Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
***
Oleh: Zudika Manullang
Tiga tahun yang lalu, kami menikah. Suamiku seorang karyawan swasta dengan jabatan sebagai manajer area. Aku dulunya bekerja sebagai pekerja sosial. Namun karena sudah komitmen dengan suami, aku tidak bekerja lagi setelah menikah.
Dua minggu pasca menikah, kami memutuskan mengontrak rumah dan pisah tinggal dari orangtua suami yang saat itu masih berada di kota yang sama. Kehidupan pengantin baru rasanya bahagia. Hidup dan tinggal bersama lelaki yang sudah terikat janji setia dalam senang-susah, sehat-sakit, maupun kaya-miskin seumur hidup.
Dua bulan kemudian, suamiku dipecat tanpa membuat masalah apa pun di perusahaannya. Padahal dia dikenal sebagai karyawan terbaik selama bekerja di area rintisan yang sudah 2 tahun dipegangnya. Suamiku yang tampaknya kuat namun kutahu begitu terluka saat itu. Lalu dia melamar pekerjaan di berbagai perusahaan. Selama proses penantian pekerjaan baru, penyakit tipes suamiku sering kambuh. Tentulah karena stres. Kami pun bolak-balik ke rumah sakit.
Empat bulan setelah itu, barulah suamiku diterima bekerja. Namun kami harus rela terpisah jarak antar provinsi. Aku di Medan dan dia di Padang. Rasanya kembali saat masa pacaran dulu, pacaran jarak jauh. Kini kami menjalin hubungan pernikahan jarak jauh. Dia berusaha pulang per dua minggu. Hingga pernikahan kami pun sudah berumur setahun dan kami belum dikaruniai anak. Namun dia tak bertahan lama di perusahaan tersebut. Hanya enam bulan saja. Akhirnya dia memutuskan mengundurkan diri demi bisa tinggal bersama dan fokus pada program hamil.
Di bulan ke delapan pernikahan, kami memutuskan membeli mobil (city car) dari tabungan dan pesangon yang diterima suami sebelumnya. Dengan mobil itu, suami bisa bekerja menjalankan bisnis pribadi di bidang pestisida di kota tempat tinggal kami. Karena kami sudah tinggal bersama kembali, kami pun berusaha untuk segera mendapatkan keturunan dengan melakukan program hamil secara alami sambil konsultasi ke dokter kandungan.
Memiliki Buah Hati
Dari pemeriksaan dokter, ternyata aku memiliki gejala PCOS. Itulah alasan mengapa aku belum juga hamil. Aku pun mengikuti program dari dokter yaitu terapi PCOS selama 3 bulan. Terapi yang mengharuskanku menurunkan sedikit berat badan sambil mengonsumsi obat dari dokter. Tiga bulan setelah terapi, aku mendapati dua garis merah di testpack.
Aku hamil dan suami bisa tetap bekerja walau tidak bekerja di perusahaan orang. Rezeki yang tidak pernah kami duga akan datang secara bersamaan. Namun meski begitu, suamiku berniat untuk membuka usaha baru. Sebulan sebelum persalinan, kami kembali membuat sebuah keputusan. Kami membuka usaha toko pupuk di daerah bernama Lintong Nihuta. 6 jam jarak tempuhnya dari Medan dengan perjalanan darat.
Sekarang, kami sudah memiliki seorang anak laki-laki berusia satu tahun. Dengan usia pernikahan yang ketiga pada tanggal 1 Juli yang lalu. Dan usaha toko pupuk yang sudah berjalan selama satu tahun. Melihat perjalanan kehidupan keluarga kecil kami, yang diawali dari titik nol, kami melihat penyertaan Tuhan selalu mengiringi langkah kami hingga berada di titik sekarang. Di sepanjang perjalanan itu, yang kami dapat lakukan adalah tetap setia pada Tuhan dan pasangan.
Hanya meminta kekuatan dari Tuhan dan saling menguatkan dengan pasangan. Kalau bukan karena tetap setia, kami tidak mungkin bisa bertahan. Pernikahan kami memang diuji, tapi cinta kami pada Sang Pemilik Hidup dan teman hidup akan tetap kami hidupi.
#ChangeMaker