Merasakan Kehangatan Ramadan walau Berbeda Keyakinan

Endah Wijayanti diperbarui 13 Mei 2020, 11:33 WIB

Fimela.com, Jakarta Punya kisah atau kesan tak terlupakan terkait bulan Ramadan? Atau mungkin punya harapan khusus di bulan Ramadan? Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Masing-masing dari kita pun punya kisah atau pengalaman tak terlupakan yang berkaitan dengan bulan ini. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam My Ramadan Story: Berbagi Kisah di Bulan yang Suci ini.

***

Oleh: Anita Juwita

Selama 22 tahun lamanya saya tidak pernah merasakan Bulan Ramadan, dan tidak pernah mengetahui kehangatan di dalamnya. Padahal, mama saya dan seluruh keluarga besar mama saya adalah muslim. Ya, semua itu bukan tanpa alasan, orangtua saya bercerai sejak saya berumur 4 tahun, dan papa saya mengambil hak asuh saya dan kakak saya, menjauh dari kehidupan mama kandung saya.

Sejak saat itu, saya menjadi seorang nasrani ketika berumur 8 tahun, setelah sebelumnya saya terombang-ambing di persimpangan. Setelah itu, kehidupan saya tidak lengkap dan "terisolasi", karena papa memutuskan kami untuk pindah ke kota yang jauh untuk membatasi hubungan saya dengan keluarga mama dan bahkan keluarga papa.

Takdir Mempertemukan Saya dan Mama

Pada saat saya berumur 19 tahun, papa meninggalkan kami selamanya, saat itu saya terpuruk dan hancur tanpa orangtua. Hingga akhirnya saya ke Jakarta untuk bertemu mama saya, karena rujukan keluarga mama. Dengan harapan dan pandangan kosong saya menginjakkan kaki ke Jakarta untuk bertemu keluarga mama. Dari pertemuan kami pertama kalinya setelah puluhan tahun, semuanya terasa berbeda namun baik baik saja. Keluarga mama saya mengajak saya untuk tinggal dan mencari kerja di Jakarta sehingga ada yang mengurus hidup saya selepas kepergian papa. Dari sini, saya akhirnya menemukan pekerjaan tetap.

2 dari 3 halaman

Ramadan Pertama di Kehidupan Saya

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Pada saat bulan Ramadan datang, melekat dalam ingatan saya, saya agak rikuh dan sungkan karena saya menjalankan ibadah yang berbeda dgn seluruh keluarga. Saya juga bingung apa yang harus dilakukan. Hingga akhirnya saya merasakan ajakan-ajakan manis keluarga mama untuk ikut serta menyiapkan hidangan sahur puasa dan mengajak saya dalam semangat mempersiapkan hari Lebaran.

Saya ingat dengan jelas, bagaimana saya mencoba menyesuaikan diri saya dan mencoba bangun pagi untuk menemani sahur setiap pagi, walaupun saya tidak puasa. Awalnya, agak berat bagi saya untuk bangun pagi. Keponakan saya yang masi kecil pun ikut turut serta keliling komplek gang untuk membangunkan orang sahur. Saya melihat betapa semangatnya mereka menjalankan sahur. Belum lagi, nenek saya pun selama Ramadan rajin membuat hidangan-hidangan manis untuk berbuka. Jujur, baru kali ini saya merasakan hangatnya sebuah keluarga besar yang tidak pernah saya rasakan selama puluhan tahun, karena sebelumnya saya hanya hidup bertiga dengan papa dan kakak saya.

3 dari 3 halaman

Kehangatan Ramadan

Ilustrasi./Copyright shutterstock.com

Seiring waktu berjalan, saya yang mengikuti tradisi puasa dan bulan Ramadan, saya merasakan damai dan kehangatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Saya menjadi salah satu anggota keluarga yang semangat bangun pagi, menyiapkan kue, menyiapkan hidangan berbuka, dll. Itu semua bukan tanpa alasan. Saya merasakan kehangatan di setiap perkataan dan laku selama Ramadan. Bahkan, ada hal yang menarik pada saat hari Idulfitri tiba.

Saya mencoba mengenakan baju baru yang memang telah dipersiapkan untuk saya, dan bersilarurahmi keliling komplek rumah. Sungguh, mungkin jika keadaan tidak berubah, saya tidak akan menemui mama saya dan merasakan kehangatan Ramadan dan keluarga. Sekarang, saya sudah hidup mandiri dengan anak dan suami saya. Apa yang saya ingat selalu dalam benak saya ketika Ramadan adalah sebuah kehangatan yang luar biasa. Saya terkadang merindukan segala aktivitas yang pernah saya lakukan selama Ramadan, dan tidak bisa saya lakukan sepenuhnya karena keterbatasan waktu dan jarak. Akan tetapi sampai detik ini, kami terus berkumpul satu keluarga besar pada saat hari lebaran, walaupun kami berbeda keyakinan.

 

#ChangeMaker