Fimela.com, Jakarta Punya kisah atau kesan tak terlupakan terkait bulan Ramadan? Atau mungkin punya harapan khusus di bulan Ramadan? Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Masing-masing dari kita pun punya kisah atau pengalaman tak terlupakan yang berkaitan dengan bulan ini. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam My Ramadan Story: Berbagi Kisah di Bulan yang Suci ini.
***
Oleh: Nur Khoiro Umatin
Ramadan merupakan bulan yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam. Bulan Ramadan yang datang hanya setahun sekali ini merupakan bulan yang istimewa. Istimewa karena banyak sekali ibadah yang hanya dilaksanakan pada bulan Ramadan. Misalnya puasa Ramadan yang dilaksanakan selama sebulan penuh. Salat tarawih pun hanya dilaksanakan pada Bulan Ramadan. Selain kedua ibadah tersebut, ada banyak keistimewaan lain yang terjadi pada Bulan Ramadan seperti malam lailatul qadar.
Selama Bulan Ramadan banyak pula kebiasaan atau tradisi yang dilaksanakan, seperti buka puasa bersama. Beberapa kegiatan yang biasa dilaksanakan pada Bulan Ramadan mengalami perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya. Mengapa? Ya. Oleh karena Ramadan tahun ini hadir di tengah-tengah pandemi. Virus corona (Covid-19) telah memaksa dan mengubah beberapa kegiatan atau kebiasaan yang dilaksanakan pada Bulan Ramadan. Imbauan pemerintah untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona (Covid-19) pun telah diketahui oleh masyarakat Indonesia. Social distancing, physical distancing, tetap berada di rumah, membiasakan mencuci tangan menggunakan sabun, menjaga jarak minimal satu meter, hingga memakai masker jika terpaksa keluar rumah.
Imbauan menjaga jarak minimal satu meter telah dilaksanakan oleh warga di lingkunganku. Ketika melaksanakan salat berjamaah di musala mereka tetap menjaga jarak. Pemberian tanda ditempel di lantai musala. Di depan musala juga disediakan tempat cuci tangan beserta sabun. Setiap orang yang akan masuk musala harus mencuci tangan menggunakan sabun. Saat pertama melakukan kegiatan tersebut terasa aneh, tetapi lama kelamaan menjadi kebiasaan yang sudah tidak aneh. Kini saya dan warga di lingkunganku telah terbiasa mencuci tangan setiap akan masuk ke musala dan masuk rumah masing-masing.
Pemerintah juga mengimbau masyarakat agar tidak mudik pada Idulfitri mendatang. Imbauan ini berimbas pada suami saya yang kebetulan bekerja di luar kota. Mudik merupakan salah satu kebiasaan yang tidak bisa dilakukan sebagaimana tahun-tahun sebelumnya. Saat pertama mendengar larangan mudik pada Idulfitri saya merasa sedih. Ada perasaan kecewa membayangkan suami tidak bisa mudik pada Idulfitri mendatang. Terbayang di benak saya harus melewati Idulfitri hanya bersama anak-anak. Anak-anak tentu akan bertanya tentang keberadaan ayahnya saat Idulfitri. Suasana tentu terasa sepi dan hampa. Selain itu, saya memikirkan suami yang tetap berada di luar kota. Saat Idulfitri tentu banyak warung yang tutup. Padahal suami saya tidak terbiasa masak sendiri, kecuali memasak air.
What's On Fimela
powered by
Tidak Mudik
Bayangan-bayangan yang muncul itu membuatku sedih. Idulfitri akan terasa sepi karena saya melewatinya bersama anak-anak. Akan tetapi, setelah berpikir beribu kali dan melihat kondisi perkembangan penyebaran virus corona saya pun bisa memahami anjuran pemerintah untuk tidak mudik pada Idulfitri. Imbauan tersebut tentu telah melalui pemikiran panjang dan berbagai pertimbangan. Kini saya mendukung imbauan pemerintah untuk tidak mudik pada Idulfitri meskipun suasana akan terasa sepi. Mulai saat ini saya berusaha menjelaskan kepada anak-anak jika kelak sang ayah tidak hadir di tengah-tengah keluarga saat Idulfitri. Saya menjelaskan kepada anak-anak bahwa tidak mudik merupakan salah satu cara mencegah penyebaran virus corona.
Anak-anak sudah bisa memahami situasi dan kondisi. Saat mereka digoda oleh para tetangga tentang sang ayah yang tidak bisa mudik mereka bisa menjawab dengan baik. Tidak mudik? Tidak masalah! Itulah jawaban anak saya. Meskipun sang ayah tidak bisa mudik, anak-anak masih bisa berkomunikasi melalui whatsapp grup atau video call saat lebaran kelak. Saling memaafkan terutama yang dilakukan saat Idulfitri tidak harus dilakukan dengan bertatap muka. Saling memaafkan bisa dilakukan melalui media komunikasi ada yang saat ini.
Kini saya sudah berbesar hati meskipun harus melewati Idulfitri hanya bersama anak-anak. Mungkin pada Idulfitri tidak bisa mudik. Jika situasi dan kondisi telah membaik, tentu kegiatan mudik bisa dilakukan. Mari menaati imbauan pemerintah, baik berupa social distancing, memakai masker, tetap berada di rumah, hingga tidak mudik. Tidak mudik merupakan salah satu hal yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran corona virus. Mudik yang tertunda akan bisa dilakukan jika situsi dan kondisi telah membaik. Oleh karena itu, mari terus berdoa memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar corona cepat menghilang dari Indonesia pada khususnya dan dari permukaan bumi pada umumnya.
#ChangeMaker