Fimela.com, Jakarta Punya kisah atau kesan tak terlupakan terkait bulan Ramadan? Atau mungkin punya harapan khusus di bulan Ramadan? Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Masing-masing dari kita pun punya kisah atau pengalaman tak terlupakan yang berkaitan dengan bulan ini. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam My Ramadan Story: Berbagi Kisah di Bulan yang Suci ini.
***
Oleh: A
Bulan Ramadan tahun ini mau tidak mau harus dilalui berbeda dengan tahun sebelumnya. Pandemi virus corona belum usai, bahkan kita dituntut untuk beradaptasi dengan kenormalan yang baru. Seharusnya bulan Ramadan itu dihiasi dengan banyak tradisi unik yang mungkin bisa kita temukan di Indonesia saja, dari mulai ngabuburit, buka puasa bersama, salat tarawih di masjid, sahur on the road, sampai mudik. Sayangnya pemandangan semacam itu hampir tiada bisa kita temukan di Ramadan tahun ini.
Aktivitas belanja baju baru ke mal dan pasar juga dilarang dan tutup di mana-mana. Belum lagi ibadah, yang biasanya di bulan suci Ramadan ini makin rajin ke masjid, terpaksa harus dilakukan hanya dari rumah. Apalagi anak rantau yang mau tak mau harus tetap tinggal di kota lain, karena tidak bisa mudik. Semua kena dampaknya. Bagi sebagian besar orang mungkin cukup tersiksa dengan berbagai perubahan untuk mencegah pandemi ini semakin parah, tapi bagiku, ini tidak separah itu, dan ada nilai positifnya.
Banyak meme yang bertebaran di dunia maya, yang mengatakan bahwa bagi para introvert, #dirumahaja, physical & social distancing, WFH, semua itu adalah makanan sehari-hari. Banyak juga yang membahas bahwa saat ini, waktunya kaum rebahan jadi pahlawan. Aku setuju dengan meme itu. Selain introvert, aku juga inferior, sulit bergaul, dan tidak suka dengan keramaian. Pandemi ini tidak begitu menyiksa atau mengubah banyak hal bagiku, malah justru jadinya aku punya alasan untuk tidak bersosialisasi dan mingle dengan orang lain tapi tetap tampak normal di mata orang.
What's On Fimela
powered by
Semua Kena Dampaknya
Beda halnya dengan mereka yang ekstrovert, kebijakan selama pandemi ini terasa menyiksa bagi mereka. Apalagi mereka yang sehari-harinya mendapatkan kesenangan di luar sana saat bersama orang lain. Itu semakin terasa di bulan Ramadan ini, yang biasanya punya barisan jadwal buka bersama sekaligus reuni yang hampir tiap hari, sudah tidak bisa lagi. Alhasil para ekstrovert ini harus bisa menikmati kesendirian mereka yang terbiasa melihat ke luar dirinya.
Inilah yang kumaksud nilai positif dari perubahan yang terkesan mendadak di sekitar kita ini. Bagi para ekstrovert, keadaan ini adalah waktu yang tepat untuk lebih melihat ke dalam diri sendiri. Selama ini mereka begitu banyak meluangkan waktu di luar sana, menghabiskan energi mereka untuk dunia luar. Padahal sebenarnya penting juga untuk kita memberi waktu khusus diri kita sendiri. Self talk bisa dilakukan sebagai salah satu cara untuk lebih mengenal diri, menyadari emosi, perasaan yang ada dalam hati.
Selain itu kita juga bisa belajar untuk menemukan keterampilan lain yang bisa dioptimalkan meskipun dilakukan sendiri, itu akan sangat membantu para ekstrovert memanfaatkan kesendirian mereka dengan baik. Dan tentu saja memanfaatkan bulan suci Ramadan ini menjadi titik awal untuk kembali fitrah. Meskipun beribadah hanya dari rumah, justru bisa mempererat hubungan dengan Tuhan dalam sunyi berdua saja, jauh dari keramaian yang biasa dirasakan.
Baik yang introvert atau yang ekstrovert, semoga bisa untuk lebih memaknai kesendirian dan kesunyian dalam situasi pandemi ini dengan lebih banyak melihat ke dalam diri sendiri dan memperkaya kualitas diri. Semoga setelah pandemi ini berlalu, kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan mampu memaknai setiap peristiwa yang terjadi.
#ChangeMaker