Situasi Pandemi Menyadarkan Kita akan Manfaat Gaya Hidup Minimalis

Endah Wijayanti diperbarui 02 Jun 2020, 16:26 WIB

Fimela.com, Jakarta Punya kisah atau kesan tak terlupakan terkait bulan Ramadan? Atau mungkin punya harapan khusus di bulan Ramadan? Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Masing-masing dari kita pun punya kisah atau pengalaman tak terlupakan yang berkaitan dengan bulan ini. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam My Ramadan Story: Berbagi Kisah di Bulan yang Suci ini.

***

Oleh : Isti Hasjim

Ramadan tiba

Ramadan tiba

Petikan dari lagu menyambut Ramadan itu senantiasa terdengar di televisi maupun media lain. Ya, bulan yang mulia ini selalu disambut dengan penuh suka cita di berbagai penjuru dunia.

Menjalankan ibadah Ramadan diibaratkan orang yang sedang bermain games online, selain meraih skor utama orang yang memainkannya juga dapat meraih bonus-bonus skor atau pahala yang melintas di sana-sini. Di negeri kita ibadah puasa tak terlepas dari tradisi-tradisi khas seperti ngabuburit menjelang berbuka, bukber atau buka puasa bersama di café-café atau di mal-mal, berburu takjil yang bertebaran di pinggir-pinggir jalan, bermain petasan, belanja baju Lebaran dan berbagai tradisi di daerah masing-masing, walau disayangkan tradisi yang mengarah pada gaya hidup konsumtif dan mubazir.

Tetapi kebiasaan-kebiasaan itu tak terlalu tampak pada Ramadan kali ini. Masyarakat dihadapkan dengan pandemi virus Corona, dan untuk menghentikan penyebarannya diharuskan melakukan anjuran pemerintah yaitu melakukan physical distancing. Yang tadinya sebagian orang sering berkumpul-kumpul di ruang publik maupun di rumah dengan sanak saudara dan teman-teman, menjadi dilarang demi keamanan dan keselamatan bersama.

 

2 dari 2 halaman

Minimalisme

Hidup minimalis./Copyright shutterstock.com/g/nuiiko

Pandemi ini menimbulkan dampak yang berat terutama di bidang ekonomi. Betapa banyak orang terutama mereka yang bekerja dan berpenghasilan harian di tempat-tempat umum, seperti pedagang dan transportasi online. Bersyukur jika kita masih termasuk orang yang bisa bekerja dan berpenghasilan dari rumah atau work from home. Bekerja dari rumah bisa menyisakan waktu luang yang lebih banyak, karena waktu untuk transportasi ke tempat kerja, waktu untuk istirahat dan makan siang dapat terpangkas. Kita pun bisa lebih fokus beribadah dan berkegiatan di rumah misalnya bersih-bersih. Lemari pakaian merupakan sasaran empuk kegiatan bersih-bersih. Bersama teman-teman kerja kita bisa menggalang bantuan mengumpulkan pakaian yang masih bagus untuk kemudian disumbangkan ke panti jompo dan yatim piatu, sekaligus memberikan paket sembako semampunya.

Lebaran pun menjelang. Silaturahmi dilakukan tanpa kontak fisik sama sekali, digantikan dengan cara virtual melalui media digital seperti bertelepon, video call melalui Whatsapp, Skype, Zoom meeting, dan lain-lain. Dengan begitu sebenarnya kita tak perlu membeli atau membuat aneka kue dan hidangan istimewa untuk para tamu yang datang, kecuali untuk dikonsumsi sendiri secukupnya saja. Baju Lebaran yang barupun tak perlu dibeli. Baju tahun lalu masih bisa dikenakan. Dengan demikian budget untuk konsumsi bisa lebih dihemat dan bisa dialihkan untuk beramal membantu mereka yang terkena dampak pandemi.

Pandemi Covid-19 sejatinya menyadarkan manusia bahwa yang penting dalam hidup adalah senantiasa bersyukur. Merasa cukup selalu, tak perlu berlebihan dan terobsesi pada benda yang tidak kita butuhkan. Tak perlu jor-joran dalam hal memenuhi kebutuhan kita, apalagi demi gengsi semata. Karena terkadang keinginan sering begitu menggoda mengalahkan kebutuhan. Itulah sejatinya gaya hidup minimalis yang esensinya adalah meninggalkan sikap boros dan berlebihan. Ada suatu rasa puas, nyaman dan kesejukan menyelusuri relung batin apabila bisa membantu sesama dan itu menjadikan kita terhindar dari stress, malah menenteramkan jiwa.

#ChangeMaker