Fimela.com, Jakarta Judul: Mengheningkan Cinta
Penulis: Adjie Santosoputro
Penyunting: Baiq Nadia Yunarthi
Perancang sampul: Musthofa Nur Wardoyo
Ilustrasi sampul & isi: Wirastuti
Pemeriksa aksara: Fitriana & Dwi Kurniawati
Penata aksara: Gabriel & Rio Ap
Penerbit: Bentang Pustaka
Perkenalkan, namaku Sunyi.
Teman-teman menganggapku pendiam.
Mungkin karena ketika tak larut dalam ramai,
aku bisa bertemu dan mengenal diriku sendiri.
...
Berbicara dengan Sunyi kerap menjadi kebiasaanku. Tak hanya ketika tiba-tiba merasa sedih, ingin menangis, merasa sendirian kesepian, atau tiba-tiba ingin marah. Aku juga berbicara padanya ketika aku punya segudang pertanyaan. Karena terkadang orang yang aku anggap pintar pun tak bisa menjawabnya.
Apakah yang sebaiknya aku lakukan saat perasaan itu datang? Mengapa ketika aku berusaha tak memikirkannya, bahkan menganggapnya sebagai hal yang remeh, perasaan itu mungkin malah menguat dan kian mengganggu?
Di sini, aku berusaha menuliskan kembali semua perbincanganku bersama Sunyi. Perbincangan yang menjawab banyak pertanyaan. Perbincangan yang menemani perjalanan untuk tetap bahagia di tengah ketidaktahuan.
Karena bersama Sunyi, aku merasa lebih nyaman dengan pola pikir “penerimaan di saat ini”. Tidak terlalu menyesal akan masa lalu yang selalu tidak memberi kabar baru. Tidak begitu bergelisah akan masa depan yang selalu menawarkan ketidakpastian. Mengalir saja bersama cinta.
***
Memahami dan memaknai cinta memang tak akan ada habisnya. Setiap orang pernah jatuh cinta. Masing-masing dari kita pernah merasakan indahnya cinta sekaligus pahitnya cinta. Dari semua pengalaman kita mengenai cinta, satu hal yang perlahan kita sadari adalah bahwa cinta tak selalu menawarkan warna-warni indah. Kadang bisa mengalami luka yang sangat dalam karena cinta. Cinta kadang menghadirkan rasa sakit yang seakan tak berkesudahan dalam hidup.
Benar adanya seperti yang disebutkan dalam buku Mengheningkan Cinta bahwa cinta bukan perihal kesempurnaan masa depan. Air mata dan ketidakpastian pun akan menyertainya. Patah hati, putus cinta, sakit hati karena cinta bisa saja terjadi. Bahkan memahami pasangan dan menjaga keselarasan cinta selalu butuh penyesuaian.
"Cinta itu perihal keheningan."
Sepenggal kalimat di atas mungkin masih terasa asing bagi sebagian kita. Kenapa cinta dan hening saling berkaitan? Melalui buku ini kita diajak untuk kembali menyelami makna cinta melalui keheningan dan ketenangan. Memahami lagi berbagai sisi mengenai cinta yang mungkin selama ini jarang kita lihat. Seperti bahwa ketika jatuh cinta kadang ada air mata yang menyertai; memahami pasangan pun tak selalu mudah; mengenali perasaan dan soal perselingkuhan juga perlu pemahaman yang lebih dalam; menemukan dan menciptakan kebahagiaan tak serta merta mengandalkan pasangan semata; melanjutkan hidup setelah patah hati selalu butuh proses; mencintai diri sendiri dan menerima diri sendiri sama pentingnya dengan mencintai orang lain; hingga meredakan kecemasan juga perlu latihan.
Adalah Sunyi yang menjadi "teman mengobrol" di buku ini. Kita akan diajak untuk menyelami kembali perasaan dan hati kita sendiri lebih dalam. Berdamai dengan berbagai keadaan yang mungkin tak menyenangkan selama bersinggungan dengan persoalan cinta. Selama ini kita sering mendengar nasihat untuk segera move on setiap kali patah hati atau putus cinta. Teori kadang memang lebih mudah daripada praktiknya. Namun, melalui buku ini kita diajak untuk lebih mengalir dalam menerima perasaan-perasaan kita. Bagi yang baru terluka karena cinta, buku ini bisa jadi sahabat untuk kembali perlahan menggenggam tangan kita dan mengajak kita kembali melangkah. Bagi yang baru menjalani hubungan atau mengalami masalah dalam hubungan, buku ini sangat membantu kita untuk menjaga keseimbangan perasaan.
"Berkali-kali ingatkan diri: setiap orang sudah punya jatah waktu dan ceritanya sendiri-sendiri. Kalau memaksa diri agar wisuda, bekerja, menikah, punya anak, dan sebagainya secepat orang lain, barangkali malah tidak baik.
Penyelamat jiwa yang dibutuhkan pada zaman sekarang: kurangi membandingkan."
Mengheningkan Cinta merupakan buku yang sangat ramah untuk jiwa. Tidak ada kesan menghakimi atau menggurui perihal cinta dalam buku ini. Justru kita akan merasa seolah tangan kita digandeng dan tubuh kita didekap melalui berbagai pemahaman dan pemaknaan soal cinta. Cinta mungkin tak selalu membuat kita baik-baik saja. Kadang ada luka dan rasa sakit yang ditimbulkannya. Namun, kita selalu punya kemampuan untuk menyeimbangkan rasa dan menjalani hidup bersama cinta.
What's On Fimela
powered by
#ChangeMaker