Fimela.com, Jakarta Setiap bulannya, Fimela selalu memilih sosok inspiratif yang masuk ke dalam kategori Lady Boss. Kali ini, Allyssa Hawadi terpilih sebagai Self Improvement Warrior dengan kisah hidupnya yang membuahkan kesuksesan, membawa dirinya menemukan jati diri dan pribadi yang lebih baik.
Allyssa Hawadi dikenal sebagai seorang Makeup Artist, esthetician, dan kini kesehariannya sibuk sebagai entrepreneur yang sedang fokus dengan lini fashion miliknya bernama Benang Jarum, yang merupakan sister company dari Buttonscarves.
Melihat kesuksesannya sekarang, ternyata Allyssa mengakui perjalanan panjang dalam hidupnya. Dari kecil, ia dikenal sebagai pribadi yang pemberontak. Bahkan, ia juga sering berpindah-pindah sekolah. Hal ini berkali-kali terjadi, mulai SMP, SMA, hingga kuliah.
" Pada tahun 2009 aku sempat kuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta, ambil jurusan Bisnis Internasional selama 1,5 tahun, dan karena tidak suka, akhirnya aku sering bolos kuliah. Bahkan absensiku selama kuliah bisa dihitung pakai jari, saking jarangnya aku masuk, padahal aku juga tidak kelayapan kemana-mana, bolos cuma nonton dan ngumpul sama teman-teman di apartemen," kenang Allyssa.
What's On Fimela
powered by
Merupakan sosok yang pemberontak
Bahkan sejak SMP dan SMA, ia berpindah-pindah sekolah akibat kenakalan yang dilakukannya. " Pas jaman SMP dan SMA aku juga nakal. Pernah sembunyiin sepatu kepala sekolah, manjat pagar, bahkan pas SMA, aku bawa motor sendri ke sekolah, hingga kenakalanku terpaksa membuatku harus pindah sekolah." Cerita Allyssa, perempuan yang kini sukses di industri makeup dan juga fashion.
Kembali ke masa kuliah, akhirnya ia sadar jika tidak menyukai sekolah, tidak suka dengan aktivitas monoton, tidak suka dengan proses belajar yang terpaku dengan jam seperti pendidikan formal pada umumnya. Dan akhirnya, ia memberanikan diri untuk menyampaikan keinginannya untuk berhenti kuliah.
"Ayahku sampai mikir harus bagaimana sama aku, karena kebetulan kakak aku seorang dokter gigi, dan adikku sedang sekolah ambil jurusan hukum di salah satu universitas terbaik di Bandung, jadi memang cuma aku saja yang tidak suka sekolah." Ungkapnya.
Secara diam-diam, orangtua Allyssa memanggil psikolog yang datang ke rumah dan menyamar sebagai teman dari ibunda, untuk mengobrol dan memahami apa keinginannya. Dari situ akhirnya sang psikolog bercerita jika sebenarnya, Allyssa adalah sosok yang pintar dan memiliki bakat dan kepribadian seorang seniman. Pernyataan ini tentu membuat kedua orangtua Allyssa kaget.
"Orangtuaku kaget, karena dibayangan mereka seniman adalah sosok yang rebel. Tapi aku sadar kalau ternyata memang benar, karena aku tipe pribadi yang tidak suka diatur dan aku suka hidupku free spirit." Ungkap anak kedua dari tiga bersaudara ini.
Bertekad untuk sekolah makeup di luar negeri
Sampai akhirnya, ia memberanikan diri untuk mengutarakan keinginannya untuk menjadi seorang makeup artist. Dengan menjadi seorang makeup artist, ia sadar jika ia bisa menjadi dirinya sendiri.
Bahkan Allyssa memberi tips kepada sahabat Fimela dalam menemukan jati diri dan kesuksesan berkarier.
"Di saat kamu memilih karier atau jurusan, kamu bayangkan, kamu bisa tidak jadi diri sendri? Karena aku ingin jadi dokter hewan, mau jadi perempuan yang sukses berbisnis. Tapi, aku sadar aku bukan tipe orang yang suka dengan keseharian tersebut. Jadi paham, jika aku tidak suka, maka cita-cita tersebut akan sulit terwujud karena aku tidak bahagia." Pesan Allyssa untuk Sahabat Fimela.
Singkat cerita, akhirnya ia mendaftarkan diri di salah satu sekolah makeup di luar negeri, tepatnya di The Make-up Designory, Manhattan. Program studinya terbagi atas 2, yakni 6 bulan di Amerika Serikat, dan 6 bulan di London, Inggris.
Sekolah dan tinggal sendiri di New York adalah impiannya sejak kecil, bahkan ia merasa senang dan sangat mudah beradaptasi dengan lingkungannya saat itu. Namun, berbeda saat ia melanjutkan studi ke London. Suasana London yang gloomy, dengan mayoritas kehidupan yang tidak terlalu bersahabat sepert di New York, membuat ia tidak terlalu menyukai suasana di sana. Singkat cerita, Allyssa pun berhasil menyelesaikan studinya di bidang kecantikan, dan kembali ke Indonesia.
