Ia juga menuliskan ungkapan sedih serta bercerita tentang seberapa pengaruhnya sosok Sapardi dalam kehidupan Maudy. Larut dalam sedih mendengar kabar duka, Maudy pun kerap ditemani anak laki-lakinya, Eddy, dan dihiburnya. (Instagram/maudykoesnaedi)
“Pada Suatu Hari Nanti. Sapardi Djoko Damono. Dan hari itu telah tiba. 'Don’t be sad that he is gone. Be happy that he was here', Itu yang dikatakan @eddy_mm saat menghiburku yang sedari pagi tersedu-sedu menerima berita duka itu,” ungkap Maudy Koesnaedi. (Instagram/maudykoesnaedi)
“Eddy duduk diam disebelahku mendengarkan ceritaku tentang bagaimana karya-karya beliau mengajariku banyak hal, membuka wawasan dan menemani banyak waktuku di masa sepi sedih dalam perjalanan hidupku,” lanjut Maudy. (Instagram/maudykoesnaedi)
Maudy merasa, karya-karya Sapardi sangat melekat di dirinya. Mengenal laki-laki kelahiran 1940 pertamakali saat kuliah di Fakultas Sastra UI, Maudy pun tak hanya menganggap sebagai guru, namun juga seorang bapak. (Instagram/maudykoesnaedi)
“Betapa karyanya begitu dekat hingga ku anggap seperti Bapak bukan hanya sebagai Guru. Ku jelaskan bahwa aku mengenal beliau saat kuliah di fakultas Sastra UI. Ikut terlibat dalam pementasan musikalisasi dan beberapa pembacaan puisi beliau,” jelasnya. (Instagram/maudykoesnaedi)
Ibu satu anak ini sangat mengaggumi Sapardi, itu juga yang membuatnya sangat kehilangan. Namun perkataan sang anak menyadarkan, kalau tak seharusnya ia menangisi Sapardi yang tertidur tenang. Ia pun bersyukur bisa mengenal Sapardi. (Instagram/maudykoesnaedi)
“Tapi bersyukur diberi kesempatan mengenal Pak Sapardi Djoko Damono yang telah memberi banyak lebih dari yang beliau tau. Terima kasih Pak. Doaku mengiringimu,” pungkas Maudy Koesnaedi. (Instagram/maudykoesnaedi)