4 Dongeng Bertema Binatang yang Mendidik untuk Anak-Anak

Anisha Saktian Putri diperbarui 20 Agu 2024, 14:35 WIB

Fimela.com, Jakarta Jalinan keakraban orangtua dan anak salah satunya dapat dilakukan dengan mendongeng. Sebelum tidur, orangtua dapat menceritakan kisah-kisah yang menarik untuk si kecil.

Tak hanya itu, dongeng juga dapat membantu anak untuk berimajinasi untuk perkembangan daya pikirnya. Untuk itu, orangtua harus pintar-pintar memilih cerita dongeng, agar anak tertarik dan tidak bosan.

Fimela pun merangkum dari beberap sumber, dongeng yang mendidik untuk anak.

What's On Fimela
2 dari 5 halaman

1. Lebah di Dalam Rumah

kids/unsplash Josh

Ada seorang anak bernama Guy. Ia suka sekali dengan hal-hal yang baru. Suatu hari, ia menemukan lebah yang terbang di dalam kamarnya. Lebah itu terlihat sangat besar. Warnanya kuning dan hitam. Guy segera menutup jendela kamarnya.

"Aku ingin berteman denganmu, lebah," ujar Guy.

Lebah itu terus saja terbang. Ia mencari-cari jalan keluar dari kamar itu. Ia melesat ke arah jendela kamar yang terbuat dari kaca. Lebah itu berkali-kali terpental. Hal itu membuat Guy tertawa terpingkal-pingkal.

"Kau lucu sekali, lebah," ujar Guy.

Lebah itu terus saja terbang. Ia melihat ke luar kamar Guy. Di sana ada kebun bunga yang indah. Lebah ingin sekali keluar dari kamar itu. Namun, Guy ingin bermain-main dengannya.

Guy mengejar lebah itu di dalam kamarnya. Ia ingin sekali memegang lebah yang lucu itu. Hap! Ia menangkap lebah itu. Tapi ... tangannya disengat oleh sang lebah.

"Ibu, tanganku sakit sekali." teriak Guy.

Ibunya yang sedang memasak langsung berlari ke kamar Guy.

"Kau kenapa?" tanya ibunya. "Lebah itu menyengatku," isak Guy.

Ibunya Iangsung mengobati tangan Guy. Guy terus saja menangis.

"Ibu sudah sering bilang, lebah itu menyengat. Meskipun dia binatang kecil, kau harus selalu berhati-hati dengannya," ucap Ibu Guy.

"Iya, Bu. Aku akan lebih berhati-hati lagi," ujar Guy.

Usai diobati, Guy langsung membuka jendela kamar. Lebah pun keluar dengan riangnya. Guy terus saja memandanginya.

Sejak saat itu, Guy menjadi anak yang penurut. Ia tak pernah lagi melanggar apa kata ibunya. Apa pun perkataan sang ibu, ia selalu mendengarkan dan mematuhinya.

3 dari 5 halaman

2. Gagak Dan Sepotong Daging

kids/unsplash Josh

Pagi ini sangat cerah. Rubah sedang berjalan-jalan menikmati udara yang segar. Tiba-tiba ia mengendus bau yang sangat lezat. Rupanya itu adalah bau daging yang dibawa Gagak.

"Aku akan mengejar gagak itu. Tapi bagaimana cara merebut daging yang ia bawa?" gumam Rubah.

Gagak berada di salah satu ranting pohon. Ia berdiri dengan sombongnya. Rubah ingin naik ke pohon itu. Tapi jika Gagak tahu, pasti Gagak akan langsung terbang menghindarinya.

"Gagak kan burung yang sombong. Aku akan memujinya agar dia berbicara, sehingga kemudian daging di paruhnya terjatuh," pikir Rubah

"Hai gagak yang cantik. Maukah kau menjadi temanku?" sapa Rubah.

Tapi gagak diam saja. Ia hanya melenggak-lenggokkan tubuhnya. Ia juga melebarkan sayapnya.

"Kau memiliki mata yang sangat indah dan bulu yang istimewa," ucap Rubah.

Gagak menjadi semakin bangga. Ia memalingkan wajahnya dari Rubah. Gagak masih tak mau berbicara kepada Rubah.

"Kakimu juga sungguh indah. Aku sangat ingin melihat kaki indahmu dari dekat," ujar Rubah.

Tetapi lagi-lagi Gagak tak memedulikannya. Gagak tetap berlenggak-lenggok di atas dahan pohon.

"Aku sudah memujinya, tetapi ia tetap tak mau bicara. Kali ini aku akan menghinanya," pikir Rubah.

"Hei gagak yang sombong. Kau memang memiliki mata dan kaki yang indah. Kau pantas menjadi ratu burung. Tetapi sayang kau bisu dan tak bisa bicara," seru Rubah.

Mendengar hal itu, Gagak langsung marah. Ia langsung bersuara keras.

"Kaaak! Kaaak!" seru Gagak.

Daging yang berada di paruh Gagak otomatis jatuh. Dan... hap! Rubah dengan sigap menangkap daging itu.

