Fimela.com, Jakarta Nama Adi Putra mulai dikenal publik ketika karyanya berjudul ‘Adam’ masuk dalam ajang bergengsi Cannes Short Film Corner 2012. Sebuah pencapaian tersendiri karena kala itu Adi masih berusia 22 tahun.
Tahun 2013, eksistensinya semakin terjaga lewat karya video klip bertajuk “A Case for Shame (with Cold Specks)”. Adi sendiri. Hingga sekarang Adi Putra terus berkarya dan Jepang adalah tempatnya untuk mengekspolorasi gagasan dan kemampuan.
Pria yang juga seorang fotografer tersebut juga pernah mengharumkan nama Indonesia saat hasil jepretannya mengundang perhatian pengunjung maupun juri dalam ajang Unknown Asia Art Exchange 2018 Osaka, Jepang, September 2018.
Unknown Asia Art Exchange adalah pameran karya seni yang diikuti para seniman dari berbagai negara. Saat itu, Adi Putra diganjar empat penghargaan yaitu Judges Prize, 2 Reviewer Prize, dan Sponsor Prize.
Apresiasi Pancasila 2019
Pencapaian tersebut diapresiasi Daibiru Corporation yang kemudian memajang hasil jepretan Adi. Karya Adi ditampilkan di Daibiru Building, Osaka, mulai 19 November hingga 28 Desember 2018.
Beberapa bulan kemudian, tepatnya Senin, 19 Agustus 2019, Adi Putra pun mendapat apresiasi saat namanya masuk dalam 74 Ikon penerima Apresiasi Pancasila 2019 dari Badan Pembinaaan Ideologi Pancasila.
Menilik karya Adi yang tidak selalu fotografi, tentu saja memancing tanya apakah ia seorang fotografer, sutradara atau seniman. “Kalau gue sih terserah disebut apa aja, yang penting berkarya,” kata Adi.
Bagi Adi, karya memang utama dan karena karya pula, dirinya diapresiasi. Tak heran, bila ia memilih Jepang sebagai ladang yang coba ia garap untuk menghasilkan karya maksimal lantaran di Negeri Sakura ini, karya yang ia hasilkan, khususnya fotografi mendapat apresiasi yang lebih tinggi.
"Ya, itulah alasan kenapa gue memilih Jepang karena memang di sini apresiasi terhadap karya (fotografi/seni-red) tinggi,” ungkapnya yang sejak bulan Maret 2020 pindah ke Jepang.
Gaya Unik
Sebagai fotografer, Adi Putra dikenal memiliki style tersendiri. Karya-karya fotografinya kerapkali disebut memiliki gaya (style) moody, nostalgic, dan cinematic. Tak heran, bila dua tahun silam, majalah fotografi ternama Aperture menyebut karya Adi memiliki nyawa dan kekuatan spiritual.
Terkait karya-karya yang dihasilkan, Adi mengaku memiliki gear seperti Canon 5D Mark II dan menggunakan medium Mamiya RZ67. Selama ini Adi mengakui dirinya tak mengalami kendala teknis saat berkarya, khususnya saat memotret. "Ya gue moto buat have fun," lanjutnya.
Dalam berkarya, Adi menyatakan bahwa ia tidak memiliki referensi khusus untuk memicu ide. “Ya (ide) darimana aja,” ungkapnya. Kadang ia menonton dokumenter dari BBC atau menyimak youtube sebagai bagian “pengayaan” referensi dan hiburan. Sejauh ini, Adi menggunakan media digital atau film sebagai material untuk menghasilkan karya.
Terkadang, dia juga tak segan menyewa kamera untuk mengerjakan suatu project. Tak lupa, Adi mengingatkan untuk semua yang ingin berkarya, khususnya fotografi, buatlah karya dan jangan terlalu banyak pertimbangan sebelum memulai. “Ya, mulai aja jangan banyak alasan. Bawa kamera ke luar. Hajar aja choy!” pungkas pemilik akun @adipvtra tersebut.