Fimela.com, Jakarta Mengubah kebiasaan lama memang tidak mudah. Mengganti kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik pun kadang butuh proses yang tak sebentar. Membuat perubahan dalam keseharian dan hidup selalu memiliki perjuangannya sendiri. Melalui Lomba Change My Habit ini Sahabat Fimela berbagi kisah dan tulisannya tentang sudut pandang serta kebiasaan-kebiasaan baru yang dibangun demi hidup yang lebih baik.
***
Oleh: Baiq Cynthia
Menjadi orang bahagia itu sederhana. Dengan menerapkan pola hidup teratur dan menjaga keseimbangan rohani sehingga membuat pikiran tenang. Dulu aku sempat ada pikiran soal menyakiti diri, sekarang berusaha untuk membahagiakan diri.
Hal yang sering aku alami itu pikiran negatif; merasa tidak berguna dan berujung hal yang sangat fatal, bunuh diri dan menyakiti diri. Bahkan tidak jarang ingin menyakiti orang yang tidak bersalah. Tapi masih bersyukur karena masih dikelilingi orang yang peduli dan mau memberikan dukungan. Mengingatkan kalau aku itu kuat, bisa lewati kenyataan buruk, bahkan menutup telinga omongan orang yang telanjur bikin batin terluka.
Berawal dari cacian, perundungan, dan komentar orang yang selalu menghakimi. Aku tidak bisa memilah mana yang baik untukku dan mana yang harus dicuekkan. Karena aku punya pengalaman buruk di masa lalu, harusnya memang aku ke psikolog. Tapi orang-orang tidak percaya kalau aku punya mental lemah.
Butuh waktu yang tidak sedikit untuk memperbaiki jiwa dan mental illness. Mulai dari mengurangi konsumsi berita negatif dan memperbanyak aktivitas dunia nyata. Terus aku lebih banyak konsumsi makanan sehat dan teratur. Karena kalau badan lapar dan capek gampang marah tersulut emosi sehingga adu mulut dengan siapa saja. Memaksakan diri melakukan produktivitas yang bermanfaat untuk diri sendiri dan keluarga.
Faktor utama mental illness ternyata bukan karena masalah hidup dan beban baru menjadi ibu atau karena trauma masa lalu. Ternyata disebabkan seringnya mendapat informasi buruk, curhatan rumah tangga teman dan menjadi gudang sampah dari omongan orang tidak bertanggung jawab. Kebetulan aku tipikal orang pemikir keras dan mudah memasukkan masalah baru ke hati.
Keseringan menjadi tempat curhat orang dan melihat, mendengar bahkan menyaksikan peristiwa kelam bikin badan jadi cepat lelah. Sering merasa insecure dan tidak bisa percaya diri. Imunitas tubuh menurun sehingga gampang sakit dan tidak punya energi untuk melakukan hal yang ringan. Haid jadi sakit dan tidur selalu mimpi buruk.
Menurut salah satu pakar psikologi Dedy Susanto, jika seseorang gudang jiwanya penuh, itu akan menggerogoti ke badan. Sehingga muncul keinginan negatif dan tidak bisa mengendalikan diri. Kondisi saat pikiran dan logika tidak berfungsi yang aktif malah bagian otak perasaan. Sementara letak emosi itu dekat dengan ‘gudang’ alam bawah sadar. Ketika sudah penuh memori kita suatu saat tumpah dan meledak lewat emosi. Sering kali marah-marah tidak jelas, terpancing emosi ketika disinggung sedikit dan sedih tanpa sebab merupakan hasil dari gudang jiwa penuh.
Memang selama ini saya tipikal orang yang suka memendam masalah dan berusaha melupakan tetapi bagai bom waktu ia meledak saat saya masuk fase menjadi istri dan ibu. Saya sering merasa diganggu sama jin, sehingga memperbaiki kualitas ibadah. Pun saya curhat sama Tuhan dan menangis dalam sujud ternyata itu bikin sebuah kelegaan.
Mentransfer Energi Negatif
Dari situ saya membuat kesimpulan sederhana kalau kita mentransfer energi negatif pada tempatnya, tentu akan berkurang isi dari gudang emosi. Mencari kekuatan diri dari Allah, lewat memperdalam ibadah dan mendengar banyak petuah indah dari orang yang berilmu.
Ada semangat yang terus tumbuh setiap hari, tapi hati masih belum tenang sering menangis tanpa sebab dan sedih berkepanjangan. Hingga tanpa sadar menularkan stres pada bayi saya. Ia ikutan rewel.
Kebiasaan baru mulai saya praktikkan dimulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Yaitu mengafirmasi diri kalau saya bisa punya mental baja. Dengan menyibukkan diri lewat menyuci, belanja, memasak, serta mengurusi bayi sambil memberikan sugesti positif kalau saya sudah memaafkan orang yang sudah menyakiti saya. Saya akan menjadi ibu yang baik dan mental yang kuat juga sehat. Alhamdulillah itu berhasil.
Badan lebih bugar dan pikiran buruk tergantikan dengan konsentrasi pada pekerjaan. Memang awalnya melelahkan tetapi melihat rumah bersih dan semua terurus dengan baik saya jadi senang. Ada banyak sisa waktu yang bisa dilakukan untuk membaca buku favorit maupun menulis. Kini kebiasaan lama yang sering mantengi ponsel untuk scrolling informasi nggak jelas, perasaan insecure karena nggak bisa sebebas saat remaja ketika melihat postingan orang yang sukses dalam banyak hal. Atau sibuk stalking orang, udah mulai ditinggalkan. Bahkan mengurangi konsumsi media sosial. Terlebih keadaan seperti saat ini, informasi hilir-mudik soal perkembangan covid-19. Kemudian lebih banyak interaksi dengan keluarga, tukar pikiran dan bercanda mengurangi kebiasaan berpikir sendirian (melamun).
Kini kebiasaan buruk di masa lalu mulai terganti dengan kebiasaan baru yaitu tidak menunda pekerjaan. Saat memutuskan untuk mencuci, saat itu berdiri dan langsung mengambil cucian. Tidak ada kata nanti, menunda pekerjaan hanya membuat pikiran semakin butek. Ada banyak tugas yang tidak selesai artinya tambah beban pikiran akhirnya tidak bisa mengerjakan hal lainnya. Pikiran tidak bisa istirahat maupun refreshing jika pekerjaan utama belum diurus.
Kini modal utama bahagia itu sederhana. Merendahkan ekspektasi dan banyak menyelesaikan rutinitas tanpa menunda. Sehingga tidak memberi kesempatan pada pikiran jahat yang membuat kita mager dan ingin terus rebahan. Mental illness bisa disembuhkan dengan yakin kalau kita bisa lewati masa sulit dan mulai mengerjakan tugas dari yang paling mudah sampai yang sulit.
Dengan izin Allah kita terhindar dari pikiran tidak sehat. Karena badan terbiasa bergerak dan pikiran diasah untuk terus produktif dan kreatif. Mulai saat ini kurang-kurangi mendengar atau melihat sesuatu yang membuat mental down. Lebih berfokus pada diri sendiri dan kesehatan rohani. Agar maksimal menjalankan peran menjadi ibu dan istri yang baik serta wanita yang punya inovasi baru untuk menginspirasi banyak orang.
Tanamkan diri untuk bekerja keras dan berpikir sebutuhnya. Istirahat cukup dan mulai mencintai diri dan berdamai dengan masa lalu.
#ChangeMaker