Fimela.com, Jakarta Conscious lifestyle adalah gaya hidup dan pola perilaku konsumen sebelum memilih dan membeli produk atau layanan secara sadar yang mempertimbangkan apakah memiliki dampak positif pada diri sendiri, orang lain, lingkungan dan masyarakat. Mereka yang menjalani conscious lifestyle secara sadar melakukan pertimbangan bahkan sampai melakukan riset saat memilih dan membeli produk atau memakai sebuah jasa.
Mungkin kita sudah terlebih dulu familiar dengan sustainable living yang menjadi gaya hidup ramah lingkungan dengan mengedepankan konsep berkelanjutan. Cara yang biasanya dilakukan adalah pemanfaatan kembali atau daur-ulang, mengurangi jejak karbon, sampai beralih pada energi terbarukan.
Lantas apa bedanya conscious lifestyle dan sustainable living/lifestyle? Apakah hanya penggantian istilah untuk lebih segar terdengar?
Hakuhudo Institute of Life and Living ASEAN atau HILL ASEAN mengajak kita mengenal lebih dekat dengan conscious lifestyle lewat temuan dari riset terbarunya 'The Rise of Conscious ASEANs: Why should you CARE?" yang dipaparkan di forum HILL ASEAN ke-6 di Thailand dalam bentuk webinar. Penelitian ini menggali kesadaran dan perilaku masyarakat ASEAN tentang gaya hidup pilihan yang mempengaruhi aspek sosial dan lingkungan.
Dalam skala ASEAN, Indonesia bisa berbangga karena memiliki rata-rata tinggi di antara negara laiannya mencapai 78 persen dan sudah melakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti tidak memakai sedotan plastik, membawa tumblr, sampai menggunakan kantong belanja sendiri.
"Indonesia berbangga rate-nya tinggi dibanding negara ASEAN lainnya. Sebanyak 53 persen sudah tidak lagi menggunakan botol plastik dan mengurangi penggunaan kantong plastik," ujar Institute Director, HILL ASEAN dan ExecutiveDirector Strategy, Hakuhodo International Indonesia Devi Attamimi lewat pemaparannya di video conference setelah tampil sebagai salah satu pembicara utama di ForumHILL ASEAN Kamis (26/5).
The Consciouslites
Sementara itu, dalam tingkat ASEAN, masyarakatnya juga memiliki 55 poin lebih tinggi jika dibandingkan dengan Jepang yang 40 persen di antaranya saat ini sudah memahami istilah Conscious Lifestyle serta 25 persen di antaranya benar-benar melakukan tindakan nyata di dalam kehidupannya sehari-hari.
“Angka yang lebih menggembirakan lagi tampak pada profil Indonesia, di mana 92 persen masyarakat kita telah mengetahui istilah ConsciousLifestyle dan bahkan 93% di antaranya telah mengaplikasikannya dalam kehidupannya,” imbuhnya.
Terkait fakta-fakta yang didapat lewat penelitian conscious lifestyle menggunakan tiga jenis pendekatan yaitu metode kuantitatif dengan sampel sebanyak 4.500 orang, metode kualitatif dengan sampel 24 orang, dan wawancara dengan 12 orang Key Opinion Leader, HILL ASEAN juga memperkenalkan istilah baru. Yaitu istilah untuk pelabelan orang yang mejalani gaya hidup penuh kesadaran lewat terbentuknya segmentasi masyarakat baru.
"Kami menyaksikan terbentuknya segmentasimasyarakat baru, yaitu mereka yang sudah sepenuhnya sadar menjalankan gaya hidup yang bertanggung jawabdalam kesehariannya. Kelompok ini kami sebut sebagai the Consciouslites sebagai segmen yang akan mendominasi pasar dalam waktu dekat,” lanjut Devi.
Devi juga meyakini jika segmentasi masyarakat tersebut akan booming dalam waktu dekat di Indonesia. Bahkan diprediksi dan tidak menutup kemungkinan bisa menggeser segmen milenial dalam praktiknya.
"Hasil riset ini juga bisa menjadi semangat baru dan energi positif bagi kita semua dalam membukapeluang, dan menggerakkan brand untuk memanfaatkan momentum besar, menuju ke arah yang benar,” tutup CEO Hakuhodo International Indonesia. IrfanRamli.
Simak video berikut
#ChangeMaker