Fimela.com, Jakarta Tidak ada yang bisa diterima dari tindakan selingkuh, namun masih banyak saja orang yang melakukannya. Orang mungkin akan merasa menyesal setelah melakukannya, tapi benarkah mereka menyesali perbuatan tersebut?
Jika tahu akan menyesal mengapa tetap dilakukan? Faktanya, orang yang selingkuh sebenarnya tidak benar-benar merasa selingkuh adalah perbuatan yang salah.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Personality and Social Psychology menemukan bahwa sebenarnya peselingkuh tidak sepenuhnya merasa menyesal dengan tindakannya.
Apakah peselingkuh menyesali perbuatannya?
Para peneliti meelakukan dua eksperimen mengenai berselingkuh kemudian bertanya mengenai seperti apa perasaan mereka setelah melakukannya. Peneliti memprediksi partisipan akan merasa menyesal dan bersalah setelah melakukan hal tidak etis tersebut, tapi hasilnya justru sebliknya.
Dalam penelitian yang berjudul The Cheater’s High: The Unexpected Affective Benefits of Unethical Behavior itu para partisipan mengaku ketika mereka benar-benar selingkuh mereka mengalami "efek positif" dalam diri mereka. Peneliti menyebut ini sebagai “cheater’s high”, efek tipuan yang membuat peselingkuh merasa senang setelah berselingkuh.
Dapat dijelaskan bahwa ketika berselingkuh partisipan mendapatkan apa yang mereka inginkan dan sedikit banyak itu membuat mereka bahagia meski sementara. Mereka tahu selingkuh itu tak baik namun ada sesuatu yang terpenuhi.
Bisa dibilang selingkuh menjadi suatu pelampiasan terhadap sesuatu yang tertahan, dan meski memang merasa menyesal pada akhirnya, namun ternyata mereka tak semenyesal itu, Sahabat Fimela.
#ChangeMaker with FIMELA