Jodoh Datang setelah Berdamai dengan Diri Sendiri dan Siap Mental

Endah Wijayanti diperbarui 27 Jul 2020, 20:16 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.

***

Oleh:  Klarissa Panjaitan

Kaum wanita umumnya mulai khawatir mengenai jodohnya saat mulai memasuki usia 25 tahun ke atas. Tak dipungkiri, berbagai pertanyaan dari keluarga, saudara, maupun teman mulai menghampiri telinga, yang pada akhirnya mengusik hati dan pikiran. Seketika mulai mengaca, bertanya apa yang salah pada diri ini hingga belum juga bertemu jodohnya. Padahal sesungguhnya Tuhan belum mempertemukan jodoh kita itu karena belum adanya kesiapan mental kita. Apakah kita sudah siap untuk berkeluarga? 

Saya adalah seorang wanita dengan latar belakang keluarga yang boleh dibilang kurang harmonis. Sedari kecil saya selalu melihat kedua orangtua saya bertengkar. Dulu saya tak tahu apa yang mereka ributkan, sampai saya berpikir tak akan mau menikah karena takut nantinya tidak bahagia saat berumah tangga. Puncaknya setelah ayah saya meninggal dunia. Dunia terasa hancur sehancur-hancurnya. Panutan saya hilang. Karena ibu saya adalah tipe ibu yang keras makanya saya sering tidak akur. 

Saat berusia 27 tahun, saya mulai kepikiran dengan pernikahan. Ingin rasanya menikah supaya bisa bahagia, karena saat itu saya sudah jenuh dengan permasalahan di rumah. Tapi suatu ketika, saya disadarkan oleh teman spiritual saya. Dia mengatakan bahwa pernikahan itu bukanlah jalan keluar dari masalah saya. Karena menikah itu bukanlah tujuan untuk bersenang-senang. Justru saat menikahlah ujian mental yang sesungguhnya.

2 dari 2 halaman

Proses Datangnya Jodoh yang Cepat

Persiapan menikah yang diwarnai drama./Copyright shutterstock.com

Saya jadi termenung, mungkin saya belum bertemu jodoh karena pergumulan saya dengan ibu saya belum selesai. Akhirnya saya mulai mencoba berdamai dengan ibu saya. Saya coba memahami ibu saya yang sudah mulai memasuki masa tua di mana menjadi lebih sensitif dari sebelumnya. Saya tak lagi egois, mulai memperhatikan kebersamaan dengan keluarga. Saya lebih peduli pada ibu, kakak, dan terutama adik-adik saya. Saya mulai menghabiskan akhir pekan bersama ibu walau hanya sekadar nonton TV bersama sambil ngobrol. 

Mungkin saat itu Tuhan menilai bahwa saya sudah siap secara mental. Hingga akhirnya di usia 29 tahun saya bertemu jodoh saya. Dengan proses yang luar biasa singkat dan tidak terduga. Saya berterima kasih pada Tuhan karena diberikan pasangan hidup yang luar biasa terbaik, yang menerima saya apa adanya, mengasihi dan menyayangi saya tanpa syarat, membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi, menjadi istri dan ibu yang baik.

Saya berterima kasih pada Tuhan karena diberikan keluarga yang luar biasa, yang memberikan begitu banyak pengalaman berharga sebagai bekal nantinya saya dalam mendidik dan mengasuh anak saya. Jadi buat kalian yang berpikir bahwa menikah itu adalah ajang penentuan laku atau tidaknya seseorang, menikah itu adalah trend, dan sebagainya, kalian salah besar.

Menikah itu justru ladang kita untuk ibadah. Di mana iman kita akan diuji, terhadap berbagai macam persoalan hidup, mulai dari persoalan terhadap pasangan, mertua, ipar, anak dan lainnya. Jadi, cintailah keluargamu, supaya kamu bisa menjadi pribadi yang lebih baik. 

#ChangeMaker