Fimela.com, Jakarta Mengubah kebiasaan lama memang tidak mudah. Mengganti kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik pun kadang butuh proses yang tak sebentar. Membuat perubahan dalam keseharian dan hidup selalu memiliki perjuangannya sendiri. Melalui Lomba Change My Habit ini Sahabat Fimela berbagi kisah dan tulisannya tentang sudut pandang serta kebiasaan-kebiasaan baru yang dibangun demi hidup yang lebih baik.
***
Oleh: Rini Darini
Kebiasaan merupakan suatu tindakan yang selalu dikerjakan berulang-ulang atau suatu rutinitas sehari-hari yang kita lakukan. Setiap manusia mempunyai kebiasaan baik maupun kebiasaan buruk. Kebiasaan buruk ada yang bersifat pribadi, hanya diketahui diri kita sendiri tapi ada juga yang dapat merugikan orang lain. Namun pada dasarnya, kita semua mempunyai kebiasaan yang ingin diubah.
Mengubah kebiasaaan bukanlah suatu yang instan. Jika hanya menginginkan keinginan untuk berubah, tentu tak akan membawa menuju pada perubahan yang diinginkan. Mengubah kebiasaan buruk itu diperlukan usaha dan komitmen yang konsisten. Dan upaya tidak putus ada adalah salah satu kunci untuk mengubah kebiasaan buruk menjadi lebih baik.
Sebagai anak gadis, aku mempunyai kebiasaan buruk yang mungkin tak pantas dimiliki seorang wanita. Tak dipungkiri, setiap wanita di dunia ini menginginkan dirinya terlihat cantik. Demi kecantikan, seorang wanita rela mengeluarkan biaya yang banyak untuk perawatan kulit, membeli produk skincare maupun brand fashion yang menunjang penampilan mereka. Tak hanya itu, para wanita juga tak sedikit rela menahan lapar agar tubuhnya terlihat langsing. Namun berbeda dengan diriku.
Aku selalu terlihat apa adanya aku. Aku tidak mau hidup yang ribet. Aku masih bertahan dengan kebiasaanku. Wanita yang malas mandi. Itulah aku yang sehari hanya mandi sekali, jarang-jarang saja aku mandi dua kali sehari. Aku juga punya kebiasaan yang setelah salat subuh selalu tidur lagi, sehingga aku selalu terlambat dan berkejaran dengan waktu saat berangkat ke kantor. Tak hanya itu, aku tidak biasa memakai make up maupun farpum. Setiap pulang kerja, aku selalunya tidur dan tempat tidurku pun tak tertata rapi. Bisa dikatakan aku ini sangat semberono, tidak disiplin, dan suka bermalas-malasan.
Pada suatu waktu aku mengenal seorang laki-laki, dan tak lama setelahnya kami pun pacaran. Aku tetap menjadi apa adanya diriku. Aku tahu, sesekali dia berkomentar dengan badanku yang berisi karena kebiasaanku suka makan makanan berlemak seperti bakso, mi, gorengan dan jajanan-jajanan pasar yang berlemak dan berkarbo. Aku tak suka makan sayur dan tidak pernah berolahraga.
Tak hanya itu dia juga berkomentar yang diriku tak pandai dandan dan tidak fashionable. Keseharianku cukup dengan rok atau celana jeans, kemeja, tuniq, atau kaos, sepatu flat, dan hijab segi empat yang tak banyak variasi. Untuk wajah aku terbiasa cukup dengan mengaplikasikan bedak dan lipstik dengan tipis. Aku bilang padanya, cantik itu terlihat dari sebuah kealamiahannya. Namun lama-lama aku juga risih, sering dikomentari seperti itu. Aku tahu pacarku itu suka melihat perempuan yang modis, cantik, langsing dan punya kulit yang mulus. Dia juga sering protes mukaku yang berminyak dan berjerawat.
Ternyata Dia Selingkuh
Aku adalah seorang yang memang kurang peduli dengan penampilanku. Karena bagiku sederhana dan natural itu cukup. Aku agak pelit mengeluarkan uangku untuk belanja keperluan pribadiku seperti beli kosmetik, pakaian, sepatu. Bagiku penghasilanku harus aku tabung dan investasikan kepada hal yang lebih baik untuk masa depanku. Kesibukanku bekerja juga menjadi salah satu penyebab aku lelah dan malas untuk memanjakan diriku sendiri. Pekerjaanku adalah prioritas utama bagiku. Sepulang kerja, selalunya aku langsung tidur tanpa mandi atau cuci muka dulu. Dan saat cuci mukapun ya, hanya dengan air pada saat wudu, jarang sekali aku pakai sabun muka, kecuali saat mandi.
Hidup dalam kesederhanaan. Aku memandang sederhana adalah apa adanya hidupku ini cukup dengan pekerjaan tetap, makan, ada keluarga dan teman-teman yang menyayangiku, dan seorang pacar yang juga akan segera menikahiku. Bagiku itu sudah sempurna dalam hidupku. Tapi kenyataan pahit harus aku hadapi. Pacarku meninggalkanku. Padahal aku sudah punya banyak rencana untuk hidup bersama dengannya. Tapi dia malah memutuskanku tanpa pertengkaran atau pun perselisihan di antara kami.
Malam itu aku menangisi semua yang terjadi. Aku memerlukan sebuah alasan, namun semua pertanyaanku tak dijawab sama sekali. Dia hanya menyatakan permintaan maafnya dan mengatakan aku pasti bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik daripadanya. Meskipun rasa sakit dan kecewa di dalam hatiku, aku selalu berusaha tegar. Di depan keluarga dan teman-temanku aku tetap ingin terlihat baik-baik saja.
