Fimela.com, Jakarta Punya kisah atau kesan tak terlupakan terkait bulan Ramadan? Atau mungkin punya harapan khusus di bulan Ramadan? Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Masing-masing dari kita pun punya kisah atau pengalaman tak terlupakan yang berkaitan dengan bulan ini. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam My Ramadan Story: Berbagi Kisah di Bulan yang Suci ini.
***
Oleh: S
Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Rasanya peribahasa tersebut sangat relevan dengan situasi bertetangga di daerah rumah saya. Saling mengetahui bagaimana keadaan perkonomian masing-masing. Ada yang orangtuanya dirumahkan, terkena PHK, bahkan pulang kampung sebelum adanya larangan dari pemerintah saat pandemi Covid-19 melanda sejak beberapa bulan yang lalu.
Keluarga saya juga terkena dampaknya, namun rasa syukur tak terhingga karena Allah SWT memberikan jalan-Nya. Saya mempunyai seorang ibu yang telaten membuat makanan, melalui kedua tangannya tercipta aneka macam masakan. Selama bulan puasa Ramadan, terhitung hanya dua hari tidak berjualan makanan.
Saya menuliskan cerita ini setelah sadar bahwa pandemi tidak hanya membawa dampak buruk, namun juga pembelajaran bagaimana bertahan hidup di keadaan yang bisa saja berubah dalam waktu singkat.
Melalui tulisan ini, saya ingin mencurahkan rasa terima kasih kepada tetangga yang berbaik hati memberikan sembako gratis sebagai penunjang perekonomian keluarga saya serta para tetangga lainnya. Awalnya saya merasa pandemi sangat menyulitkan. Namun pada akhirnya tidak terhitung berapa banyak yang datang ke rumah membawa berbagai jenis sembako seperti beras, minyak, dan telur.
Di saat keadaan terhimpit, Allah SWT memudahkan perekonomian keluarga kami melalui tangan-tangan orang baik. Semoga kebaikan tersebut menjadi berkah untuk mereka juga.
What's On Fimela
powered by
Belajar Berjualan dari Rumah
Puasa tahun ini, saya bersama adik turut membantu ibu membuat dan berjualan makanan untuk berbuka puasa para tetangga. Terkadang habis terjual, namun ada juga yang tidak habis sehingga dapat kami makan untuk berbuka puasa. Ya, menjual makanan memang ada tantangannya sendiri.
Satu hal yang saya pelajari selama membuat dan menjual makanan, “Ketika mengedepankan kualitas, pelanggan pun datang kembali untuk membeli yang kedua, ketiga bahkan seterusnya.”
Sering saya mendapati ada tetangga yang menanyakan apakah orderannya sudah disediakan oleh kami, padahal beliau lupa kalau dirinya tidak memesan terlebih dahulu sehingga kehabisan. Kami memang menerima orderan melalui layanan chatting agar dapat menyesuaikan jumlah pesanan dengan makanan yang tersedia. Jika tidak memesan, risikonya tidak kebagian.
Menggunakan Pakaian Lama
Pertama kalinya pada tahun ini keluarga tidak membeli pakaian untuk digunakan saat lebaran karena fokusnya adalah bagaimana cara kami bisa survive di saat pandemi. Lebaran bisa menggunakan pakaian yang sudah ada dari tahun sebelumnya, yang layak untuk digunakan. Silaturahmi secara virtual tak mengharuskan saya untuk menjelaskan apakah pakaian tersebut baru atau yang lama.
Apalagi saat ini saya sedang semangat mempelajari zero waste untuk pola hidup yang lebih baik dengan tidak menambah produksi sampah tekstil seperti pakaian. Contohnya dengan menerima pakaian lungsuran yang masih layak, tukar pakaian dengan adik, serta tidak membeli ketika hanya berupa keinginan saja. Pada akhirnya lemari menjadi rapi dan begitu menyenangkan ketika melihatnya. Ketika pandemi ini berkahir, saya akan tetap belajar dan menerapkan zero waste karena ada kebahagiaan tersendiri saat tahu diri sendiri dapat berupaya mencintai bumi.
Cerita mengenai bulan Ramadan kali ini sangat berkesan bagi saya pribadi. Masih banyak orang baik yang sangat tulus memberikan bantuan, bagaimana berjuang untuk survive dengan cara menjual makanan dari rumah, dan tidak membeli pakaian baru. Semoga di masa depan saya tidak melupakan kebaikan para tetangga dan dapat menjadi sebaik mereka. Stay safe, stay strong, and stay healthy di mana pun kita berada.
#ChangeMaker