Tuntutan The New Normal Pelaku Industri Fashion Dampak Pandemi Covid-19

Novi Nadya diperbarui 20 Mei 2020, 13:30 WIB

Fimela.com, Jakarta Dampak pandemi Covid-19 membuat berbagai sektor industri mencari cara untuk bertahan termasuk dari bisnis fashion. Bukan cuma skala nasional tapi juga dunia.

Dengan penerapan social distancing membuat pergeseran gaya hidup masyarakat. Termasuk penemuhan kebutuhan leewat belanja online termasuk produk fashion. 

Indonesia Fashion Chamber (IFC) pun mencermati industri fashion global dalam menghadapi masa pandemi. Dengan menggelar bincang-bincang lewat kanal virtual IFC Online Talkshow bertema "The New Normal for Fashion Business and Events".

Dalam talkshow yang dipandu National Chairman IFC Ali Charisma dan Advisory Board IFC Taruna K. Kusmayadi ini menghadirkan dua narasumber bergengsi dari bidang event fashion yaitu Janice Lee asal Hong Kong sebagai Partnership Director, Commercial Strategy and Develpoment Informa Market dan Lexy Mojo Eyes asal Nigeria sebagai CEO of Legendary Gold Limited, Organizer of Africa Fashion Reception. 

Meski belanja online bukan hal baru, namun di masa pandemi menjadi solusi satu-satunya. Untuk menstimulasi orang untuk berbelanja program marketing pun ditawarkan seperti benefit reurn policy atau pengembalian barang. Namun apakah akan berlaku untuk jangka panjang? Janice pun meragukannya.

 

 

What's On Fimela
2 dari 4 halaman

Sampai Kapan Orang Bertahan dengan Belanja Online?

Ilustrasi Belanja Online Credit: freepik.com

"The new normal dalam belanja online sebenarnya hanya cocok untuk repeat product, barang yang pernah kita beli. Tapi untuk barang baru, masih perlu unsur experience dan human touch, karena saat pandemi berakhir 90 persen orang akan langsung keluar rumah, termasuk dalam hal belanja, fitting, menyentuh material, dan melihat kualitas sebelum membeli," ujar Janice.

Sementara di Afrika, terutama Nigeria telah diterapkan lockdown selama sekitar tujuh minggu. Produksi fashion dan garmen juga mengalami penurunan drastis namun tidak seluruhnya terhenti.

"Hampir semua desainer beralih ke pembuatan masker dengan jumlah besar yang dipesan oleh African Union. Sebab pemerintah mewajibkan untuk selalu memakai masker bagi seluruh penduduk Afrika," timpal Lexy Mojo Eyes.

 

3 dari 4 halaman

Tak Bisa Sepenuhnya Kembali pada Kehidupan Normal

Walaupun WFH, tampilan makeup tetap harus terlihat prima. Terutama untuk kamu yang kerap menjalankan virtual meeting. Yuk simak tips seru dari Dear Me Beauty berikut ini./ Photo by Icons8 Team on Unsplash

Ali Charisma juga menyepakati jika masker menjadi solusi bisnis fashion yang tepat. Serta pengembangan produk perabot atau pakaian untuk di rumah.

"Masker memang masih akan terus dibutuhkan. Desainer bisa mengembangkan dengan produk homeware dan homeware yang juga dibutuhkan selama pandemi," saran Ali.

Pada akhirnya, jika pandemi Covid-19 berakhir, mereka meyakini jika kebiasaan the new normal akan terus menjadi tuntutan. Terutama platform format online yang akan terus berkembang dinamis mengikuti kebutuhan para pelaku industri fashion.

"Dengan adanya the new normal, maka kita tidak akan kembali sepenuhnya pada kehidupan di masa sebelum pandemi Covid-19, termasuk dalam bisnis fashion seperti strategi pemasaran dan penjualan. Pelaku industri fashion harus siap dengan tuntutan the new normal, terutama strategi online. Kesiapan strategi online sangat penting supaya dapat survive bahkan berkembang di masa mendatang," tutup Ali.

4 dari 4 halaman

Simak video berikut ini

#ChangeMaker