Pengalaman Ario Bayu Jalani Bulan Ramadan di Selandia Baru

Rivan Yuristiawan diperbarui 04 Mei 2020, 21:24 WIB

Fimela.com, Jakarta Setiap orang, khususnya umat muslim tentu punya pengalaman masing-masing saat menyambut datangnya bulan suci Ramadan. Aktor Ario Bayu pun punya cerita tersendiri tentang pengalamannya menjadi seorang muslim yang menjalani ibadah Ramadan sebagai minoritas di luar negeri.

Memang, sebelum tinggal dan berkarier di Indonesia, pria 35 tahun itu sempat menetap lama bersama orangtuanya di Selandia Baru. Melewati masa kecil dan remaja di sana sebagai muslim, Bayu menuturkan jika hal tersebut tidaklah mudah.

What's On Fimela
Preskon Film Ratu ilmu Hitam (Nurwahyunan/Fimela.com)

"Yang paling berat (Ramadan di Selandia Baru) sebenernya puasanya itu sendiri, karena durasi lebih lama. Kalau di Indonesia subuh setengah lima, di Selandia Baru bisa jam 4 pagi kalau nggak salah, maghribnya itu kadang jam 8.30 malam," kata Ario Bayu di kawasan Kapten Tendean, Jakarta Selatan, belum lama ini.

"Pengalaman saya dulu, saya sama temen saya lihat kayak saya puasa lama banget, di Indonesia udah buka, saya masih tunggu 3,5 jam lagi istilahnya disana lebih lama buka puasanya," lanjut Ario Bayu kemudian.

2 dari 4 halaman

Sebagai Minoritas

Ario Bayu (Adrian Putra/bintang.com)

Di samping itu, diakui pemain film Soekarno tersebut, muslim di Selandia Baru pun merupakan agama minoritas. Hal itu tentunya sangat memberikan suasana yang berbeda dalam kesehariannya dengan Indonesia yang memang mayoritas masyarakatnya ikut berpuasa saat datangnya bulan Ramadan.

"Perbedaannya kalau di Indonesia adalah negara di mana mayoritas penduduknya beragama islam, New Zealand hanya sebagian kecil, saya nggak tahu persenrase statistiknya, tapi kecil sekali yang beragama islam," jelasnya.

3 dari 4 halaman

Toleransi Tinggi

Ario Bayu (Adrian Putra/bintang.com)

Meski menjadi minoritas, namun diakui Ario Bayu hal tersebut tak sampai membuatnya merasa sedih bahkan tertekan atas kondisi yang sempat ia alami. Menurutnya, masyarakat Selandia Baru, termasuk pemerintahnya memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan.

Hal itu pula yang akhirnya membuat Ario Bayu dan keluarga tetap merasakan kenyamanan berpuasa dan berlebaran meski sebagai kaum minoritas.

"Tapi Selandia Baru itu menerima berbagai macam agama dan kultur. Yang saya bisa salut bahwa New Zealand itu memiliki pemerintah dan masyarakat memiliki kesadaran dan toleransi yang tinggi, mereka memeluk semua apapun kepercayaan orang. Pas bulan Ramadan warga New Zealand juga seneng ngucapin, 'selamat ya buat kalian yang beragama islam merayakan hari kemenangan islam'. Temen saya pun yang bule, walau saya puasa mereka nggak puasa, tapi kayak merayakan juga," pungkasnya.

4 dari 4 halaman

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini