Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
***
Oleh: Nur Khoiriyah
Kami tiga bersaudara yang semuanya perempuan, saya anak kedua. Kami terlahir dari keluarga sederhana. Ayah saya menjadi anak yatim piatu sejak beliau masih SD, beliau hanya tinggal bersama kakak dan budhenya. Buat mencukupi kebutuhan sehari hari terutama untuk makan, ayah terpaksa tidak melanjutkan pendidikannya semenjak SMP. Beliau bekerja di bengkel ikut orang. Sampai akhirnya umur 22 tahun berani memutuskan menikahi ibu saya tanpa mengenal pacaran seperti saat ini yang dijalani kebanyakan anak muda.
Setelah keluar dari bengkel tempat ayah dari belia bekerja, beliau didampingi ibu bekerja berjualan sayur di pasar. Bahan baku yang dijual pun pada saat itu harus diambil sendiri ayah dan ibu dari daerah agak tinggi menggunakan sepeda. Maka dari itu setiap pukul 03.00 ayah dan ibu harus sudah berangkat membeli bahan baku, mengingat jarak tujuan yang lumayan jauh. Berbagai profesi dijalani ayah untuk mencukupi kebutuhan sehari hari. Berjualan rokok dan permen di dekat rumah sakit, sebagai loper koran yang semakin hari semakin tergerus zaman, sebagai buruh di suatu pabrik jamur sampai akhirnya pabriknya bangkrut.
Sosoknya yang Tidak Pernah Mengeluh
Saat ini walaupun bukan sebagai pegawai negeri atau profesi yang memiliki jabatan tinggi, ayah tetap pekerja keras. Sekarang ayah berprofesi sebagai tukang parkir di toserba dekat rumah. Beliau sosok yang aktif dan supel, dengan pengalamannya yang suka kesana kesini, beliau bertemu dengan sosok Pak Hasan pemilik sebuah usaha tour dan travel.
Dengan kemampuan ayah dalam mengatur anggaran dan wawasannya tentang dunia wisata, akhirnya ayah dan Pak Hasan bersama-sama mengembangkan usahanya. Jika sedang libur bekerja sebagai tukang parkir, beliau mondar mandir mengurus usahanya mencari pelanggan, ya walaupun usahanya belum begitu besar, namun dalam setahun ada 7 sampai 20 tur baik dalam maupun luar kota. Pekerjaan sampingannya di dunia wisata tidak seterusnya mulus. Sindiran dan cacian mungkin pernah dialami ayah. Disuruh-suruh, disalah-salahkan mengurus agenda perjalanan karena dianggap masih baru, dan masih banyak lagi.
Namun seiring berjalannya waktu, strategi dalam usaha wisata semakin dipahami ayah. Hal tersebut lumrah terjadi di dunia usaha khususnya wisata. Selama terjun di dunia wisata, ayah mengenal banyak pemiliki tour dan travel. Jika usaha turnya dengan Pak Hasan sepi, terkadang ayah dimintai tolong pemilik usaha tur lain untuk mendampingi rombongan mereka. Sampai saat ini pekerjaanya berjalan seperti itu.
What's On Fimela
powered by
Sosok Pekerja Keras
Pada masa pandemi ini, usaha tour dan travel ayah dan rekannya Pak Hasan tidak berjalan. Mengingat kebanyakan tempat wisata masih ditutup, dan masyarakat yang masih takut untuk bepergian. Jadi penghasilan ayah hanya bergantung pada profesinya sebagai tukang parkir.
Dengan keterbatasan pendapatan yang ayah terima, sosok ayah tetap tidak pernah berubah. Beliau sangat menyayangi anak-anaknya walaupun sekarang kami sudah dewasa. Baginya walaupun anak-anaknya sudah bekerja, biarkan gaji kami ditabung saja. Selagi ayah masih sanggup bekerja, kebutuhan rumah diusahakan dicukupi ayah. Terkadang hal demikian yang membuat kami tidak tega.
Sehingga walaupun ayah mengusahakan mencukupi semua kebutuhan rumah, kami tetap bersikeras membagi jatah kebutuhan rumah. Bahkan belum lama ini, ayah membelikan sepeda untuk kami anak-anaknya, keinginannya simpel, agar kami sekeluarga bisa pergi sepeda bersama. Baginya kebersamaan bersama keluarga tak ternilai dengan apa pun, mengingat dulu ayah tidak sempat merasakan kebahagian yang sesungguhnya bersama orang tuanya.
Disamping sosoknya yang penyayang, sifat religiusnya juga yang menjadikanku semakin kagum dengan sosok ayah. Entah rezeki dari mana, alhamdulillah selalu ada untuk di sedekahkan. Beliau pernah berkata, “Saya percaya dengan kita bersedekah, tidak akan mengurangi apa yang kita miliki, justru menambah.” Sungguh suatu saat nanti aku ingin memiliki pendamping yang seperti ayahku.
#ChangeMaker