Fimela.com, Jakarta Punya kisah atau kesan tak terlupakan terkait bulan Ramadan? Atau mungkin punya harapan khusus di bulan Ramadan? Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Masing-masing dari kita pun punya kisah atau pengalaman tak terlupakan yang berkaitan dengan bulan ini. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam My Ramadan Story: Berbagi Kisah di Bulan yang Suci ini.
***
Oleh: Edrida Pulungan
Ramadan kali ini benar-benar berbeda. Biasanya bisa melaksanakan tarawih, buka bersama teman-teman di luar rumah atau melaksanakan iktikaf di masjid. Namun sekarang semua dilakukan di rumah. Beribadah di rumah, butuh energi untuk memotivasi diri beribadah apalagi kalau salat tarawih sendirian tanpa imam karena jauh dari keluarga.
Namun yang paling terasa adalah saat sahabat saya teman kuliah merantau di kota yang berbeda, dia di Bandung dan saya di Jakarta, mengabarkan sakit dan harus dirawat di Rumah Dakit Gunung Jati, Cirebon. Padahal dia ke cirebon dalam rangka mencari data untuk bahan disertasinya.Di sana dia harus menjalani test swab covid 19 diisolasi. Sementara suaminya hanya bisa berada di sekitar rumah sakit dan tak bisa bertemu.
Dia harus menunggu hasil swab berminggu-minggu dan harus tetap dirawat intensif karena juga punya gejala asma. Saya melihatnya saat video call merasa sedih karena tak bisa menjenguknya dan hanya memberikan semangat dan menyampaikan bahwa semua yang dia jalani selama perawatan akan bisa dilalui karena dia sahabat yang kuat dan pasti ada rencana baik untuknya dari Tuhan. Kami memang kompak meskipun beda agama kami saling menguatkan sebagai teman. Saya sering menerima SMS-nya dini hari serta mendengar kegelisahan dan ketakutannya, biasanya saya alihkan percakapan seperti kenangan-kenangan kami saat berburu kuliner, travelling dna sebagainya agar dia semangat sembuh
h di bulan suci Ramadan.
Menyemangati Sahabat
Pukul 2 dini hari sebelum sahur teman saya sempat mengirimkan pesan WA, "Saya masih di RS dalam masa inkubasi 2 minggu di rumah sakit, tubuh melawan virus corona agar tdk membelah diri, reni hampir mati selama 2 hari karena gagal napas. Reni tidak bisa lupa bagaimana kasih Allah masih menyertai Reni. Semoga tahun 2020, Reni diselamatkan dari jurang maut. Terima kasih doamu sahabatku Rida, aku akan bertahan."
Rasanya sedih mendengarnya, langsung saya balas, "Semanagat selalu my dear friend Reni masih banyak mimpimu yang harus kamu wujudkan, salah satunya jika pandemi selesai mau keliling eropa seperti kakekmu bukan? Siriku siap jadi tour guide apalagi gratis dibayari, hehe," balasku sambil menyemangati dan setengah bercanda.
Reni membalas, "Iya ya Rida, doakan aku, Sister. Virus corona itu sangat mematikan. Reni mengalaminya. Berjuang untuk hidup dari antibodi jika sudah ada gejala infeksi. Semoga Reni lekas sembuh ya, kangen Rida makan durian ucok."
Rasanya miris, lalu kukirimkan foto kami saat naik kuda waktu piknik. Saya sampaikan sama Reni, "Kudanya kangen kamu Ren, katanya dia sudah wangi, sudah mandi, ditunggu kapan dia ditunggangi lagi."
Reni senang menerima pesan WA. Dia membalas, "Terima kasih sudah menyemangatiku selama sebulan di RS, senang sekali kamu selalu mau respons pesanku. Ayo sebentar lagi sahur, aku coba tidur lagi ya Rida."
Pengalaman Ramadan penuh dengan kisah yang tak terbayangkan, indahnya jika kita bisa saling menguatkan. Hingga saya menulis kisah ini Reni masih terbaring di rumah sakit. Semoga meskipun hanya berkomunikasi dan mengirim motivasi, puisi serta cerita lucu padanya membuat dia semanagat untuk sembuh. Ramadan yang istimewa kali ini di tengah pandemi ketika kita masih bisa memberikan manfaat pada sahabat di kala berjuang melawan covid 19. Salam tangguh.
#ChangeMaker