Fimela.com, Jakarta Punya kisah atau kesan tak terlupakan terkait bulan Ramadan? Atau mungkin punya harapan khusus di bulan Ramadan? Bulan Ramadan memang bulan yang istimewa. Masing-masing dari kita pun punya kisah atau pengalaman tak terlupakan yang berkaitan dengan bulan ini. Seperti kisah Sahabat Fimela yang diikutsertakan dalam My Ramadan Story: Berbagi Kisah di Bulan yang Suci ini.
***
Oleh: Rahma Muslikhatun
Ramadan kali ini dengan merebaknya virus corona benar-benar beda dari Ramadan-Ramadanku yang lalu. Tentu di setiap musibah akan ada berkah di dalamnya.
Ini pertama kalinya pada Ramadanku yang benar-benar kujalani bersama keluargaku. Ramadan sebelumnya bapak sibuk kerja kadang lembur baru tiba di rumah setelah jam salat tarawih selesai, kakakku jarang ada di rumah saat berbuka ya karena ia sibuk berbuka di luar bersama teman atau acara dari tempatnya kerja, adikku lebih memilih berbuka di masjid dan berbuka dengan teman-temannya. Aku sendiri yang memang jarang pergi dari rumah memilih berbuka di rumah dengan mamak.
Tapi tahun ini, setiap harinya kami menghabiskan waktu bersama. Sahur dan berbuka bersama tiap harinya. Lebih sering mengobrol dan bercanda bersama keluarga. Ya bisa dibilang ini momen langka bagi keluargaku. Bapakku bekerja sebagai OB di salah satu perguruan tinggi di kotaku, dan mamakku ibu rumah tangga. Kakakku masih kuliah sambil kerja. Aku sendiri masih kuliah juga. Adikku masih SMP. Tapi begitu sulitnya menyatukan jadwal hanya untuk sekadar mengobrol dan makan bersama bersama keluarga. Jadi Ramadan kali ini adalah Ramadan paling istimewa.
Ramadan kali ini juga aku punya pengalaman pertama yang sungguh membuatku bahagia dan sedih. Pertaman kalinya aku ikut kegiatan sosial yaitu membagi makanan saur untuk yang membutuhkan atas paksaan sahabatku.
Dari semua keluargaku aku adalah orang yang paling malas untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Apalagi kegiatan yang menurutku membosankan. Semula kupikir kegiatan ini membosankan, aku akan lebih memilih berada di rumah bersama keluargaku yang sedang intim intimnya.
Sahabatku memaksaku ikut kegiatan ini dan kebetulan mamakku juga mendukungnya. Akhirnya aku mau ikut untuk pertama kalinya. Dalam kegiatan ini juga aku memulai pengalaman belajar memasak, dan langsung memasak dengan porsi banyak untuk dibagikan nantinya. Kebetulan sahabatku satu ini sangat mahir memasak jadi kami putuskan dalam kegiatan yang ia canangkan ini untuk memasak sendiri makanan Yang akan kita bagikan.
Semalaman kami isi dengan mempersiapkan makanan yang akan kami bagikan untuk sahur. Tidak tidur karena kami hanya mengerjakan kegiatan ini bertiga saja. Pukur tiga pagi kami mulai memutar sekeliling jalan besar sekitar kos tempat sahabatku tinggal dan tentu tempat kita memasak makanan semalaman.
What's On Fimela
powered by
Berbagi
Satu per satu makanan kami bagikan untuk orang-orang yang membutuhkan di sepanjang jalan. Satu per satu nasi bungkus kami bagi satu pe rsatu. Senyum tulus kami terima. Banyak cerita dari orang-orang yang kami temui pagi itu. Seorang tukang becak ramah yang pucat menerima nasi bungkus yang kusodorkan dengan senyum lebar. Ia bercerita mengenai pengalamannya menarik becak di masa pandemi virus corona ini. Sudah berhari-hari ia tidak mendapat pemasukan.
Senyum tulus pucat itu tercipta karena ia memang belum makan sejak sahur satu hari sebelumnya. Ia juga bercerita mengapa ia lebih memilih tidur di becaknya yang terparkir d pinggir jalan. Ia tak mau pulang karena memang ia khawatir dengan keluarganya, kalau kalau ia membawa virus tanpa ia sadari, ya karena ia berada di luar rumah seharian mencari pengguna jasanya.
Jujur saja mataku mulai berkaca-kaca saat ia bercerita. Aku merasa sedih dan campur aduk. Usianya tak lagi muda namun ia masih sangat semangat menjalani pekerjaannya untuk keluarga tanpa keluhan. Sedangkan aku masih sering mengeluh ini itu pada hidupku yang kukira sangat sulit. Ternyata juga aku sadar lebih awal, hidupku terasa sangat bahagia dengan rasa syukur.
Aku juga tahu tak ada salahnya mencoba hal baru selagi itu positif, tak banyak bermalas malasan di rumah dan mengeluh tentang hidupku. Selama ini aku bukan tidak beruntung tapi kurang bersyukur. Aku bahagia dengan keluargaku, aku bahagia dipaksa ikut kegiatan berbagi sahur, dan aku bahagia bisa mendengar banyak cerita dari orang lain dari kehidupannya.
Terima kasih untuk pengalaman Ramadan yang sangat membuatku bahagia dan bersyukur atas hidupku. Tidak ada salahnya untuk keluar rumah sejenak untuk membantu sesama, kata sahabatku yang mencanangkan kegiatan berbagi sahur Ramadan ini. Syukuri hidupmu, kamu lebih beruntung daripada orang lain yang tadi kamu temui tadi, kamu tidak akan tahu kalau tidak sedikit keluar rumah dan mencari pengalaman baru yang positif tentunya, tambahnya lagi. Pengalaman ini sedikit banyak mengubah cara pandangku dan rasa syukurku pada-Nya.
#ChangeMaker