Fimela.com, Jakarta Abbott mengumumkan ketersediaan tes darah serologi berbasis laboratoriumn bertanda CE di Indonesia untuk mendeteksi antibodi IgG, yang berguna dalam mengidentifikasi apakah seseorang telah dan pernah terpapar virus COVID-19.
Setelah mendapatkan persetujuan dari Satuan Tugas COVID-19 Indonesia, Abbott telah memulai pengiriman alat tes IgG SARS-CoV-2 ke Indonesia dan tengah menyiapkan ratusan ribu alat tes tersebut dalam beberapa bulan mendatang untuk memenuhi kebutuhan. Alat tes yang juga telahmemperoleh Otorisasi Penggunaan Darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) ini memberikan opsi pengujian antibodi skala besar yang dapat diandalkan.
Tes antibodi dapat memberitahu apakah seseorang sebelumnya sudah pernah terinfeksi virus dan mungkin tengah berada pada proses pemulihan atau bahkan telah pulih dari infeksi tersebut,pada orang dengan atau tanpa gejala. Tes antibodi berskala besar dianggap sebagai langkah penting selanjutnya untuk memahami dan mengatasi pandemi COVID-19.
Tes antibodi akan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang virus, termasuk berapa lama antibodi berada di dalam tubuh, berapa banyak orang telah terinfeksi, dan bagaimana perubahan ini terjadi dariwaktu ke waktu. Pengetahuan tersebut dapat membantu mendukung pengembangan pengobatan serta vaksin.
“Ketersediaan alat tes IgG SARS-CoV-2 Abbott di Indonesia ini tepat waktu. Kami telah memvalidasi alat tes Abbott ini, sensitivitas dan spesifisitasnya yang tinggi dapat kami gunakanuntuk mendukung optimalisasi strategi penyaringan (screening) kami, untuk mengatasi pandemi COVID-19 secara efektif," ujar Dr Dewi Yennita Sari, Kepala Laboratorium Rumah Sakit Nasional Persahabatan.
Tes antibodi: opsi andal untuk memperluas pengujian
Sementara tes molekuler dapat mendeteksi apakah seseorang memiliki virus, tes antibodi ini dapat menentukan apakah seseorang sudah terinfeksi. Tes IgG SARS-CoV-2 Abbott mengidentifikasi antibodi IgG, yang merupakan protein yang diproduksi tubuh pada tahap akhirinfeksi dan dapat bertahan hingga berbulan-bulan dan mungkin bertahun-tahun setelah seseorang pulih.
Tes ini menunjukkan spesifisitas dan sensitivitas untuk mendeteksi antibodi IgG lebih dari 99 persen, 14 hari atau lebih setelah gejala mulai dialami.
Baru-baru ini, sebuah penelitian independen yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Washington (University of Washington School of Medicine) dalam Journal of Clinical Microbiology juga menemukan bahwa pada saat melakukan tes terhadap 1.020 sampelpasien, alat tes ini memiliki spesifisitas 99,9% (kemampuan untuk merangkum positif sebenarnya). Ketika menjalankan pengetesan terhadap 689 sampel serum dari 125 kasus COVID-19 terkonfirmasi melalui PCR, para peneliti menemukan sensitivitas 100% (kemampuan untuk mengeluarkan positif palsu) pada ke-17 hari atau lebih setelah gejala mulai dialami pada kelompok pasien tersebut.
Tes antibodi IgG Abbott tersedia pada instrumen laboratorium ARCHITECT® i1000SR dan i2000SR.* ARCHITECT adalah salah satu sistem laboratorium yang paling banyak digunakan didunia dan telah digunakan selama beberapa dekade. Instrumen ini telah digunakan di berbagai laboratorium di seluruh Indonesia dan dapat menjalankan sampai dengan 100-200 tes per jam.
"Dengan banyaknya jaringan laboratorium publik dan swasta Indonesia menggunakan alat tes IgG SARS-CoV-2 Abbott, kita akan memperoleh informasi yang lebih dalam dan dapat membantu meningkatkan pemahaman mengenai penyebaran virus ini di masyarakat, prevalensi di tingkat wilayah maupun negara, serta pengelolaan pandemi di masa depan," kata I Putu Edi Mahadi, General Manager of Abbott’s diagnostics business di Indonesia
#Changemaker