Fimela.com, Jakarta Tayangan betema kesenjangan sosial akhir-akhir ini banyak muncul dan digemari banyak orang. Melihat karakter yang berkuasa hidup tanpa memerhatikan kesejahteraan kaum bawah tentunya membuat kita ingin ikut memperjuangkan keadilan bagi mereka yang tertindas.
Namun tidak hanya memancing emosi, tayangan dengan tema tersebut juga seringkali membuat kita tertarik untuk melihat bagaimana sistem pembagian kelas digambarkan di setiap cerita. Berikut ini adalah tiga serial seru bertema kesenjangan sosial, yang siap menemani akhir pekan bersama Netflix.
Altered Carbon
Bernuansa futuristik, serial Altered Carbon menggambarkan sebuah konsep di mana manusia dapat hidup selamanya apabila mereka memiliki uang.
Ya, caranya yang digunakan adalah dengan menyimpan ‘pikiran’ manusia dalam sebuah microchip untuk ditanam di ‘tubuh’ yang baru. Tentunya hanya orang-orang kaya atau berkecukupan yang mampu membeli ‘tubuh’ baru - semakin bagus fisiknya, semakin mahal harganya. Namun bagi mereka yang tidak mampu, kematian adalah sesuatu yang tidak dapat dicegah.
Sky Castle
Serial ini menggambarkan kesenjangan sosial dari sisi pendidikan, di mana orang kaya dapat dengan mudah mengeluarkan uang sebesar apapun untuk memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak mereka.
Tidak tanggung-tanggung, mereka pun rela mengeluarkan ratusan juta untuk menyewa pengajar paling hebat agar anak-anak mereka dapat masuk ke perguruan yang bergengsi dan mengejar masa depan yang cerah.
Serial ini pun menunjukkan betapa pentingnya sebuah pendidikan di mata kaum elit Korea Selatan. Mereka percaya bahwa cara agar menjadi orang yang terpandang adalah dengan memiliki karir sebagai dokter atau pengacara, dan menimba ilmu di perguruan paling bergengsi. Tidak heran apabila mereka melakukan segala cara agar dapat mempertahankan nama baik keluarga.
The Platform
Kesenjangan sosial juga dapat terjadi di dalam sebuah penjara. "The Platform, Anda akan melihat bagaimana para narapidana diperlakukan tidak adil di sebuah penjara yang berbentuk vertikal.
Sebagai bagian dari hukuman yang harus mereka terima, para narapidana ini hanya diberi makanan satu kali dalam sebuah meja yang turun dari lantai paling atas dan berhenti di setiap lantai selama dua menit.
Seorang narapidana yang tidak terima dengan perlakuan yang tidak adil tersebut pun akhirnya melakukan pemberontakan terhadap sistem penjara dan berjuang mencari cara agar bisa naik ke atas.