Fimela.com, Jakarta Dalam setiap perawatan kulit, eksfoliasi kerap disebut sebagai tahapan yang penting. Dengan eksfoliasi, sel kulit mati dan kotoran yang masih menempel benar-benar terkelupas. Sehingga mempermudah produk perawatan kulit lainnya untuk menyerap sempurna.
Tak hanya itu, eksfoliasi juga membuat kulit nampak lebih cerah. Mengurangi risiko timbulnya jerawat hingga mengurangi munculnya kerutan dan garis halus. Melansir dari Purewow pada Senin (6/7/2020) Whitnery Yehling yang merupakan ahli estetika menyebut bahwa siklus pelepasan kulit terjadi secara alami setiap 28 hari. Tetapi pengelupasan kulit mendorong pergantian sel pada tingkat yang lebih cepat.
Ada banyak jenis eksfoliator yang bisa digunakan. Umumnya menggunakan microbeads yang terdapat pada produk. Ini disebut sebagai eksfoliasi fisik.
Menggunakan butiran kecil untuk menggosok kotoran pada kulit. Eksfoliator fisik juga bisa berupa kuas, spons, dan alat lainnya. Eksfoliasi fisik tidak disarankan bagi kamu pemilik kulit sensitif.
Eksfoliasi kimia
Sementara ada juga yang disebut eksfoliasi kimia membantu mengangkat sel kulit mati dan mencerahkan kulit. Menggunakan bahan-bahan, seperti asam glikolat, asam salisilat, dan asam laktat.
Ia cocok untuk semua jenis kulit termasuk kulit sensitif. Mereka bekerja untuk mengelupas lapisan atas kulit namun bekerja lebih dalam untuk memecah dan melarutkan ikatan yang menahan sel-sel kulit mati.
Direkomendasikan untuk melakukan rutinitas eksfoliasi hanya satu atau dua kali seminggu. Sehingga kulit tidak terlalu kering atau iritasi.
Jangan eksfoliasi jika iritasi
Eksfoliasi berlebih mungkin dilakukan jika memang diperlukan. Namun jika ada tanda-tanda seperti kemerahan, nyeri, atau peradangan, hentikan eksfoliasi dan diskusikan produk eksfoliasi yang tepat dengan ahli estetika dan dokter kulit.
Jangan lakukan hal lain yang mengiritasi kulit sebelum eksfoliasi. Misalnya, ketika kulit terbakar matahari, lebih baik tidak melakukan eksfoliasi terlebih dahulu.
Simak video berikut ini
#changemaker