Fimela.com, Jakarta Mengubah rutinitas di tengah panedemi virus corona ini memang tidak mudah. Mengatasi rasa cemas dan was-was pun membuat kita tak nyaman. Kita semua pun berharap semua keadaan akan segera membaik. Melalui Lomba Share Your Stories: Berbagi Cerita tentang Pandemi Virus Corona ini Sahabat Fimela berbagai cerita dan harapannya di situasi ini. Langsung ikuti tulisannya di sini, ya.
***
Oleh: MIA
Sejak kasus terkonfirmasi pertama 1 Maret 2020 oleh pemerintah, kian hari kian melonjak jumlah kasus positif covid-19. Hingga dua pekan setelahnya pemerintah mengimbau untuk melakukan physical distancing dengan cara di rumah saja. Anak-anak sekolah diliburkan dan dialihkan dengan tugas secara online yang didampingi para orang tua. Muncul istilah Work From Home (WFH) bagi para pekerja kantor dan pekerja lainnya dengan tetap digaji oleh perusahaan maupun negara.
Lalu, bagaimana nasib kami? Para pekerja harian yang penghasilan hari ini hanya cukup dibuat kebutuhan esok. Para pelaku UMKM yang bermodal kecil dan keuntungan yang sangat minim. Sementara selama di rumah saja kita juga butuh makan dan kebutuhan lain yang harus terpenuhi. Untuk sebagian orang imbauan di rumah saja memang menyenangkan, yang biasanya disibukkan pekerjaan kantor dari jam 8 pagi hingga malam, kini bisa bersantai dan menemukan hobi baru. Mencoba berbagai resep makanan dan mengikuti challenge yang sedang trending saat ini. Namum berbeda dengan kami, kami harus terus memutar otak bagaimana kami harus tetap berpenghasilan di dengan pandemi ini.
Usaha suami yang kian sepi dari pembeli karena beberapa pembatasan, masuk minggu ketiga membuatku harus rela melepas cincin pertunangan yang selama ini masih bertengger manis di jariku untuk dijual demi menyokong kebutuhan. Jika aku hanya berdua dengan suami mungkin makan hanya sehari sekali sudah cukup. Tapi keadaan kami dengan 1 anak bayi berumur 6 bulan yang sudah mulai dikenalkan MPASI, kurasa tidak mungkin jika harus makan sehari sekali dengan makanan seadanya. Dan kita semua tahu 1000 hari awal kehidupan bayi adalah masa emas untuknya. Kita sebagai orangtua tidak mungkin membiarkan ia tidak mendapat hak yang seharusnya ia dapatkan. Kian hari sisa simpanan semakin menipis, dengan mencoba peruntungan bermodalkan Rp200.000 dan media sosial, aku mulai berjualan masker kain dengan hanya mengambil untung Rp1000/pc. Itu pun masih saja banyak yang menawar harga modal, meminta harga teman, meminta bonus bahkan meminta free ongkir. Sepelik inikah hidup di tengah pandemi?
Di Rumah Saja Tak Seindah Keseharian Orang Lain
Ketika yang lain sibuk kegiatan di rumah saja yang kekinian, kami hanya tersenyum getir melihat yang kalian lakukan. Jujur saja hati kami sakit, terkadang merutuk dan bertanya kenapa nasib kami berbeda. Terkadang kami juga mencoba peruntungan di kala platfrom hiburan, lifestyle dan lainnya mengadakan kontes foto di rumah saja. Dengan semangat dan harapan semoga menang kami ikut berpartisipasi meskipun foto yang di hasilkan tak sekeren peserta lain dengan background rumah bagus atau kamar-kamar mewah yang terpajang. Kami memang salah berharap foto alakadarnya bisa menang dibanding dengan foto kekinian hasil jepretan kamera mahal. Lagi-lagi aku merasa dunia tidak adil.
Kuakui aku memang salah, berharap dengan hal yang tak pasti, terlalu melihat ke atas tanpa melihat kebawah. Terlalu merasa menderita padahal masih banyak yang tak seberuntung aku. Ketika aku mulai menyadari dan melihat sekeliling betapa bersyukurnya aku. Aku sudah hidup di desa bukan di perantauan. Meski hanya memiliki beras tetap bisa makan dengan lauk sayur-sayuran yang bisa dipetik di pekarangan. Tak perlu membayar uang sewa rumah atau uang kos. Masih bisa membeli kebutuhan dengan harga yang lumayan murah.
Aku tak bisa membayangkan mereka yang sedang merantau lalu terjebak di tengah pandemi seperti ini, adanya PSBB dan larangan untuk mudik, sementara pekerjaan mereka sudah diliburkan sejak awal imbauan physical distancing. Aku hanya bisa berdoa semoga pandemi ini segera berakhir, bumi segera pulih dan kehidupan kami menjadi lebih baik daripada sebelumnya.
#ChangeMaker