Fimela.com, Jakarta Setiap keluarga memiliki banyak kisah dan makna tersendiri. Baik kisah bahagia maupun kisah yang berurai air mata. Kisah tentang orangtua, saudara, atau kerabat dalam keluarga. Ada makna dan pelajaran yang bisa dipetik dari setiap kisah yang kita miliki dalam keluarga. Melalui Lomba My Family Story ini Sahabat Fimela bisa berbagai kisah tentang keluarga.
***
Oleh: Ratna Novita
Cerita tentang keluarga, kali ini saya ingin coba membagi cerita tentang keluarga dari pihak ayah/papa saya. Karena buat saya keluarga besar dari pihak papa agak sedikit lebih unik disbanding dari keluarga besar dari pihak ibu/mama saya, walaupun saya setuju setiap keluarga punya cerita sendiri.
Papa saya lahir di sebuah keluarga besar, terdiri dari 9 bersaudara, tetapi 1 orang meninggal dunia pada saat masih kecil. Saya merasa karakter dari om dan tante, termasuk papa saya cukup keras, dan unik-unik. Kalau dipikir itu mungkin menurun dari oma saya, beliau meninggal pada usia 90an. Sampai menjelang akhir hidupnya beliau adalah perokok berat, kalau dinasihati anak-anaknya pasrti beliau berkilah, "Coba saja lihat, daging biasa dengan daging asap lebih awet mana?" Wah kami pun tidak bisa komentar apa-apa lagi deh kalau sudah seperti itu. Untuk ibu-ibu seusia beliau pada masa itu, beliau termasuk oma yang santai, tidak kaku, dan bisa bercanda santai dengan cucu-cucunya.
Keluarga dari papa saya itu termasuk penggemar seni, papa saya suka bernyanyi dan main gitar, koleksi kasetnya sangat banyak. Saya jadi terbawa, karena dari kecil selalu diperdengarkan lagu-lagu, jadi sampai sekarang saya sepertinya tidak bisa hidup tanpa musik, selalu terdengar suara radio dan musik di meja kerja saya.
What's On Fimela
powered by
Sisi Unik Saudara-Saudara Papa
Adik papa saya, sangat mahir bermain gitar. Dia pernah tinggal di Jerman dan belajar musik di sana, prestasinya cukup bagus, sering menang kompetisi gitar klasik. Sampai sampai produsen alat musik dari Jepang yang terkenal selalu menghubungi dia untuk ikut mensponsori kariernya, dan juga beliau sempat rekaman. Dayangnya istrinya kurang setuju suaminya menjadi pemusik profesional, jadi karier bermusiknya tidak dikembangkan lagi. Malah beliau beralih membuka restoran, sambil mengajar gitar juga.
Setelah bertahun-tahun berhenti, akhirnya beberapa tahun yang lalu paman saya itu sempat juga menyelenggarakan konser di Balai Sarbini, atas ajakan teman-teman dan murid-murid nya, yang masih ingin mencoba membujuk supaya beliau mulai bermusik lagi. Tapi memang benar ya kata orang, seniman itu identik dengan sifatnya yang eksentrik.
Beliau sempat membuat sponsor dan panitia jantungan, karena ketika hari H waktu dijemput oleh panitia dari tempat tinggalnya di Bogor, paman saya tidak mau ikut. Macam-macam alasannya, untung saja akhirnya beliau datang sendiri naik kereta, dan acara berjalan lancar. Anaknya juga cerita bahwa waktu ada acara pameran alat musik. Dia sudah mendaftarkan ayahnya ikut lomba, tapi pada harinya, beliau malah tidak mau tampil, sampai kesal sekali anaknya itu.
Saya pribadi sangat menyayangkan bakat yang dimiliki paman saya itu tidak dikembangkan karena setahu saya masih belum banyak pemain musik gitar klasik seperi paman saya itu, tetapi kalau melihak karakternya, tentu saja teman-teman dan muridnya jadi “kapok” juga dibuat olahraga jantung oleh paman saya itu. Sayang Tuhan memberikan bakat yang sangat baik tetapi karakter pemiliknya tidak mendukung untuk bisa dikembangkan.
#ChangeMaker