online dari Rumah
Kesibukan di rumah saat cuti melahirkan ditambah kondisi ibu mertua yang sudah kepayahan dalam berjalan membuatku berat untuk kembali lagi ke sekolah. Tidak terbayang rasanya, jika harus meninggalkan rumah sementara pikiranku tidak tenang memikirkan kondisi mereka yang ada di rumah. Ibu mertua yang sakit sakitan, anak-anak yang masih butuh perhatian. Belum lagi yang masih bayi. Ditambah lagi salah satu asisten rumah tangga saya mengatakan tidak bisa bekerja lagi karena tahun depan dia akan menikah.
Sebetulnya bisa saja saya minta tolong mama. Kebetulan rumah mama saya cukup dekat dengan saya. Tapi kok rasanya tidak tega harus membebani mama. Mama sudah repot menjaga kedua anak kakak saya. Kebetulan mama mereka bekerja dari pagi sampai sore. Dan segala urusan mereka diserahkan pada neneknya. Mama sih pasti tidak keberatan mengurus cucu-cucunya. Tapi kasihan rasanya kalau harus ketitipan anak anak. Mama juga sering mengeluh capek.
Dan akhirnya dengan berat hati saya putuskan untuk resign. Saya mengundurkan diri dari pekerjaan dengan pertimbangan mengurus anak-anak dan juga ibu mertua. Tidak tega rasanya melihat kondisi ibu yang sudah payah dalam berjalan. Tidak tega juga meninggalkan anak-anak.
Saya yakin rezekinya Allah Maha luas. Bukankah mengurus anak-anak dan mertua juga merupakan rezeki? Karena pasti akan ada nilai keberkahan di dalamnya. Dan alhamdulillah kini meskipun tidak lagi bekerja, saya bisa eksis berjualan online. Sudah hampir dua tahun ini saya berjualan makanan beku seperti nugget, bento, dimsum, bakso, sosis, dan sebagainya. Hasilnya lumayan. Saya bisa tetap eksis meskipun di rumah saja. Anak anak dan mertua bisa terurus dengan baik, meskipun saya tetap memakai jasa asisten rumah tangga yang pulang pergi. Saya tetap bisa menghasilkan uang. Bahkan omset dari hasil jualan melebihi gaji saya waktu mengajar dulu. Alhamdulillah pelanggan saya juga terus bertambah. Mungkin ini yang namanya berkah dari mengurus mertua dan anak anak di rumah. Bukan hanya kepuasan dan ketenangan batin yang kita dapatkan tapi juga kompensasi materi yang Allah berikan. Alhamdulillah.
#ChangeMaker