Fimela.com, Jakarta Pandemi virus corona sangat berdampak pada bisnis UMKM lokal. Pendapatan UMKM cenderung menurun akibat mandeknya bisnis offline. Padahal UMKM sendiri menyumbang lebih dari 60 persen pendapatan negara.
Melalui teknologi digital, memungkinkan UMKM untuk tetap bertahan di tengah pandemi virus corona. Semua aktivitas bisnis pun beralih 100 persen mengandalkan platform, seperti Tokopedia.
Memasuki era new normal, Tokopedia terus mendorong bisnis UMKM bukan hanya sekadar bertahan, melainkan juga mengembalikan kondisi perekonomian pasca karantina.
"Kami konsisten bagaimana membangun pemerataan ekonomi secara digital. Apalagi pandemi seperti ini menjadikan betapa pentingnya platform digital sebagai penyambut semangat dan upaya agar perekonomian tetap bergulir," ungkap Ekhel Chandra Wijaya selaku External Communications Senior Lead Tokopedia.
Memasuki era new normal, Tokopedia mengaku bahwa pihaknya akan terus membantu membangun UMKM melalui pendampingan dan akses digital. Sehingga bisnis mereka terus berjalan demi ketahanan ekonomi nasional.
Nadjani
Merek busana muslim dengan warna dan motif menggemaskan, Nadjani menjadi salah satu UMKM yang terselamatkan berkat adanya teknologi digital. Selama masa pandemi, Nadjani terpaksa harus menutup dua gerainya di Bandung dan Jakarta. Meski mengalami penurunan pendapatan sebesar 30 persen, bisnisnya di bidang fashion masih tetap berjalan.
Selain memanfaatkan teknologi digital, Nadjani harus lebih jeli terhadap kebutuhan masyarakat selama karatina. Menyadari bahwa masyarakat tidak lagi berorientasi pada membeli pakaian. Sehingga Nadjani berinovasi untuk menghadirkan koleksi mukena, apron, dan masker kain.
Penjualan masker kain menjadi yang paling mendapat respon paling baik. Di mana tercatat rekor penjualan hanya dalam dua menit untuk penjualan 2000 masker kain. Hasil penjualan masker kain inipun akhirnya digunakan untuk masker kain dari pedagang kecil untuk dibagikan secara gratis bagi mereka yang membutuhkan.
Klinik Kopi Yogyakarta
Sementara itu, dunia kopi juga menjadi salah satu bisnis UMKM yang mengalami perubahan model bisnis. Hal ini dirasakan Klinik Kopi Yogyakarta yang cukup terkenal berkat film AADC 2. Sebelum masa pandemi, kedai kopi ini ramai oleh pengunjung yang hendak mencicipi kopi asli Indonesia.
Berbeda dari banyak kedai kopi yang kini ada, Klinik Kopi menjual biji kopi asli Indonesia beserta beragam cerita di balik kopi tersebut. Sehingga melibatkan banyak interaksi dengan pengunjungnya.
Di masa pandemi ini, Klinik Kopi terpaksa menutup gerainya. Kemudian ia beralih ke sistem online untuk menjajakan biji kopi khas Klinik Kopi. Jika membeli kopi di Klinik Kopi, kamu tidak hanya mendapat biji kopi. Melainkan juga kartu yang tercantum barcode. Ketika barcode tersebut dipindai akan membawamu pada cerita asal usul dari kopi yang kamu beli.
Dengan menggunakan teknologi digital, Klinik Kopi Yogyakarta ini mampu menjangkau pecinta kopi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Di era new normal inipun, Klinik Kopi berencana membuka kedainya dengan sistem reservasi. Buka hanya selama kurang lebih satu jam, Klinik Kopi hanya menerima maksimal 10 antrean perharinya.
Simak video berikut ini
#changemaker