Fimela.com, Jakarta Wacana sekolah akan kembali dibuka pada Juli 2020 di masa pandemi virus corona membuat beberapa orangtua khawatir akan kesehatan si kecil. Hal ini membuat Retno Listyarti, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menginisiasi secara pribadi penyusunan angket yang berisi 10 pertanyaan terkait rencana sekolah di buka di masa pandemik Covid 19.
Sasaran kuisioner adalah siswa, guru dan orangtua. Retno menjelaskan angket ini bertujuan untuk memberikan ruang partisipasi kepada siswa, orangtua dan guru secara langsung kepada kebijakan negara yang terkait anak.
Retno pun mengunggah angket di aplikasi facebook pribadinya, namun kemudian menjadi viral dengan berbagai pengantar yang ditambahkan netizen. “Saya mengapresiasi semangat dan antusias masyarakat mengisi dan menshare angket tersebut. Bahkan ketika pengisian angket di tutup pada Kamis (28/5) pukul 7.30 WIB, ada ratusan whatsApp dan inbox Facebook ke nomor pribadi Retno dari masyarakat yang berminat mengisi angket tersebut,” ungkap Retno saat dihubungi redaksi Fimela.com.
Pilihan-pilihan jawaban tertutup dalam angket merupakan hasil pemikiran dan diskusi Retno dengan para guru, orangtua dan tenaga kesehatan beberapa waktu sebelumnya.
Pertanyaan tertutup dipilih agar memudahkan saat olahdata, jadi tidak sama sekali bermaksud menggiring jawaban, namun itu memang kemungkinan jawaban yang muncul dari responden. Oleh karena itu responden boleh memilih lebih dari satu jawaban bahkan dibuka juga jawaban lainnya jika tidak ada jawaban yang diinginkan responden.
Partisipasi
Ketika ujicoba angket dilakukan ternyata tidak diduga animo masyarakat untuk berpartisipasi sangat tinggi. Sehingga dalam 32 jam, saat uji coba angket ditutup, ternyata diperoleh partisipasi siswa sebanyak 9.643 orang, partisipasi guru sebanyak 18.112 orang dan partisipasi orangtua mencapai 196.559 orang. Orangtua yang paling antusias mengikuti pengisian angket ini.
“Jumlah yang berpartisipasi mengisi angket ini sungguh diluar dugaan saya. Orangtua yang mengisi mencapai ratusan ribu dalam waktu singkat menggambarkan bahwa masyarakat khawatir melepas anaknya bersekolah di saat pandemi, kasus masih tinggi dan belum terlihat persiapan sekolah dan Dinas Pendidikan dalam melindungi anak-anak selama di sekolah nantinya,”ungkap Retno.
Meski animo masyarakat terutama para orangtua begitu tinggi ingin mengisi angket ujicoba tersebut, namun Retno memutuskan untuk tidak melakukan penyebaran angket lagi, karena jumlahnya sudah mencapai 196 ribu lebih.
”Jadi hasil angket ujicoba ini yang akan saya olah dan analisis nanti. Data ini sangat disayangkan kalau tidak di tindaklanjuti meskipun datanya hanya berasal dari ujicoba angket yang saya susun karena kegundahan saya pribadi atas tingginya kasus anak terinfeksi covid 19, sehingga sebagai seorang ibu yang memiliki anak yang masih sekolah dasar, saya khawatir keselamatan dan kesehatan anak saya ketika dia harus masuk sekolah Juli 2020,” ujar Retno
Retno menambahkan angket ini bukan penelitian, ini hanya sebagai ruang membuka partisipasi siswa, orangtua dan guru untuk berpendapat tentang kebijakan negara terkait sekolah dibuka atau tidak saat tahun ajaran baru 13 Juli 2020, di tengah pandemi Covid 19. Karena sepanjang pengetahuan saya selama ini, jarang ada ruang bagi guru, siswa, dan orangtua untuk berpendapat atas kebijakan public terkait diri mereka sendiri dan anak.
Hasil Sementara Pengisian Angket
Hasil sementara, data yang diperoleh secara umum cukup unik, karena siswa mayoritas setuju masuk sekolah, namun sebagian besar orangtua justru tidak setuju sekolah dibuka 13 Juli 2020 ini.
“Sebagian besar anak setuju sekolah dibuka karena kemungkinan mereka sudah jenuh belajar dari rumah. Ini mengkonfirmasikan bahwa data survey PJJ KPAI beberapa waktu lalu yang menunjukkan siswa mengalami kejenuhan selama PJJ dan bahkan siswa berpendapat lebih senang belajar di sekolah,” ungkap Retno.
Sedangkan orangtua yang menolak sekolah dibuka kembali menunjukkan bahwa mereka khawatir akan keselamatan dan kesehatan anak-anaknya ketika sekolah dibuka di masa pandemik dengan kasus covid 19 yang masih tinggi dan belum ada persiapan memadai untuk menerapkan protokol kesehatan yang ketat di sekolah.
“Namun detailnya dari data angket yang sudah diisi oleh ratusan ribu responden harus diolah dahulu, selanjutnya harus saya analisis. Perlu beberapa hari bagi saya untuk melakukan olahdata dan analisa data”, pungkas Retno.
#Changemaker