Serba Serbi Stress Eating, Kebiasaan Makan karena Stres selama Masa Karantina

Annissa Wulan diperbarui 16 Jun 2020, 07:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Pernah dengar tentang stress eating, kebiasaan makan karena stres? Stres dan penambahan berat badan telah menjadi dua subjek yang dipelajari selama bertahun-tahun.

Kebiasaan makan karena stres sering dikenal dengan makan secara emosional. Ini merupakan aktivitas makan sebagai respon terhadap perasaan.

Biasanya kebiasaan makan ini terjadi ketika kamu tidak benar-benar merasa lapar, namun sedang merasakan semacam emosi yang memicu untuk makan lebih banyak. Ketika stres, tubuh akan melepaskan hormon steroid yang dikenal sebagai kortisol, seperti dilansir dari goodhousekeeping.com, Selasa (9/6/2020).

 

 

What's On Fimela
2 dari 3 halaman

Stress eating

Ilustrasi makan makanan manis./Copyright shutterstock.com/g/wayhome

Hormon ini memiliki beberapa peran dalam tubuh, yaitu membantu mengendalikan kadar gula darah dan mengatur metabolisme. Aktivasi jangka pendek dari sistem stres yang baik-baik saja akan dapat menekan nafsu makan.

Namun, stres kronis dapat menyebabkan meningkatnya kadar kortisol yang selanjutnya dapat meningkatkan gula darah dan nafsu makan. Pada akhirnya, kamu akan menginginkan makanan manis atau makanan berlemak, yang keduanya sangat tinggi kalori dan dapat menyebabkan penambahan berat badan.

3 dari 3 halaman

Penyebab munculnya stress eating

Ilustrasi makanan manis. Sumber foto: unsplash.com/Thomas Kelley.

Beberapa penyebab dari munculnya kebiasaan ini adalah kebosanan, kebiasaan lama, masalah keuangan, tekanan kerja, dan interaksi sosial. Stress eating biasanya datang secara tiba-tiba dan kamu akan merasa tidak puas bahkan setelah makan berat.

Kunci untuk menghentikan kebiasaan ini adalah dengan memperlambat, mengidentifikasi penyebabnya, dan melakukan perubahan secara bertahap. Pastikan kamu mengonsumsi makanan seimbang setiap hari dan hindari melewatkan makan.

#ChangeMaker