Caraku dan Perubahan Kebiasaan untuk Mengatasi Muka Berjerawat Parah

Endah Wijayanti diperbarui 17 Jun 2020, 09:49 WIB

Fimela.com, Jakarta Mengubah kebiasaan lama memang tidak mudah. Mengganti kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik pun kadang butuh proses yang tak sebentar. Membuat perubahan dalam keseharian dan hidup selalu memiliki perjuangannya sendiri. Melalui Lomba Change My Habit ini Sahabat Fimela berbagi kisah dan tulisannya tentang sudut pandang serta kebiasaan-kebiasaan baru yang dibangun demi hidup yang lebih baik.

***

Oleh: Dwi Purwati

Aku di masa kecil dikenal tomboy sampai beranjak dewasa. Mungkin karena faktor pengasuhan dari orangtua juga yang menginginkan anak laki-laki. Tidak pernah mau memakai rok sama sekali. Memakai rok hanya ketika di sekolah karena siswi wajib pakai rok.

Masuk usia remaja, beruntungnya aku tidak memiliki masalah dengan hormon yang membuat kulit berjerawat seperti kebanyakan remaja lainnya. Teman seumuranku mulai menyadari akan pentingnya merawat diri. Mereka seperti berlomba menjadi yang paling cantik. Rajin ke salon untuk perawatan, berburu dan mencoba-coba aneka produk kecantikan, selalu up to date dengan model fashion. Sementara aku tidak peduli dengan itu semua. Yang ada di pikiranku adalah belajar, belajar, dan belajar.

Masuk ke dunia kampus yang jauh berbeda dengan duniaku sebelumnya. Jauh dari orangtua dan keluarga, mengurus semua kebutuhan diri sendiri dan ditambah dengan kesibukan kuliah dan organisasi yang seperti tiada habisnya. Ternyata berdampak terhadap kondisi mental dan fisik. Namun yang paling kentara dan terlihat adalah kondisi kulit wajahku.

Sebelumnya, tidak ada sama sekali jerawat yang tumbuh di wajahku, meskipun PMS identik dengan jerawat tetapi aku tidak mengalaminya. Awalnya tumbuh satu jerawat di dagu. Kemudian dari hari ke hari jerawat-jerawat itu berdatangan. Aku masih merasa cuek dan berpikir bahwa ini akan sembuh sendiri nantinya.

Semakin lama jerawat di wajah semakin bermunculan. Dan pertanyaan-pertanyaan mulai berdatangan, dari teman sekelas, teman sejurusan, teman organisasi, dari keluarga ketika aku pulang.

“Makanya punya kulit tuh dirawat.”

“Dulu kan bersih kulitnya, kenapa sekarang jadi jerawatan.”

“Mukamu kenapa bisa jerawatan begitu?”

Dan bertubi-tubi pertanyaan serupa hampir setia hari aku dengar dari mereka. Aku yang awalnya cuek mulai kepikiran. Sampai suatu hari aku berdiri di depan kaca dan memandangi diriku dengan seksama. Apakah separah itu jerawat di wajahku sampai mendapat respons demikian dari lingkunganku?

Aku diam lama sekali memandangi diri di cermin. Ada perasaan jengkel, kenapa orang-orang sibuk mengurusi jerawat di wajahku? Kemudian aku merenung, kenapa jerawat-jerawat ini muncul di wajahku? Mungkinkah ini sebuah peringatan untukku agar menjaga dan merawat apa yang Tuhan anugerahkan?

Akhirnya aku mulai mencari banyak informasi seputar merawat kulit berjerawat. Mulai dari internet, konsultasi dengan teman-teman dekatku yang lebih aware dengan merawat kulit. Sampai konsultasi ke dokter SpKK. Aku disarankan untuk memperbaiki pola hidup, mulai dari menjaga makanan, pola istirahat, rutin olahraga dan memperbanyak minum air putih.

Kemudian dianjurkan untuk rutin menjalankan basic skincare dengan diberikan rekomendasi produk yang gentle untuk kulitku. Meskipun merasakan berat untuk menjalani semua itu, namun tekad dan semangatku untuk sembuh dari jerawat lebih besar dan kuat. Aku merasakan juga dukungan dari teman-teman dekat yang selalu menyemangati.

 

 

2 dari 2 halaman

Mengubah Kebiasaan dan Pola Hidup

Ilustrasi./copyright shutterstock

Susah payah dan tertatih aku berjuang untuk bisa konsisten menjalani hidup lebih sehat. Mulai tidak mengonsumsi makanan yang mengandung minyak, tepung, dan gula. Kemudian memperbanyak konsumsi sayur, buah, dan air putih. Semakin rajin olahraga, minimal joging tiga kali seminggu dan berenang seminggu sekali. Membiasakan tidur yang berkualitas, dengan tidur di awal waktu dan bangun lebih awal.

Yang sebelumnya tidak paham sekali dengan dunia perawatan kulit akhirnya mulai paham dan mempraktikan. Mencari produk yang sesuai dengan jenis kulit dan budget juga pastinya. Dan yang terpenting adalah mengontrol pikiran agar tetap positif. Sungguh perjalanan panjang yang tidak mudah dan tidak mulus. Banyak sekali cobaannya, tapi aku selalu mengafirmasi diriku kalau aku pasti bisa. Pelan-pelan dan jangan terlalu memaksakan diri jika merasa tidak kuat. Setelah berjalan satu semester, akhirnya aku mulai merasa terbiasa dengan itu semua.

Sampai pada tahap merasakan sendiri dampaknya. Meskipun jerawat di wajahku belum seratus persen bersih, tapi aku merasa sudah jauh lebih baik. Tinggal bekas-bekasnya dan tidak ada lagi jerawat yang bermunculan. Selain itu, merasakan kalau badan lebih sehat dan semakin bersemangat menjalani hari.

Ternyata bahagia sekali rasanya bisa menjaga dan merawat diri. Menemukan makna baru bahwa menjadi diri sendiri yang terus memperbaiki diri adalah salah satu penemuan yang sangat berharga di hidupku. Dan apa yang terjadi kepada diriku yang membuat aku merasa insecure, ternyata menjadi titik balikku untuk lebih mengenali diri sendiri, yang kemudian membawaku kepada perasaan menjaga, merawat, dan mencintai diri. Dengan action dan juga kerja keras tentunya!

 

#ChangeMaker