Rasa penasaran dan keingintahuanku cukup besar. Aku mencari tahu penyebabnya ia memutuskanku. Tak hanya bertanya pada teman terdekatnya, mencari di berbagai media sosial, aku juga memperbanyak berdoa kepada Allah agar aku diberikan petunjuk, jawaban dan kehidupan yang terbaik. Pada akhirnya Allah yang Maha Baik menunjukkan kepadaku siapa mantan pacarku itu sebenarnya. Ia telah berselingkuh dengan seorang janda muda yang cantik, kaya dan berpendidikan tinggi. Apa yang ada padanya lebih dari diriku. Air mataku menetes, aku tak berani untuk memaki dia, tapi dalam hati terbesit kalimat, "Pantas saja dia meninggalkanku karena wanita itu lebih dari diriku."
Perubahan Hidup
Sejak itu aku banyak merenung. Aku menyadari bahwa diriku ini sangat buruk. Kebiasaan burukku membuat diriku terus berada di tempat. Tak ada yang berubah. Pandanganku akan kesederhanaan dan kealamiahan itu keliru. Sederhana adalah menempatkan sesuatu dengan tepat baik itu cara kita berpakaian, berdandan maupun bersikap. Alami itu natural mengalir dengan sendirinya, jadi dalam diri kita harus tertanam keikhlasan dan kedamaian.
Bersikap dan berpenampilan sederhana dan alami adalah kita tahu menempatkan diri pada waktu dan tempat dimana kita berada dan tulus ikhlas menjalaninya. Sehingga aku menyadari, aku terbiasa bermalas-malasan, malas mandi, malas olahraga, malas bersih-bersih, tidak disiplin, memberi pengaruh negatif bagi penampilanku, kesehatanku, dan juga kinerjaku.
Dari situlah aku berkomitmen untuk berubah menjadi lebih baik. Motivasiku adalah wanita itu, pacar barunya. Dia meninggalkanku karena wanita itu, jadi aku harus lebih baik dari pacar barunya itu. Oleh karena, aku segera menyusun sebuah rencana baru untuk hidupku, yang harus ku lakukan pertama kali adalah merubah kebiasaan burukku.
Untuk mengubah kebiasaan buruk, mengharuskanku membaca. Dari apa yang kubaca 14 hari pertama adalah yang tersulit untuk mengubah suatu rutinitas yang telah menjadi kebiasaan. Oleh karena itu aku membuat kegiatan dan jadwal harian selama 14 hari pertama dengan tekad dan motivasi aku harus berubah lebih baik.
Hari pertama, aku mulai dengan menarik sejumlah uang dari rekeningku. Aku berbelanja beberapa helai baju, melakukan perawatan ke salon, dan membeli produk perawatan kulit dan kosmetik. Motivasiku adalah pacar barunya yang cantik, dan aku juga harus terlihat terlihat cantik dan modis.
Hari kedua, aku menata ulang kamar tidurku. Mengganti sprei, yang sudah sebulan tak kuganti karena sifat malasku. Memajang foto-foto, mengganti wallpaper dinding kamarku agar terlihat lebih segar. Hari ketiga, aku mendaftarkan diri ke kelas zumba dan berkomitmen untuk mencoba membiasakan gaya hidup sehat.
Hari keempat, aku mencari informasi tentang pendidikan. Aku harus melanjutkan studiku. Hari kelima aku membuat daftar pekerjaan yang belum aku selesaikan karena kebiasaanku yang sering menunda. Pekerjaan itu harus aku selesaikan dalam tempo 9 hari ke depan. Hari keenam sampai keempatbelas, aku melakukan rutinitas sesuai dengan jadwal yang kubuat mulai dari alarm berbunyi jam tiga pagi, bangun tidur, mandi, salat dan mengaji. Setelah itu bersiap untuk berangkat ke kantor. Sepulang kerja, menyempatkan diri untuk olahraga, berkebun di halaman rumah, mandi, membaca buku. Komitmenku adalah mengubah kebiasaan burukku dengan disiplin dalam beribadah, bekerja, dan membahagiakan serta mencintai diri sendiri.
Selama empat belas hari pertama itu, sangat tidak mudah aku melakukannya. Alarm yang kuatur jam tiga pagi berdering sendiri, namun aku kadang masih malas bangun hingga pukul lima. Sepulang kerja, lebih nyaman berbaring sambil membuka WA daripada olahraga dan berkebun atau membaca. Namun tekad dan motivasi yang kuat akhirnya aku mulai terbiasa juga. Perubahan tak langsung instan, tapi pelahan-pelahan berubah. Perubahan juga perlu waktu.
Kini aku merasa diriku sangat beruntung, dan aku berterima kasih pada mantan pacarku, jika dia tak memutuskanku mungkin aku masih stay dengan hidupku dulu. Dua tahun waktu yang kuperlukan untuk benar-benar keluar dari kebiasaan burukku dulu. Sekarang aku terbiasa dengan rutinitas yang bangun tidur lebih awal, berangkat kerja juga lebih pagi, tubuhku lebih sehat dan bugar, penampilanku lebih bersih, rapi, dan segar. Dan motivasi awalku adalah ingin seperti pacar barunya adalah salah.
Sesungguhnya aku tidak menjadi seperti pacarnya, tapi aku berubah menjadi diriku sendiri yang berbeda. Dan justru yang menjadi motivasiku adalah rasa cintaku pada diriku sendiri yang memberikan perubahan kebiasaan hidup yang lebih baik.
#ChangeMaker