Fimela.com, Jakarta Setiap orangtua memiliki cara masing-masing untuk mendistraksi anak agar tidak rewel. Salah satunya dengan membiarkan anak bermain video game. Sayangnya, hal ini menuai kontroversi dan pro-kontra. Sebagian orangtua menganggap video game justru membawa pengaruh buruk bagi kecerdasan dan perilaku anak.
Selain itu, tidak sedikit anak-anak, bahkan bayi, disuguhkan tontonan video lewat gadget dan video game. Meski kontennya untuk anak-anak, namun orangtua perlu waspada. Pasalnya, ada batasan minimal usia untuk bisa bermain video game.
Dilansir dari the Guardian, American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan orangtua untuk tidak memberikan dan membiarkan anak-anak di bawah 18 bulan untuk tidak menghabiskan waktu di depan TV atau gadget sama sekali.
Sementara, anak usia 5 tahun sudah boleh memiliki screen time, termasuk bermain game, namun jamnya pun harus dibatasi. The Guardian menulis, anak-anak usia 5 tahun boleh bermain game atau menonton video lewat TV dan gadget maksimal 1 jam per hari. Sementara, Kids Health menulis, anak-anak usia 6 tahun ke atas, dan remaja hingga 18 tahun, tetap harus mendapatkan pengawasan orangtua dan pembatasan waktu bermain video game.
Manfaat Video Game untuk Anak
Meskipun diperbolehkan bermain video game, namun orangtua juga harus tahu mana game yang boleh dimainkan anak-anak, mana yang cocok untuk remaja. Pasalnya, menurut Dr. Cheryl K. Olson, seorang ahli yang telah lama meneliti tentang penggunaan media dan perubahan perilaku, kesehatan mental, dan fisik, serta efek media elektronik pada anak-anak, mengatakan kepada the Guardian tentang video game tertentu yang bisa mengasah kemampuan anak.
Kepada Parents.com, Cheryl mengatakan video game dapat membantu perkembangan otak anak-anak. Saat bermain video game, anak-anak mencari, melakukan negosiasi, dan perencanaan. Namun, orangtua juga harus memilih video game yang dapat mengasah kemampuan otak anak.
"Saya memerhatikan putera saya saat masih kecil ketika bermain Legend of Zelda. Dia harus mencari, negosiasi, merencanakan, dan mencoba berbagai pendekatan untuk naik (level). Banyak game yang lebih baru, seperti Bakugan: Defenders of the Core, melibatkan perencanaan dan pemecahan masalah," jelasnya.
Selain itu, Cheryl juga menjelaskan tentang 'Modding,' sebuah proses dimana pemain menyesuaikan penampilan karakter gamer dan mengembangkan level game baru, mampu membuat akan menjadi lebih kreatif dalam mengekspresikan dirinya. Meski video game tidak memiliki label 'mendidik' namun, menurutu Cheryl, dapat membantu anak-anak untuk belajar untuk mengambil keputusan, menyusun strategi, dan mengekspresikan kepribadian mereka.
#ChangeMaker