Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
***
Oleh: Pratiwi
Kisah ini menjadikan pelajaran dalam hidupku, membuatku bisa mengerti artinya sebuah kesabaran membuatku tegar dalam menjalani pahitnya hidup. Aku yakin semua orang mempunyai cerita yang berbeda-beda dalam mengapai mimpinya.
Aku adalah anak perempuan satu-satunya dari 3 bersaudara semua kakakku menepuh pendidikan di UNSRI pada waktu itu sedangkan aku masih duduk di bangku SMA. Setelah tamat sekolah aku pergi ke Kota Palembang untuk les mempersiapkan SBMPTN perguruan tinggi selama 1,5 bulan sesampai di sana aku langsung mencari kosan bersama teman-teman SMA dari kampung halamanku.
Hari pun berlalu begitu cepat tiba saatnya aku tes SBMPTN pada waktu itu aku punya kekasih yang tinggal di Kota Palembang ketika tes dia pun mengantarkanku dengan percaya diri aku mengikuti tes SBMPTN dan berharap semua mimpiku menjadi kenyataan. Ternyata Allah punya rencana lain satu per satu mimpiku hanya menjadi anganku saja sebelum tes SBMPTN aku mengikuti tes STIS dan ternyata aku tidak lolos aku berharap dari hasil SBMPTN dan kenyataanya aku pun gagal sedangkan teman-temanku dari kampung semuanya lolos ada di Jogja dan di Jakarta dengan rasa takut dan cemas aku pun menelepon ibu untuk memberi kabar aku gagal tenyata ibu tidak marah dia malah menasihatiku dan menyuruh masuk perguruan tinggi swasta di Jakarta yang ada kerja samanya dengan PLN, yaitu STT-PLN.
Aku langsung mengiyakan dan mendaftar STT-PLN tak berhenti di situ aku pun ikut mendaftar STAN. Karena kontrakku habis aku pun pulang kerumah. Sembari menunggu hari tes aku banyak menghabiskan waktu di rumah, akhirnya jadwal tes STAN keluar aku kembali ke Kota Palembang untuk ikut tes di sana aku tinggal dirumah saudara tak lama dari kemudian jadwal tes STT-PLN keluar dan mengharuskanku ke Jakarta. Aku langsung mengabari ibu dan ayah, mendengar hal tersebut ayah langsung menyuruhku pergi menggunakan pesawat dari Palembang biar cepat tiba di Jakarta. Aku langsung mengiyakan dengan harapakan ada keajaiban berpihak kepadaku karena jujur aku sedikit trauma karena kegagalan di SBMPTN.
Sesampai di sana aku tinggal di rumah kakak kandungku. Dialah yang rela mengantarku dari Jakarta timur ke Tangerang menggunakan motor dan menungguku pulang hingga selesai tes. Pengumuman kelulusan tidak jauh dari aku tes akhirnya aku memutuskan untuk tinggal di Jakarta selama 2 minggu. Dan ternyata Allah punya rencana lain semua tes yang aku ikuti tidak ada yang lolos.
Pada saat itu aku mencoba tegar tanpa tangisan sedikit pun. Pikiranku mulai berkecamuk dalam benak berkata ke mana aku melangkah lagi ya Allah. Dengan rasa takut aku mencoba menelepon ibu dan ayah mengabarkan hasil tes untuk kedua kalinya ibu pun tidak marah dia malah menyuruhku pulang. Jujur aku merasa malu akhirnya aku memutuskan untuk pulang dan mengabari ibu dan ayah tanggal pulangku.
Sampai tanggal aku pulang ayah tidak mengirim uang sepeser pun untuk meminta aku tidak berani akhirnya aku menggunakan uang tabungan SMA ku untuk pulang. Sampai di rumah aku dimarahi ayah. Kata-kata yang selalu kuingat ayah bilang, "Kamu udah banyak ngabisin duit tapi tak ada satu pun berhasil." Sesak di dada rasa kala itu aku mendengarnya.
Ikhlas dengan Jalan Berbeda
Tiba-tiba aku dapat kabar dari sekolahku ternyata aku lolos jalur undangan di UIN sontak membuatku kaget karena aku hanya ikut-ikutan daftar pada waktu itu dan gak ada niat sekolah disana. Mendegar aku lolos di UIN ibu langsung menyuruhku mendaftar ulang dengan berat hati aku pergi ke Lampung bersama ayah. Jengkel pastinya dalam benakku sekolah apa ini aku sangat tidak menyukainya. Tapi pada akhirnya aku tetap melanjutkan kuliah di UIN dengan berat hati.
Selama kuliah aku aku tidak mau bergaul dan ikut organisasi apapun jujur setengah hati aku menjalaninya dan tetap berharap mimpiku menjadi kenyataan salah satunya sekolah di STAN. Tak henti di situ diam-diam semester 3 aku ikut tes STAN lagi dengan uang tabunganku sendiri dengan harapan adanya keajaiban dan ternyata Allah punya rencana lain. Aku akhirnya curhat sama pacarku mendegar hal tersebut. Ternyata berpengaruh terhadap hubunganku. Kata-kata yang menyakitkan keluar dari mulutnya mau jadi apa kamu di UIN sesak seketika rasanya dada ini seperti pepatah sudah jatuh ketimpa tangga artinya sudah gagal diputusi pula.
Gila rasanya kalo aku selalu memikirkannya jujur aku begitu rapuh pada waktu itu yang membuatku bertahan hanya ibu karena dia salama ini menguatkanku aku tak tahu bagaimana jadinya aku tanpa dia. Tak tahan aku menyimpan semua ini sendirian akhirnya aku menyerah. Kubentangkan sajadah untuk salat asar sendirian di dalam kosan pada waktu itu.
Ya Allah apa mau-Mu? Kenapa jalanku begitu sulit? Kenapa aku masuk di UIN? Aku sempat menyalahkan Allah dalam doaku aku menangis sampai tersedak-sedak kuluapkan semua emosiku sampai akhir doa aku bersujud sembari berkata, "Ya Allah aku menyerah aku pasrah dengan semua takdir-Mu. Aku yakin Engkau mengetahui yang terbaik bagiku. Maafkan aku ya Allah. Bismillah aku ikhlas jika ini jalanku ya Allah."
Setelah itu aku masuk semester tiga aku sudah mulai menerima kenyataan aku akhirnya mau bergaul dengan teman-teman dan lebih terbuka. Kujalani hari-hariku tanpa beban aku sudah mulai tersenyum sampai akhirnya aku bertemu dengan seorang profesor yang mengajarku di semester tiga. Dia begitu baik denganku dan dia menjadikanku asistennya. Aku banyak belajar darinya bukan hanya tentang pelajaran tetapi juga hidup dan perjuangan.
Kini aku sadari Allah begitu sayang padaku. Allah tahu apa yang kubutuhkan. Ini jalan hidupku. Aku selalu yakin ada pelangi setelah badai. Alhamdulilah sekarang aku sedang melanjutkan pendidikan S3 di Malaysia satu per satu mimpi ku jadi kenyataan.
Ibu maafkan aku yang sering membuatmu kecewa, sedih dan sering menyakitimu aku banyak belajar dari ketegaranmu, keikhlasanmu, dan rasa bersyukur apa pun yang terjadi, aku tahu selama ini engkau menutupi rasa sedih di belakangku engkau menagis tapi tidak pernah engkau tampakkan padaku. Terima kasih ya Allah engkau memberikan aku seorang ibu yang paling hebat. Seorang bidadari tak bersayap tanpanya aku begitu rapuh.