Perjalan masa kecil hingga ia sukses berkarier bukanlah satu-satunya cerita Allyssa berhasil menemukan jati diri dan menemukan kebahagiaan diri seutuhnya. Sebagai perempuan muslim, keputusan untuk berhijab juga menjadi salah satu kisah inpiratif yang patut dibagikan kepada pembaca Fimela.
Mendapatkan hidayah untuk berhijab
Allyssa juga menceritakan komitmen dan keputusan terbesar yang ia ambil dan teguh dengan pendiriannya hingga saat ini.
"Salah satu keputusan terbesarku adalah saat aku memutuskan untuk berhijab. Karena ini keputusan yang tiba-tiba, yang aku sendiri tidak menyangka dan tidak siap. Awal aku pakai jilbab dan ingin jadi pribadi yang lebih baik, bisa dibilang ini adalah sebuah hidayah." Papar Allyssa.
Padahal awalnya, ia pernah mengungkapkan jika dirinya tidak akan berhijab, bahkan jika ia punya anak nanti, rasanya mustahil untuk berhijab. Namun ternyata Tuhan punya kehendak dan rencana lain. Ia mengakui jika dua tahun lalu, saat dirinya sedang sholat, ia teringat masa lalu, ingat dengan dosa masa lalu, hingga menangis dan rasanya seperti masuk ke dalam mesin waktu.
Dan Allyssa juga menyadari jika dirinya saat ini adalah buah hasil dari masa lalu dan kehendak tuhan yang mampu membuat dirinya menjadi pribadi yang lebih baik.
Menjadi pribadi yang lebih baik juga tidak mudah. Karena lingkungan sekitar juga tidak sepenuhnya langsung mendukung. Sahabat-sahabat juga sempat terkejut dan tidak menyangka.
Dukungan suami menjadi hal terpenting dalam perjalanan Allyssa Hawadi
"Perjalanan untuk mendapatkan hidayah dan pribadi yang lebih baik tidak selalu smooth" Pungkasnya. Tapi, support terbesar datang dari sang suami, Candi Soelaman yang tak henti selalu berdoa untuk sang istri agar hati dan pikirannya lebih terbuka untuk mau memakai hijab dan jadi seseorang yang lebih baik. Takdir dan hidayah yang didapat berhasil meneguhkan dirinya untuk mantap berhijab.
"Bukti nyata yang aku sadar dan mengerti sekarang adalah manusia bisa berencana, tapi kalau Allah sudah berkehendak, maka semua bisa terjadi." Tuturnya.
Untuk menjadi pribadi yang lebih baik, ada sejumlah aspek yang mampu mendukung diri. Dukungan pasangan adalah hal yang penting bagi Allyssa, walau dirinya adalah perempuan yang sangat mandiri, namun ia merasa, tanpa dukungan suami, maka sangat mungkin dirinya menjadi ragu, dan menghambat dirinya untuk maju jadi pribadi yang makin positif.
Bahkan Allyssa juga membagikan tips kepada Sahabat Fimela yang sedang melakukan self improvement. Ia mengungkapkan jika;
"Pertama, di saat kamu ingin melakukan hal yang kamu tahu baik dan benar, maka lakukanlah. Tidak usah hiraukan hasutan kiri dan kanan. Kedua, Semakin kamu melakukan hal baik secara diam-diam, maka hasilnya akan lebih baik, karena tdak semua orang suka dengan apa yang kamu lakukan. Jadi jika kamu yakin, maka jalanin dengan pasti. Ketiga, jika kamu mau berubah jadi pribadi yang lebih baik, jauhi orang-orang atau hal-hal yang menghalangi niat baik kamu. Dan di saat kamu ngin introspeksi diri, lakukan untuk diri sendri. Jangan lakukan untuk orang lain, dengan cara in maka kamu akan menemukan kedamaian dalam diri."
Allyssa juga berpesan jika di saat ingin jadi pribadi yang lebih baik, maka fokus dengan tujuan kamu dan lakukan hal memang kamu yakini benar. Hiraukan omongan negatif dari orang lain, dan jangan patah semangat di saat lingkungan ternyata tidak selaras dengan maksud dan tujuan kamu.
Bagi Sahabat Fimela yang penasaran dengan cerita menarik menjadi Self Improvement Warrior dari Allyssa Hawadi, maka jangan lewatkan kesempatan kelas online bareng dengan tema "Menjadi Persona yang Lebih Baik di Bulan Ramadan." pada Rabu, 13 Mei 2020, pukul 13.00-14.30 WIB.
Yuk, daftarkan diri kamu segera dengan link berikut ini: https://bit.ly/FFHBarengAllyssaHawadi.
#ChangeMaker