"Terima kasih Gagak, kau telah memberikan daging yang lezat ini untukku," ujar Rubah.

Rubah segera berlari meninggalkan Gagak. Gagak mencoba mengejarnya, tetapi tak berhasil. Gagak menyesal telah terpengaruh ucapan Rubah hingga ia menjatuhkan daging itu untuk Rubah.

"Ah, ini karena kebodohanku," sesal Gagak.

Gagak lalu pulang tanpa membawa sedikit pun daging. Ia menyesal karena sering berlaku sombong selama ini.

Pesan moral Dongeng Fabel : Gagak Dan Sepotong Daging dari adalah jangan dengarkan orang yang berkata buruk tentang kita. Tetaplah menjadi anak yang baik.

4 dari 5 halaman

3. Seekor Keledai dan Serigala

Ilustrasi./Copyright unsplash.com/annie spratt

Dahulu kala, hiduplah seorang buruh cuci yang mempunyai seekor keledai. Pada siang hari, si keledai membantu sang pemilik dan pada malam harinya ia dilepas untuk menikmati udara malam. Keledai menggunakan kesempatan tersebut untuk pergi ke ladang terdekat dan memakan sayuran segar di sana.

Dari serangkaian perjalanan malamnya tersebut, ia bertemu dengan seekor serigala. Karena sering bertemu, keduanya pun menjadi teman. Hingga pada suatu hari, serigala mengajak keledai untuk mengunjungi sebuah ladang yang penuh dengan mentimun segar yang dan letaknya juga tidak jauh.

Sesampainya di ladang tersebut, mereka banyak sekali makan mentimun. Hal itu membuat hati si keledai begitu senang.

“Serigala, aku sangat bahagia sekali hari ini. Lihatlah bulan purnama itu, ia sangat cantik, kan? Ia membuatku ingin sekali bernyanyi.”

Serigala mengatakan padanya bahwa itu merupakan ide yang buruk mengingat mereka tidak seharusnya berada di ladang tersebut. Lebih baik jangan membuat suara karena akan membuat mereka ketahuan. Namun, keledai tidak mengindahkannya dan tetap menyanyikan sebuah lagu.

Karena tak mau ketahuan, serigala pergi keluar dengan dalih akan berjaga jaga apabila si petani datang. Tak lama kemudian, petani yang mendengar suara keledai pun bergegas menuju ke tempat tersebut. Ia pergi kesana dengan membawa tongkat dan batu. Lalu, keledai dipukul dan dilempari hingga lebam.

Keledai itu berjalan pincang keluar dari ladang tersebut. Saat ia mendekat, serigala pun berkata “Keledai, kamu bernyanyi sangat bagus. Tak heran jika petani itu memberimu hadiah.”

5 dari 5 halaman

4. Seorang Laki-Laki dan Kucingnya

Photo by Paul Hanaoka on Unsplash

Di sebuah kota nan jauh di sana, hiduplah sepasang suami istri yang mempunyai seekor kucing. Meskipun begitu, sang suami ternyata sangat tidak menyukai kucing tersebut.

Berhari-hari ia memikirkan bagaimana caranya supaya dapat menyingkirkan kucing itu. Hingga pada suatu hari, ia memutuskan untuk membuang kucingnya. Ia mengangkat hewan itu begitu saja dan membuangnya beberapa blok dari rumah.

Dalam perjalanan pulang, lelaki itu bernapas lega karena akhirnya ia tidak akan bertemu dengan kucing yang menyebalkan itu lagi. Tapi, betapa terkejutnya ia ketika sampai di halaman rumahnya dan kucing itu ternyata telah kembali.

Dengan perasaan kesal, ia mengambil kucing itu lagi dan membuangnya ke tempat yang lebih jauh dari sebelumnya. Pria tersebut tertawa mengejek pada kucing dan berpikir kalau sekarang kucing jelek itu pasti tak akan bisa kembali. Sayang, ia kembali mendapati kucing tersebut sudah ada di halamannya lagi, bahkan ia saja belum masuk rumah.

Setiap hari pria itu berusaha untuk menyingkirkan si kucing dengan membuangnya lebih jauh dari tempat terakhir. Namun, kucing tersebut tetap bisa kembali pulang. Kemudian di suatu pagi, ia sudah tidak tahan dan benar benar ingin menyingkirkan kucing itu.

Dia mengendarai mobil, ia membawa serta kucing tersebut. Ia ingin membuang kucing itu di tempat yang jauh sekali sehingga tidak bisa pulang. Ia pun berkeliling dan berputar putar hingga ia rasa menemukan tempat yang pas lalu membuangnya.

Beberapa jam kemudian, pria itu menghubungi istrinya dan menanyakan apakah kucing mereka sudah sampai di rumah. Sang istri yang merasa heran pun menjawab jika kucing mereka memang ada di rumah.

Kemudian pria itu berkata “Tolong, tanyakan pada kucing itu arah pulang, karena aku tidak tahu jalannya!” Ternyata kali ini bukan kucingnya yang tidak biasa kembali, melainkan dirinya sendiri.

#Changemaker